Di saat musim kemarau persawahan yang
biasa ditanami padi, disulap warga yang rajin bekerja sebagai kebun tanaman
palawija maupun holtikultura. Termasuk juga Dugal. Ia menanami sawahnya itu
dengan jagung dan kacang hijau.
Saban sore ia pergi ke sawah yang ada di
Kupang, berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya. Pertama ia bersihkan dulu
bekas tanaman padi yang sudah panen tersebut. Beberapa hari kemudian setelah
itu, lahan siap untuk ditanami bibit jagung dan kacang hijau.
Setelah tumbuh tugas berikutnya adalah
menyirami tanaman dengan rutin setiap pagi dan sore. Juga pada waktu tertentu diberi
pupuk. Untuk air Dugal harus mengambil di sungai dengan ember, berjarak sekitar
200 meter.
Tak jauh dari sawahnya itu ada tempat
yang sering dijauhi warga atau petani bila pergi ke sawah. Mereka lebih memilih
lewat jalan lain walau cukup jauh memutar. Akan tetapi Dugal terpaksa lewat jalan
itu juga karena tak ada pilihan yang lebih dekat.
Jelang pulang senja hari, setelah
menyiram tanaman jagung dan kacang hijau, Dugal merasakan keanehan. 10 meter
dari lahan sawahnya itu terdengar suara menyapa namanya, akan tetapi setelah
dicari-cari tak kelihatan. (ahu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar