Rabu, 17 Maret 2021
PUISI RUWAU’L MUNISAH
KESEDIHAN BULAN DAN NELAYAN
I
Bulan yang mengiringi arus deras bawah laut
berkata”Ah, aku nampak mulai tua!’
Dilihatnya bayangannya di air, terlihat sedih ia.
“Mulai jelas keriput di wajahku,” gumamnya lirih.
Seorang nelayan yang sedang pulang
membawa tak terlalu banyak ikan
dan, juga, sama bercermin di air laut yang tenang
berkata, “Sungguh semakin tua aku!
Dan anak-anakku tak mau meneruskan
pekerjaan, sedang ijazah sekolah mereka
tak juga laku!”
Betapa sedih ia.
II
Bulan yang makin tua malam ini
memang terlalu lemah sinarnya,
tak mampu melongok ke dalam gubuk tua itu
yang, jendelanya, dibiarkan terbuka oleh penghuninya.
Namun ia tetap bisa mendengar gumam sedih
sang nelayan yang kini telah renta
dan tak lagi melaut (ucapnya) : “Kenapa kedua
anak laki-lakiku sampai ikut kecanduan narkoba
dan sama bercerai dengan isteri mereka?”
Maka turut sedih ia.
(Jelapat-Banjarmasin-Kandangan, Juli 2019)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar