Pamadihinan
Kesenian madihin memiliki kemiripan
dengan kesenian lamut, bedanya terdapat pada cara penyampaian syairnya.
Dalam lamut syair yang disampaikan berupa sebuah cerita atau dongeng yang
sudah sering didengar dan lebih mengarah pada seni teater dengan adanya pemain
dan tokoh cerita. Sedangkan lirik syair dalam madihin sering dibuat secara
spontan oleh pemadihinnya dan lebih mengandung humor segar yang menghibur
dengan nasihat-nasihat yang bermanfaat.
Menurut berbagai keterangan asal kata madihin dari kata madah, sejenis puisi lama dalam sastra Indonesia karena ia menyanyikan syair-syair yang berasal dari kalimat akhir bersamaan bunyi. Madah bisa juga diartikan sebagai kalimat puji-pujian (bahasa Arab) hal ini bisa dilihat dari kalimat dalam madihin yang kadangkala berupa puji-pujian. Pendapat lain mengatakan kata madihin berasal dari bahasa Banjar yaitu papadahan atau mamadahi (memberi nasihat), pendapat ini juga bisa dibenarkan karena isi dari syairnya sering berisi nasihat.
Menurut berbagai keterangan asal kata madihin dari kata madah, sejenis puisi lama dalam sastra Indonesia karena ia menyanyikan syair-syair yang berasal dari kalimat akhir bersamaan bunyi. Madah bisa juga diartikan sebagai kalimat puji-pujian (bahasa Arab) hal ini bisa dilihat dari kalimat dalam madihin yang kadangkala berupa puji-pujian. Pendapat lain mengatakan kata madihin berasal dari bahasa Banjar yaitu papadahan atau mamadahi (memberi nasihat), pendapat ini juga bisa dibenarkan karena isi dari syairnya sering berisi nasihat.
Asal mula timbulnya kesenian madihin
sulit ditegaskan. Ada yang berpendapat dari kampung Tawia, Angkinang, Hulu
Sungai Selatan. Dari Kampun Tawia inilah kemudian tersebar keseluruh Kalimantan
Selatan bahkan Kalimantan Timur. Pemain madihin yang terkenal umumnya berasal
dari kampung Tawia. Ada juga yang mengatakan kesenian ini berasal dari Malaka
sebab madihin dipengaruhi oleh syair dan gendang tradisional dari tanah
semenanjung Malaka yang sering dipakai dalam mengiringi irama tradisional
Melayu asli.
Cuma yang jelas madihin hanya
mengenal bahasa Banjar dalam semua syairnya yang berarti orang yang memulainya
adalah dari suku Banjar yang mendiami Kalimantan Selatan, sehingga bisa
dilogikakan bahwa madihin berasal dari Kalimantan Selatan. Diperkirakan madihin
telah ada semenjak Islam menyebar di Kerajaan Banjar lahirnya dipengaruhi kasidah.
Pada waktu dulu fungsi utama madihin
untuk menghibur raja atau pejabat istana, isi syair yang dibawakan berisi
puji-pujian kepada kerajaan. Selanjutnya madihin berkembang fungsi menjadi
hiburan rakyat di waktu-waktu tertentu, misalnya pengisi hiburan sehabis panen,
memeriahkan persandingan penganten dan memeriahkan hari besar lainnya.
Kesenian madihin umumnya digelarkan
pada malam hari, lama pergelaran biasanya lebih kurang 1 sampai 2 jam sesuai
permintaan penyelenggara. Dahulu pementasannya banyak dilakukan di lapangan
terbuka agar menampung penonton banyak, sekarang madihin lebih sering
digelarkan di dalam gedung tertutup.
Madihin bisa dibawakan oleh 2 sampai
4 pemain, apabila yang bermain banyak maka mereka seolah-olah bertanding adu
kehebatan syair, saling bertanya jawab, saling sindir, dan saling kalah
mengalahkan melalui syair yang mereka ciptakan.
Duel
ini disebut baadu kaharatan (adu kehebatan), kelompok atau pemadihinan yang
terlambat atau tidak bisa membalas syair dari lawannya akan dinyatakan kalah.
Jika dimainkan hanya satu orang maka pemadihinan tersebut harus bisa mengatur
rampak gendang dan suara yang akan ditampilkan untuk memberikan efek dinamis dalam
penyampaian syair. Pemadihinan secara tunggal seperti seorang orator, ia harus
pandai menarik perhatian penonton dengan humor segar serta pukulan tarbang yang
memukau dengan irama yang cantik.
Dalam pergelaran madihin ada sebuah
struktur yang sudah baku, yaitu:
- Pembukaan, dengan melagukan sampiran sebuah pantun yang diawali pukulan tarbang disebut pukulan pembuka. Sampiran pantun ini biasanya memberikan informasi awal tentang tema madihin yang akan dibawakan nantinya.
- Memasang tabi, yakni membawakan syair atau pantun yang isinya menghormati penonton, memberikan pengantar, ucapan terima kasih dan memohon maaf apabila ada kekeliruan dalam pergelaran nantinya.
- Menyampaikan isi (manguran), menyampaikan syair-syair yang isinya selaras dengan tema pergelaran atau sesuai yang diminta tuan rumah, sebelumnya disampaikan dulu sampiran pembukaan syair (mamacah bunga).
- Penutup, menyimpulkan apa maksud syair sambil menghormati penonton memohon pamit ditutup dengan pantun penutup.
Saat ini pemadihin yang terkenal di
Kalimantan Selatan adalah John Tralala dan anaknya Hendra.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar