Senin, 23 November 2015

Sepenggal Kisah Nenek Pencari Kayu

Selasa, 24 November 2015




Saat melintas di Mandala, Kecamatan Telaga Langsat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) belum lama tadi, saya menyaksikan seorang nenek berjalan kaki membawa lanjung berisi kayu bakar. Saya tertarik, lalu menghentikan sepeda motor. Kemudian berbincang dengan nenek tersebut. Nenek itu mengaku baru saja mencari kayu bakar di kawasan hutan Ambutun. Berjarak sekitar 2 kilometer dari rumah sederhananya di Mandala.

Nenek itu mengaku berusia sekitar 80 tahun. Kayu bakar itu bakal digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Untuk memasak nasi, merebus air, menggoreng  ikan, dsb. Di rumah nenek itu tinggal seorang diri. Anak-anaknya sudah berpisah mengikuti keluarga. Suaminya sudah meninggal dunia. Jadi ia hanya tinggal sebatangkara saja. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari nenek itu hidup bertani. Ia pantang meminta-minta.

Nenek itu punya prinsip sepanjang masih bisa bekerja secara tetap, tetap bekerja. Itu lebih baik baginya. Nenek itu pada musim bahuma juga bercocok tanam padi. Tapi tidak banyak. Hanya sekitar 5 borongan saja. Namun tetap ia jaga dengan baik. Hasilnya memang lumayan. Di usianya yang sudah renta tetap semangat menjalani hidup. Kayu bakar yang dicarinya sebagai upaya memenuhi kebutuhan hidup. (akhmad husaini)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi AHU : Watak Simbol Intonasi Perangai Jingga

 Jumat, 22 Maret 2024 Cerita guramang alasan manis kian sinis watak simbolis kehendak penawar lara senarai kehendak intim suara nurani ego k...