Senin, 25 November 2013

HAMSAD RANGKUTI

SELASA, 26 NOVEMBER 2013

Melamun adalah titik awal penulis senior Hamsad Rangkuti menelorkan karya-karyanya. “ Saya adalah seorang pelamun yang parah,” katanya dalam Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang. Sejak kecil, ia suka duduk berjam-jam diatas pohon dan membiarkan pikirannya mengembara tanpa kendali. Ia merasa menikmati aktivitas tersebut.
            Hamsad Rangkuti mulai merasa tergugah untuk menulis ketika membaca cerpen-cerpen yang dimuat di Koran-koran Minggu di Medan, seperti karya Bokor Hutasuhut, Partahi H Sirait, Ananta Pinola, dan SM Taufiq. Dari mereka lah Hamsad mengetahui karya-karya yang baik, yang menurut Hamsad, diukur dari bagaimana cerpen tersebut mampu  mengganggu batin, bahkan sampai berminggu-minggu. Ia pun lantas ingin  menghasilkan karya tulis yang mampu mengganggu ketenangan orang lain. Cerita pendek pertamanya Nyanyian Rambung Tua muncul dari lamunan ketika melihat seorang buruh penderas getah di hutan rambung.
            Pada 1975, Hamsad mengikuti pelatihan menulis dan menyadari pentingnya teknik untuk ilmu penulisan. Bagi Hamsad, mengarang pada dasarnya adalah berpikir. Menimbang-nimbang komposisi, menyeleksi informasi, membangun unsur dramatik, dan memasukkan unsure keindahan. Bukan sekadar berhanyut denga kata0kata. Pengetahuan tentang kata menurut Hamsad  menjadi semacam juru selamat bagi profesi kepengarangannya.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bersama Rusdiansyah (Kelas VIII MTsN 3 HSS)

 Sabtu, 23 November 2024 Dengan Rusdiansyah, atau biasa disapa Iyan, siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 3 Hulu Sungai Selata...