Malam ini saya membaca esai Almin Hatta berjudul : PEMBERIAN. Berikut selengkapnya :
Kelak, segala yang kalian miliki pasti akan habis
terbagi. Karenanya berikan sekarang juga selagi musim memberi belum lewat
bagimu, dan belum beralih tangan pada pewarismu. (Kahlil Gibran)
Jum’at
pagi, puluhan perempuan tua berpakaian kumuh berduyun-duyun datang ke sebuah
rumah gedung di pusat kota. Sebagian dari perempuan tua itu menggendong
anaknya, yang kondisinya tak kalah kumuhnya.
Setelah menanti beberapa lama di beranda,
muncullah nyonya rumah yang cantik jelita dengan pakaian sutera. Lalu, dari
tangannya yang putih mulus mengucurlah lembaran-lembaran uang kertas ke ratusan
telapak tangan keriput yang dengan setia menadahnya. Entah berapa jumlah yang
diberikan ibu kaya itu, entah berapa pula yang diterima ibu-ibu papa itu. Cuma
mereka yang tahu, cuma Tuhan yang tahu, cuma mentari pagi yang tahu. Yang
lain tak pernah tahu, bahkan dua satpam di
depan rumah mewah itupun tak mau tahu.
Demikianlah selalu berlangsung setiap
pagi Jum’at. Entah sejak Jum’at kapan dan mungkin akan terus berlangsung hingga
Jum’at entah yang kesekian. Mungkin akan berlangsung terus sampai si nyonya
dermawan bosan. Mungkin sampai hartanya sudah benar-benar habis tak tersisa. Mungkin
pula sampai si peminta-minta tak ada lagi yang datang menadahkan tangannya.
Atau bila sang suami berhenti jadi pejabat ?
Tapi tidak. Kegiatan memberi dan
menerima tak akan pernah ada akhirnya. Sebab kekayaan seseorang tak akan pernah
ada habisnya. Soalnya, keikhlasannya memberi adalah sebuah kekayaan yang tiada
tara dan karena itu ia tak akan pernah berhenti memberikan kelebihan miliknya
kepada orang yang sangat membutuhkannya.
Selain itu,
peminta-mintapun tak pernah ada surutnya. Sebab, selama masih ada yang
disebutkannya, maka si miskin pun selalu adapula sebagai pasangannya, dan ia
selalu menuntut haknya pada si kaya. Sebab, selama masih ada yang memberi pasti
selalu ada yang menerimanya dengan sukarela.
Memang, kekayaan
seseorang berupa harta benda bisa saja berakhir. Kekayaan bahkan bisa habis
seketika, tanpa pernah diduga. Tapi, kebiasaan memberi akan menjadi ciri yang
tak bisa dipungkiri. Seberapa sedikitpun yang ia punya pasti akan diberikannya jika
ada orang lain yang lebih memerlukannya.
Selain itu, orang kaya sendiri tak
akan pernah habis sepanjang masa. Sebab kekayaan dunia ini memang berlimpah
ruah, yang tak akan pernah habis meski direngkuh dengan teramat buas.
” Sesungguhnya, yang terjadi adalah
kehidupan memberi kepada kehidupan. Sedangkan kalian yang merasa diri sebagai
pemberi, tidak lebih dari sekadar saksi,” ujar Kahlil Gibran.
Bahwa ada sejumlah orang yang
disebut kaya, dan yang sebagian lagi masuk golongan tak berpunya, itu hanyalah
sekedar sebutan belaka. Sebab kekayaan yang sebenarnya adalah kepuasan dan
keikhlasan menerima segala yang telah dan akan diberikan oleh yang Maha Kaya.
Kandangan, 27-2-2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar