Sabtu, 19 Desember 2015

Cerpen Rifky Aulia Sari

Minggu, 20 Desember 2015


Cerpen Rifky Aulia Sari (Kelas IX E MTsN Angkinang) :

Sahabat

Aku mempunyai banyak sahabat yang sangat baik dan mengerti di setiap keadaan. Maupun saat aku sakit, senang bahkan berduka. Kurang lebih satu bulan yang lalu tepatnya saat aku berulang tahun, aku buka disalah satu aplikasi media sosial (BBM) status atau PM salah seorang sahabatku menulis, Happy Birth Day (HBD) sahabatku tersayang.

Dia orang pertama yang mengucapkan HBD padaku. Sosok penuh canda bagiku adalah mereka sahabat-sahabatku. Selalu memberikan aku dorongan disetiap keadaan. Membangkitkan saat aku terjatuh. Dan memberikan aku solusi saat menghadapi masalah yang dialami. Mendengarkan cerita dan candaku saat aku butuhkan, meski kadang sibuk tapi selalu kau luangkan waktu untukku.

Sahabat kau yang kuinginkan. Seorang sahabat bahkan saudara bagiku. Tawa kecilmu mengalun saat aku berbuat hal yang konyol. Menatap mataku jika aku mulai tak percaya dengan takdir. Meyakinkan aku bahwa hati dan impianku seluas langit tanpa ujung.Tak pernah memaksa akan sesuatu hal yang aku tak bisa.

Selalu mendekapku jika aku merasa takut. Hampir setiap hari kita bertemu. Namun saat ini tak seperti dulu. Saat dulu kita bersama dalam langkah, cerita dan cinta. Hal ini sungguh membuatku tak bisa berbuat apa-apa. Saat semuanya hampir terpisah. Meninggalkan janji dan kesetiaan yang pernah kita buat. Apa mungkin semua karena salahku. Membuat kita terpisah dan hampir rapuh.

Terpisah langkah, cerita, dan cinta adalah hal yang jarang dimiliki oleh para sahabat-sahabat di luar sana. Namun apa daya aku hanya bisa diam dan pasrah akan kenyataan dan takdir. Terima kasih bagi para sahabat-sahabat sudah mau jadi sahabat. Teman bahkan saudaraku bagiku. Kalianlah mimpi terindah tapi berujung sebuah kekeliruan bagiku.
***
Menahan begitu sakitnya cemoohan orang yang ingin merendahkanku. Bagai batu yang dilempar bertubi-tubi. Sakit namun aku harus kuat manghadapinya. Banyak suara kecil yang sering mengguncang hatiku. Sakit, perih, dan terluka rasa itu sudah biasa kurasakan. Saat aku tiba di sekolah ini. Banyak orang yang menganggapku lemah tak berdaya. Namun banyak juga orang yang mengganggapku kuat menghadapinya.

Sebenarnya diriku hanyalah orang yang tak berdaya menahan nafsu kekejaman orang di sekitarku. Tapi berkat mereka para pengamat dalam hidupku, aku bisa menjalaninya dengan senyum. Sahabat adalah mereka yang tahu kekurangan dan batas kelemahanku. Memahami dan mendukung setiap yang aku mau. Namun kadang mereka tahu bahwa pada akhirnya aku bakal menyerah.

Namun bagi mereka adalah membuat aku untuk terus mencoba, mencoba, mencoba dan mencoba. Walau akhirnya mereka harus bilang sudahlah lupakan saja hal itu. Mulut yang tak ada lelahnya untuk bersuara membuatku semangat untuk hal sekecil apa pun yang kuhadapi. Mentertawakan disaat ada hal konyol yang aku lakukan. Jika dia marah bagai petir di tengah hujan tangisku.

Dikala aku bersedih merekalah sang jiwa yang membuatku bergerak untuk tersenyum. Membuatku terpejam dan kemudian membuka mata untuk menjelaskan dan memperlihatkan bahwa impianku dan hatiku seluas langit tanpa tiang dan tanpa ujung. Menemani saat banyak orang yang menjauhiku. Membuatku tegar walau sebenarnya aku terluka. Ketika aku shalat mereka menjadi orang kedua setelah orangtuaku yang selalu menemaniku.

Terbalut dalam canda tawa dan hangatnya persahabatan yang kami jalani. Kadang banyak orang  yang iri dengan persahabatan. Aku yang lumayan kokoh berdiri walau banyak badai dan gelombang yang selalu menguji coba untuk meruntuhkan persahabatan kami. Sepi bulan tanpa bintang.

Begitu juga dengan aku. Selalu kesepian tanpa sahabat disampingku. Selalu membuatku merasakan berjumpa embun pagi yang disambut hangat mentari. Embun bagaikan mereka. Yang selalu ada untukku. Dan mentari bagai hangatnya hubungan persahabatan ini.  Yang takkan pernah berganti oleh orang-orang yang akan kutemui suatu saat nanti. Mengawali hari dengan canda tawa di setiap kali bertemu.

Tanpa harus ada hal yang membuat kami tertawa dan tersenyum. Jangan ada orang yang mempunyai sahabat banyak. Bisa bertahan dengan keinginanku dan sahabatku yang dijadikan satu. Mereka bak mentari dan bulan yang menjadikan setiap hariku bersinar menerangi jalanku saat aku mulai ketakutan. Persahabatanku. Bagaikan laut tenang padahal di kedalaman banyak ikan-ikan yang bersuka ria.

Persahabatanku ini tenang tapi jika dilihat lebih dalam maka persahabatan ini banyak cerita. Banyak kekonyolan, banyak canda, dan banyak hal yang indah lainnya. Tanpa sahabat sepertinya aku rapuh bagai kayu yang termakan ulat. Saat ada sahabat rasanya air mataku terhalang yang merasakan semua rasaku. Kami menanti dimana kami harus benar-benar dan bersungguh-sungguh untuk bahagia dan tersenyum.

Mungkin hal itu langka. Begitu sulit untuk terwujud menjadi nyata. Saat bersama sahabat dunia ini terasa milikku sendiri. Kadang saat aku sendiri. Aku rindu dengan ocehan dan kekonyolan mereka. Meski kadang aku sering tersakiti oleh sikap mereka yang kurang aku sukai. Namun hati mereka tetap menyayangiku dan masih betah dengan semua sikapku. Kekonyolan yang sering kami lakukan membuat orang heran.

Hanya dengan sikap konyol kami bisa terawat dengan lepas. Andai aku tahu hal semacam apa yang bisa membuat persahabatan ini hancur. Aku ingin tidak melakukan hal itu. Agar semuanya baik-baik saja. Persahabatan ini bukanlah cerita yang tertulis di selembar kertas yang akan hilang dalam waktu ke waktu.

Tetapi sebuah pengalaman yang panjang dan takkan pernah sirna dalam waktu kewaktu. Keinginan untuk tidak mencemari nama baik persahabatan ini semalam kami pegang erat. Hari demi hari kami lewati dengan kebahagiaan dan canda tawa yang menjadi hal yang begitu berarti bagi hidupku.

Memperhatikan satu sama lain dengan sesama sahabat membuat kami makin mencintai sahabat-sabahat kami. Sampai hari terakhir hidup di dunia ini atas izin Allah kami akan mengingat sahabat-sahabat kami, meski dunia kami berbeda dan akan menyatu di taman terindah-Nya nanti.***

Bakarung,  November 2015



Biodata Siswa

Nama : Rifky Aulia Sari
TTL : Bakarung, 19 Oktober 2000
Alamat : Bakarung, Kecamatan Angkinang, Kabupaten HSS
Ayah : Syarifudin
Ibu : Mas Ernawati
Pekerjaan : Pelajar Kelas IX E MTsN Angkinang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suasana di Rumah Malam Sabtu

 Jumat, 26 April 2024 Suasana di dalam rumah saya, pada hari Jumat (26/04/2024) malam Sabtu sekitar pukul 22.15 WITA. (ahu)