Senin, 1 Maret 2021
[JUM’AT, 26 FEBRUARI 2021]
>Shalat Subuh di Langgar Al Kautsar, Jum’at, Imam Kaspul Madah, dan Muazin Sariansyah. Posisi saya saat shalat shaf depan kanan. Samping kanan Budi Nida, dan samping kiri Rasyidi. Pakaian yang saya kenakan baju sasirangan hijau Sanah Tapha, tapih kuning hitam Sekumpul, dan kopiah hitam III baru. Jamaah selain saya ada H Imi, Budi Nida, Rasyidi, Sariansyah, Bandi Puspa, Chamuy, Amly, H Samhuri, dan H Mastur. Cuaca di luar Langgar Al Kautsar saat pulang dalam keadaan cerah. Usai basalaman Bandi Puspa manyaru jamaah shalat Subuh, untuk hadir manunggu guru Babacaan Jum’at petang, sebelumnya usai Jum’atan diundang juga aruh di tempat Mudan / Madah.
>Kebahagiaan tidak diukur dari seberapa banyak yang dimiliki, tetapi dari perasaan mensyukuri apa yang dimiliki.
>Kita memang tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan, namun percayalah, Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan.
>Ketika kita terjatuh, maka saat itu pula kita harus meloncat lebih tinggi lagi.
>Hidup itu sederhana, asal kita tidak bersikeras untuk menjadikannya rumit.
>Barangsiapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.
>Sabar dan bisa mengikhlaskan sesuatu yang telah pergi adalah salah satu cara untuk mendapatkan kebahagiaan.
>Jangan berduka. Apapun yang hilang darimu akan kembali lagi dalam wujud lain.
>Banyak orang yang telah meninggal, tapi nama baik mereka tetap kekal. Dan banyak orang yang masih hidup, tapi seakan mereka orang mati yang tak berguna.
>Jauhilah dengki, karena dengki memakan amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.
>Manusia yang berakal adalah manusia yang suka menerima dan meminta nasihat.
>Jangan tetburu-buru berkata ‘tidak mungkin’ kalau belum mencobanya.
>Jika kamu tak mampu menghargai diri kamu sendiri, tak ada orang yang mampu menghargaimu.
>Segera bangun mimpi-mimpimu sekarang, atau orang lain yang akan menyewamu untuk membangun mimpi-mimpi mereka.
>Tahun 1990 dan tahun 1991 ternyata KH Zaini bin Abdul Ghani atau Guru Sekumpul pernah menghadiri Haul Datu Taniran. Hal ini disampaikan Ustadz Hatta Mujammil saat Babacaan Rajab 1442 H di Langgar Al Kautsar, Jum’at (26/02/2021). Saat itu Ustadz Hatta Mujammil masih menuntut ilmu di pesantren. Pada kehadiran di Taniran Kubah, Guru Sekumpul membawakan nasyid Ya Thaibah. Thaibah itu nama awal dari Madinatul Munawwarah. Setelah Thaibah jadi Yastrib lalu Madinah.
>Pada Babacaan Rajab 1442 H di Langgar Al Kautsar, Jum’at (26/02/2021) Ustadz Hatta Mujammil kembali hadir bersama pembaca Kalam Ilahi HA Mawardi. Penjamu undangan Hj Asa, ada mahaul beberapa anggota keluarga Hj Asa, antara lain sang suami (almarhum) H Lansani. Juga tak lupa mahaul Yang ke 16 KH Zaini bin Abdul Ghani atau Guru Sekumpul. Pemimpin pembacaan Surah Yasin, Tahlil, dan Doa Haul Ustadz Hatta Mujammil. Menu yang disajikan berupa ketupat lauk haruan dan telur masak habang. Ada guguduh tiwadak dan sumapan. Pada Babacaan Rajab 1442 H kali ini Ustadz Hatta menyampaikan seputar perjalanan Isra Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW. Lewat Isra Mi’raj kita dapat menguatkan keimanan, menambah ilmu pengetahuan agama, muncul rasa cinta kita terhadap Nabi Muhammad SAW dan tentu kepada Allah SWT. Saat Babacaan posisi duduk saya samping kanan Irul Imi, dan samping kiri Andan. Sementara saat saruan jamuan undangan Babacaan di rumah Hj Asa, posisi saya samping kanan Mumuh, dan samping kiri Amang Nasir. Sedangkan pada shalat Ashar usai Babacaan Rajab 1442 H, Imam Ustadz Hatta Mujammil, dan Muazin HA Mawardi. Posisi saya saat shaalat shaf kedua kanan. Samping kanan Matali, dan samping kiri Mumuh. Untuk jamuan undangan Babacaan Rajab 1442 H, Jum’at depan di tempat Budi Nida.
>Shalat Jum’at di Masjid Besar Al Aman Angkinang, Jum’at (26/02/2021) petugas Jiran Teluk Masjid. Imam / Khatib Kaspul Madah, Bilal Kaum Masjid. Posisi saya saat shalat Jum’at, samping kanan Matali, dan samping kiri jamaah lain, shaf belakang sisi kanan. Sebelumnya saat Khotbah posisi saya di shaf belakang dalam sisi kanan. Samping kanan Matali, dan samping kiri orang Lukdalam.
>Usai shalat Jum’at ke tempat Mudan, di seberang rumah dan jalan raya. Ada aruh mahaul keluarganya. Saya duduk di halaman depan sisi kanan beralas tikar plastik. Samping kanan Mumul Raji, dan samping kiri Kacit. Menu yang disajikan tuan rumah berupa nasi putih lauk ikan patin. Ada cuci mulut agar-agar. Pada satu hamparan tikar, selain saya yang duduk, juga ada Kacit, Mumul Raji, Abahnya Herman Diansyah, Budi Nida, H Udin Maci, anak H Udin Maci, dan Ikin.
>Selalu ingin berbuat kebajikan setiap hari. Menggapai 1.000 tulisan, dan 1.000 ekor unggas tahun 2021. Semoga semua itu bisa jadi nyata adanya.
>Radio tanpa penyiar. Zaman telah berubah. Semua bisa dikendalikan oleh komputer. Jadi tanpa penyiar sebuah stasiun radio bisa terus siaran sepanjang hari, karena sudah dikonsep programnya oleh komputer. Hal itulah yang saya rasakan saat ini. Di mana ada radio tanpa penyiar di daerah saya, tapi tetap siaran dengan materi iklan promosi produk kesehatan, yang menjadi sponsor utama siaran radio itu. Juga ada hiburan berupa lagu. Radio Purnama Nada Kandangan, namanya. Satu anggota grup Thomson Radio Network di Kalimantan Selatan. Selain Radio Purnama Nada Kandangan ada Radio Dirgahayu Barabai, Radio Ruhui Rahayu Rantau, Taruna FM Pelaihari, dan Star FM Banjarbaru. Siarannya memutar lagu-lagu baik itu pop, dangdut, dan genre lainnya. Juga ada siaran agama, pengajian Al Qur’an, ceramah, yang utama tentu promosi iklan produk kesehatan, karena itulah yang menunjang keberlangsungan radio tersebut, hingga tetap bertahan sampai saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar