Saat saya makan siang bersama Bapak Gazali di sebuah warung makan di Muara
Taniran, Kecamatan Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Selasa (22/11/2016)
pukul 14.30 WITA, di depan Terminal Agribisnis Terpadu Angkinang terlihat
sekelompok anak punk.
Melihat penampilan mereka, saya perkirakan masih berusia Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Jumlahnya sekitar 13 orang dimana
dua diantaranya perempuan. Melihat logat bahasa, mereka masih urang Banjar.
Namun saya tidak bertanya lebih jauh dari mana mereka asalnya. Mereka
tampak bermain dengan seekor anak anjing yang memakai rantai. Mereka jadi jadi
perhatian dan dicangangi oleh para
pedagang sayur di Terminal Agribisnis Terpadu.
Warga setempat mengatakan sepanjang tidak mengganggu ketertiban masyarakat
dan lalulintas keberadaan mereka tidak jadi masalah.
Anak punk itu biasanya berjalan kaki menuju satu daerah ke daerah lainnya.
Juga sesekali naik tumpangan mobil bak terbuka, bila memang ada yang mau membawa
mereka.
Menurut pikiran saya, anak punk itu jauh dari keluarga, banyak masalah, senang
berbuat kejahatan, dan melanggar norma hukum lainnya.
Mudahan saja generasi muda di tempat saya tidak ada yang seperti itu. Hal
itu terjadi mungkin karena mereka jauh dari kasih sayang keluarga. (akhmad
husaini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar