Minggu (10/04/2016) atau bertepatan
2 Rajab 1437 Hijriah pukul 10.00 WITA bersama Amud, Bahrudin dan anaknya Rizki,
serta Sarpaini dengan isterinya Yenni berangkat ke Martapura, Kabupaten Banjar,
mengikuti Haulan ke 11 KH Zaini Abdul Ghani atau Guru Sekumpul.
Mereka adalah tetangga di kampung
saya, Desa Angkinang Selatan, Kecamatan Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai
Selatan (HSS). Amud masih ada hubungan keluarga, sementara Bahrudin tetangga,
Iki anak Bahrudin. Sedangkan Sarpaini adalah suami Yenni. Yenni adik dari Bahrudin.
Sarpaini berasal dari Padang Batung.
Kami naik sepeda motor dari Angkinang
menuju Martapura yang berjarak sekitar 90 kilometer. Saya ikut dibonceng oleh
Amud. Niat mau mengikuti haulan ini sudah tercetus setahun lalu. Dimana orang
ramai membicarakannya.
Jamaah yang hadir datang dari
berbagai penjuru, yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan ribu. Sehingga jalan di
Martapura macet total. Jamaah yang hadir tak bisa masuk ke Mushala Ar Raudah,
pusat kegiatan haulan.
Jadi hanya ikut di rumah penduduk
sekitar Sekumpul, yang sudah disiapkan sebelumnya oleh panitia haulan. Banyak
pengalaman menarik yang saya alami saat mengikuti haulan ini.
Kami tiba di Martapura pukul 12.00
WITA. Kami shalat Dzuhur di Masjid Al Karomah Martapura. Setelah shalat Dzuhur
mencari warung makan. Setelah mencari kesana kemari. Pilihan jatuh di Warung
Makan H Said di dekat jembatan kembar Banjarbaru, arah ke Pelaihari. Saya
memesan ayam panggang.
Setelah dari Warung Makan H Sadi,
kami menuju sebuah masjid di kota Banjarbaru. Disini kami shalat Ashar. Bertemu
dengan Rizal dan Ahmad Hariadi atau Guru, serta dua teman wanitanya. Kami
berganti pakaian dan shalat Ashar. Setelah dari masjid kami menuju Sekumpul.
Memarkir sepeda motor di tepi
jalan raya. Berjalan kaki sekitar 3 kilometer menuju wadah yang tepat. Kalau ke
dalam kubah tidak mungkin lagi, karena di luar saja sudah penuh. Setelah memarkir
sepeda motor kami menuju lokasi yang dekat rumah warga.
Kami berjalan kaki sekitar beberapa
puluh menit. Lalu kami sampai di tempat yang strategis. Suasana hiruk pikuk, karena
jamaah silih berganti berdatangan.
Kami menghampar sajadah di depan
rumah seorang warga Sekumpul. Saya berdampingan dengan Sarpaini. Amud dengan
Rizki di sebelah. Sementara Bahrudin masuk ke dekat kubah. Yenni tinggal di
rumah khusus jamaah perempuan.
Usai shalat Maghrib acara dimulai
Kalam Ilahi, lalu dilanjutkan dengan pembacaan syair maulid dan rangkaian haul
lainnya. Menjelang akhir rangkaian haul, jamaah mendapat jatah berupa nasi
kotak berisi nasi samin dan daging sapi masak karih.
Saat haulan berlangsung langit
Sekumpul tampak gelap, tanpa bintang. Drone
hilir mudik di langit mengabadikan lautan manusia yang menyemut. Tak jauh dari
saya mengikuti haulan di atas rumah ada anak muda berkumpul, ikut haulan sambil
berselfie dengan smartphone atau gadget, berlatar jamaah haulan.
Saat berangkat pulang dari tempat
haul kami berjalan kaki di tengah lautan manusia. Harus merasakan keringatan
yang menghias muka karena berjalan lamban, saking banyaknya jamaah.
Di Rantau, tak jauh dari pasar
kami singgah. Ingin mamanasi parut lawan
banyu teh. Banyak juga jamaah asal Hulu Sungai yang singgah. Karena warung
itu satu-satunya yang buka disaat sudah larut malam.
Saya tiba di rumah sekitar pukul
01.30 WITA. Mulai sekarang saya memasang niat, kalau tak ada aral dan
rintangan, tahun depan akan kembali mengikuti Haul Guru Sekumpul. (akhmad
husaini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar