Rabu, 20 Januari 2021
PUISI MUNAWARAH :
HYPOPHRENIA
Bertabur ragam dalam keramaian
Membawa senang di hadapan
Tak berselang lama sendu di kedalaman
Seperti aktris lihai memainkan rona
Mengaktingkan ceria semula
Beralih ke suram di simpangnya
Sejejak mendepak rona bersemu merah
Sejejak mendekap rona muram mematah
Mood yang terbang ke antah berantah
Macam sulap peralihannya
Penjara ketenangan dibesuk
Hinggap di lerung mata
Memberisikkan kaca hidup
Mengalirkan bulirannya tak jelas asal
Tak tahu mengapa rapuh
Sebab di kepala pun menjawab dungu
Kesendirian adalah lampu penghidupnya
Rasa yang berlebih menjalar di dalamnya
Berfase mengikat tiba-tiba
Lumpuhlah akhirnya selalu tanpa sebab awalnya
Dalam langkah-langkah tegap
Tersimpan ke gontai hati merunduk
Mungkin debu-debu hitam terlalu menumpuk
Hati menganga memakannya lama
Hingga tanpa goresan pun dapat memberi luka
Dan jika itu tiba merintanginya tertunduklah dia
Dalam duka yang begitu nyata
: Hypophrenia.
Kotabaru, 30 September 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar