Waktu anak-anak dulu, Dugal bermain
diberbagai tempat dengan teman-teman di kampung. Salah satunya atap belakang Langgar
Al Kautsar. Di atas atap belakang itu mereka jadikan semacam markas, tempat
bersantai dan beristirahat.
Untuk naik mereka harus memanjat pohon
jambu biji yang ada di sampingnya. Sambil istirahat bisa makan jambu biji
sepuasnya. Tiap hari libur atap belakang Langgar itu selalu ramai dengan celoteh
kelompok Dugal.
Sore itu saat hujan gerimis, tengah
Dugal dkk berada disana dari bawah terdengar suara keranda jenazah seperti bergetar.
Karena penasaran Dugal dan seorang temannya turun menuju gudang tempat
penyimpanan perkakas pengurusan kematian warga. Letaknya tepat berada di bawah
atap Dugal dkk berada.
Tak ada apa-apa. Keranda jenazah, ember besar,
dsb tetap aman dalam posisi semula. Dugal dan temannya naik kembali ke atas
atap belakang Langgar. Lagi-lagi saat berada di atas suara keranda jenazah seperti
ada yang mau dikeluarkan oleh seseorang.
Merasa terusik Dugal dkk turun, sekaligus
memastikan apakah ada orang di dalam gudang itu. Ternyata tidak ada orang.
Mereka pulang setelah itu. Besoknya tersiar kabar kalau ada warga yang
meninggal dunia. Apa yang dialami oleh Dugal dkk sebelumnya adalah pamanar kematian. (ahu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar