Selasa, 9 Maret 2021
PUISI MUHAMMAD ADVIANOOR ADZEMI :
PERAWI KEMARAU
Pagi ini tak ada bayang
Kabut pekat menyelimuti pagi yang pukat
Kutapakkan harapan di pertigaan kota
Nampaknya enggan memihak
Bencana datang dan alam yang disalahkan
Gunung digerigit tangan bermesin baja
Dirampas diambil kehormatan
Hutan dibabat
Wajahnya bermandikan api
Rintih tangis tak didengar namun terasa
Ke mana lagi alam akan menceritakan keluh kesah
Sadarkah ketika mata perih terkena kabut asap
Maka seperih itulah tangisan alam
Tak terasa namun pasti
Kita membunuh alam dengan keserakahan
Perlahan-lahan kita mati
Terjerat asap yang kita buat sendiri
Lagi-lagi alam yang disalahkan
Banjarbaru, 18 September 2019
(saat gemuruh kemarau memanggil hujan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar