Waktu
terus berjalan seperti biasa
merintih
bengis bertafakur
disela
hari-hari yang ringkih
cobalah
untuk setia
walau
tak seperti yang diimpikan
semoga
itu yang terbaik jadinya
kelana
langlang kian melayang
sambut
dengan kepiluan hati
pilih
lapar atau kenyang
dalam
semburat yang mendayu
manifestasi
kehidupan yang terus berarak
menyilaukan
mata hati
senang
mendapat pujian
itu
sebuah pilihan
kadangkala
menampilkan kebisingan
dalam
rajutan tali asmara
menyesuaikan
langkah-langkah peradaban
meretas
sembilu dua ayat
pikiran
hati yang berbeda
andai
puisiku banyak arti
lambai-melambai
seretas arah
dia
bukan Saidah tapi Murniati
memang
berbeda
dalam
ada kata
selembut
samudera menerjang
mengutamakan
kepentingan rakyat katanya
jalan
yang terus kurengkuh
menabur
banyak harapan
dari
banyak perasaan menimbulkan rasa iba
membedakan
dengan yang lain
umpama
rindu kian merindu
memilih
untuk bertahan hidup
selingkuh
bukanlah pilihan yang tepat
memijak
keleluasaan dalam bertindak
jatuhkan
harga diri
seumpama
ngarai yang luas membentang
dari
rekahan api ambisi
tidak
semata-mata perjuangan
tertikam
belati kelam
sang
pengurai waktu membeli harap
mesti
baru bangun lagi
sebisa
mungkin taklukkan impian hati
melakukan
hal yang bermanfaat
kerisauan
kata yang membuncah
biarlah
berjalan apa adanya
Kandangan, 06-07-2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar