Selasa (09/07/2019) sekitar pukul 10.00
WITA dengan Rizal, teman akrab se kampung, bajalanan
ke Barabai, Hulu Sungai Tengah (HST). Naik sepeda motor berdua, saya setia ikut
dibonceng, dengan menempuh jarak sekitar 30 kilometer, tujuannya ke Kecamatan Limpasu.
Tepatnya ke Pondok Es Gunung Titi di Karatungan, Kecamatan Limpasu, HST.
Sempat singgah beberapa puluh menit di
kebun karet di Hawang, Kecamatan Limpasu. Menunggu rekan dari Labung Anak, Hariadi
yang akan ke Pondok Es juga. Saat di Pondok Es saya memesan jus sirsak dan
pentol kuah. Sementara Rizal dan Hariadi memesan jus mangga dan pentol kuah.
Setelah dari Pondok Es Gunung Titi kami
singgah shalat Dzuhur di Masjid Nazrul Mubarak di Karatungan, Kecamatan Limpasu.
Terus menuju rumah Hariadi di Labung Anak, Kecamatan Batang Alai Utara.
Sebelumnya singgah di Abung, Kecamatan
Limpasu. Ke Makam Temenggung Jayapati. Jarak jalan kabupaten dengan lokasi
makam sekitar 800 meter. Kami harus melewati jalan batako. Di kiri kanan jalan
ada kebun karet milik warga, kebun cabai, pohon rumbia, dsb.
Di lokasi makam suasananya cukup sepi.
Ada bangunan yang beratap seng, di dalam ada makam yang di atasnya ada balamika. Saya masih asing dengan nama
tokoh yang satu ini. Apa sejarahnya saya tak tahu pasti. Namun makam ini merupakan
cagar budaya yang ada di Kabupaten HST.
Kami pulang ke Labung Anak. Ke kebun
jambu kristal milik warga Labung Anak yang berprofesi sebagai PPL. Selain jambu
kristal ada juga tanaman lainnya seperti rambutan, pepaya, ternak ayam, kolam ikan,
dll. Harga 1 kilogram jambu kristal di tempat itu Rp 15.000.
Jambu itu tidak berbiji seperti kebiasaan
jambu biji yang saya temui. Kata teman saya di tempat lain harga 1 kg jambu kristal
berkisar antara Rp 20.000 - Rp 30.000. Warga itu menjual secara online. Setelah dari kebun jambu kristal
itu kami balik lagi ke Labung Anak.
Shalat Ashar di rumah Hariadi. Sementara
Maghrib dan Isya di Langgar At Taubah Labung Anak, yang berjarak sekitar 50 meter
dari rumah Hariadi. Sebelumnya pada sore hari sepulang dari kebun jambu kristal
minum di warung dekat rumah Hariadi.
Saya memesan satrup es dan menikmati guguduh
dan tahu. Setelah Isya ke warung soto di RT 2 Labung Anak, berjarak sekitar 200
meter dari rumah Hariadi. Sudah beberapa kali saya kesana, setiap kali saya bajalanan ke tempat Hariadi.
Saya memesan gado-gado. Setelah dari
warung soto itu saya dan Rizal pamitan dengan Hariadi, Halimah dan Abrar
anaknya. Pulang ke Angkinang. Sampai di Angkinang sekitar pukul 21.30 WITA.
Sebelumnya Hariadi memberitahu kemajuan
zaman viral lewat media sosial sudah hal yang biasa. Seperti dua objek wisata
baru di Kabupaten HST, Riam Bajandik dan Pulau Mas. Wisata sungai itu cukup
populer di media sosial sejak beberapa bulan terakhir.
Pengunjung yang datang kesana cukup
banyak terutama pada hari libur. Bukan saja dari Kabupaten HST, tapi juga dari
luar daerah, seperti Kandangan, Amuntai, Banjarmasin, dsb.
Akses tempat wisata tak terlalu jauh,
mudah dijangkau dan manajemen yang bagus. Pengelolaan yang tidak membebani para
pengunjung. Untuk bayar masuk sudah terakomodasi semua hal, yakni bayar parkir
dan karcis masuk tempat itu.
Selain itu Hariadi menyinggung soal
artis asal Kabupaten HST yang viral di media sosial masuk Hitam Putih Trans 7.
Yakni lelaki bernama Gimar. Yang memiliki suara bagus dalam menyanyi dangdut.
Setelah saya cek dari foto yang
disampaikan Hariadi wajahnya tidak asing bagi saya. Ternyata ia sering saya
lihat di teve kabel, nama panggungnya Gildan. Rekaman keyboard dangdut pada
cara perkawinan, biasa ada orang itu.
Dengan penampilan bernyanyi cukup nyentrik.
Membawakan lagu sambil bergaya yang lucu dan unik. Biasa naik ke atas soundsystem lalu meloncat ke bawah, yang
lumayan juga tingginya. (ahu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar