Hujan lebat mengguyur kawasan dimana
Adit tinggal. Waktu menunjukkan pukul 07.00 WITA. Adit harus berangkat ke
tempat kerjanya. Namun ia khawatir tidak tepat waktu. Walau tempat kerjanya
hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari rumahnya, namun ia tak punya jas hujan
untuk melindungi pakaiannya dari terpaan air hujan.
Lantas menunggu beberapa saat kalau-kalau
hujan reda. Tapi hingga berpuluh menit kemudian hujan tak juga reda. Adit
lantas memberikan diri untuk menerabas hujan. Dengan jaket hitam. Setibanya di
tempat kerja. Adit masuk ke kamar kerjanya. Mengganti pakaian. Setelah itu ia
larut dengan tugasnya.
Semenjak beberapa hari ini hujan
kerap turun. Kampung tempat Adit tinggal warganya bermata pencaharian sebagai
petani. Tanaman padi mulai tumbuh sudah sekitar beberapa bulan. Mungkin satu
dua bulan lagi akan panen.
Adit kedatangan tamu istimewa, seorang gadis
cantik, masih pelajar kelas dua SMA. “ Ulun
mancari rumah pian batakun anu urang. Sampai tatamu, “ ujar Eka si gadis
tersebut. Eka mengaku sedang libur karena kelas tiga sedang try out Ujian
Nasional (UN). Eka nekad datang ke rumah Adit walau jarak ruamhnay jauh.
Ia ingin curhat sekaligus bertemu idolanya
yang selama ini hanya ditemui di dunia maya saja. Eka yang anak orang berada
itu mengaku galau. Walau hidup berkecukupan namun masih ada yang kurang.
Pelampiasannya dilakukannya dengan menulis ke diary. Eka ingin sekali menulis
dalam bentuk puisi, cerpen atau tulsian lainnya namun tak bisa. Beruntung ia
sering searching di google. Ia ketemu blog Adit. Karena masih se daerah tentu
mudah mencarinya. Eka mengagumi setiap tulisan Adit.
Buktinya setiap hari atau bila ada waktu ia
selalu membuka blog Adit. Sejak membuka pertama kali Eka kepincut. Karena ada
satu cerpen dan puisi Adit di blognya yang sama persis dengan perjalanan hidup
Eka. Sehingga Eka penasaran. Pas libur inilah dimanfaatkannya untuk bertemu
langsung dengan Adit. Bermodal informasi yang didapatkan dari blog dan facebook
Adit, Eka datan langsung ke rumah Adit. Sendirian lagi. Eka mengaku suka
tantangan. Jadilah ia sendirian ke rumah Adit.
Mereka ngobrol di teras rumah. Saat diajak
masuk ke dalam rumah Eka tak mau. Diluar saja biar berangin. Lantas Eka
menyampaikan curhatnya kepada Adit. Sejak keinginan untuk belajar jadi penulis,
masalah kehidupan pribadi, dsb. Semuanya dicurahkan Eka. Sementara Adit
memberikan masukan semampu yang dia
miliki. Eka puas dan bangga atas tanggapan dan masukan yang diberikan Adit.
Hampir sejam Eka minta pamit mau pulang.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar