Lahir di Padang Batung, HSS, 17 Juni 1923. Pendidikan Volk School Padang Batung. Holland Inslandsche School Kandangan. Madrasah Tsanawiyah Al Wathaniah (Sekolah Islam Pandai) Kandangan. Kweek School Islam Pondok Modern, Gontor, Ponorogo. Pendidikan Agama Al Azhar University Kairo. Pendidikan Umum American University, Kairo.
Bekerja dilingkungan TNI. Tahun 1946, menjabat sebagai Komandan Batalyon Rahasia A ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan. Tahun 1947, menjabat sebagai pimpinan umum / panglima markas pertahanan Kalimantan ALRI Divisi IV. Tahun 1949, menjabat sebagai Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan. Tanggal 1 November 1949, status ALRI dari ALRI Divisi IV diubah menjadi ADRI, kesatuan itupun berubah menjadi Divisi Lambung Mangkurat. Hassan Basry merupakan panglimanya. Tahun 1956, menjabat sebagai Komandan Resimen Infantri 21/KO. Terr VI Kalimantan Selatan.
Tahun 1959, menjabat sebagai Panglima Kodam X Lambung Mangkurat, Kalimantan Selatan. Tahun 1961, menjabat sebagai Deputi Wilayah Komando Antar Daerah Kalimantan. Pangkat terakhir adalah Brigadir Jenderal.
Hassan Basry dikenal sebagai Bapak Gerilya Kalimantan. Tapak juangnya dalam memimpin perjuangan rakyat untuk menautkan kembali Kalimantan, menjadi bagian dari Republik Indonesia setelah terbuang oleh Perjanjian Linggarjati, memperoleh puncak momentum saat ia memproklamirkan Proklamasi Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan, 17 Mei 1949 di Niih, Loksado, Hulu Sungai Selatan.
Hassan Basry juga pernah menjabat sebagai Presiden Universitas Lambung Mangkura, Banjarmasin, tahun 1958-1963. Anggota MPRS tahun 1960-1966. Anggota DPR/MPR RI tahun 1978-1982.
Sebagai penghargaan atas kiprah juangnya itu, Pemerintah Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 110/TK/Tahun 2001 tanggal 3 November 2001 menganugerhkan gelar Pahlawan Nasional.
Hassan Basry juga menggeluti dunia menulis atau sastra sejak tahun 1938. Publikasi karyanya, antara lain di majalah Terang Bulan (Surabaya) dan majalah Purnama Raya (Kandangan).
Cerpennya yang dimuat di Terang Bulan, antara lain berjudul Hampir Mendung Cerahpun Tiba. Cerpen yang dimuat di Purnama raya berjudul Bulkis Gadis Manis. Tahun 1939, terbit romannya berjudul Amanat Ibu dalam format buku saku setebal 100 halaman. Cerita roman ini dinilai antipenjajahan oleh pemerintah Belanda dan ditetapkan sebagai buku terlarang. Hassan Basry diburu-buru untuk ditangkap sehingga harus melarikan diri ke Jawa.
Tahun 1961, bukunya Kisah Gerilya Kalimantan (jilid 1) diterbitkan oleh Yayasan Lector Lambung Mangkurat Banjarmasin. Tahun 2003, buku itu secara lengkap (jilid 1 dan 2) diterbitkan kembali oleh Yayasan Bhakti Banua Banjarmasin.
Dimasa penjajahan dan perang kemerdekaan, Hassa Basry menggunakan nama pena Hiba Budi. Meninggal di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, 15 Juli 1984. Dimakamkan di Liang Anggang, 16 Juli 1984.***
Bekerja dilingkungan TNI. Tahun 1946, menjabat sebagai Komandan Batalyon Rahasia A ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan. Tahun 1947, menjabat sebagai pimpinan umum / panglima markas pertahanan Kalimantan ALRI Divisi IV. Tahun 1949, menjabat sebagai Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan. Tanggal 1 November 1949, status ALRI dari ALRI Divisi IV diubah menjadi ADRI, kesatuan itupun berubah menjadi Divisi Lambung Mangkurat. Hassan Basry merupakan panglimanya. Tahun 1956, menjabat sebagai Komandan Resimen Infantri 21/KO. Terr VI Kalimantan Selatan.
Tahun 1959, menjabat sebagai Panglima Kodam X Lambung Mangkurat, Kalimantan Selatan. Tahun 1961, menjabat sebagai Deputi Wilayah Komando Antar Daerah Kalimantan. Pangkat terakhir adalah Brigadir Jenderal.
Hassan Basry dikenal sebagai Bapak Gerilya Kalimantan. Tapak juangnya dalam memimpin perjuangan rakyat untuk menautkan kembali Kalimantan, menjadi bagian dari Republik Indonesia setelah terbuang oleh Perjanjian Linggarjati, memperoleh puncak momentum saat ia memproklamirkan Proklamasi Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan, 17 Mei 1949 di Niih, Loksado, Hulu Sungai Selatan.
Hassan Basry juga pernah menjabat sebagai Presiden Universitas Lambung Mangkura, Banjarmasin, tahun 1958-1963. Anggota MPRS tahun 1960-1966. Anggota DPR/MPR RI tahun 1978-1982.
Sebagai penghargaan atas kiprah juangnya itu, Pemerintah Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 110/TK/Tahun 2001 tanggal 3 November 2001 menganugerhkan gelar Pahlawan Nasional.
Hassan Basry juga menggeluti dunia menulis atau sastra sejak tahun 1938. Publikasi karyanya, antara lain di majalah Terang Bulan (Surabaya) dan majalah Purnama Raya (Kandangan).
Cerpennya yang dimuat di Terang Bulan, antara lain berjudul Hampir Mendung Cerahpun Tiba. Cerpen yang dimuat di Purnama raya berjudul Bulkis Gadis Manis. Tahun 1939, terbit romannya berjudul Amanat Ibu dalam format buku saku setebal 100 halaman. Cerita roman ini dinilai antipenjajahan oleh pemerintah Belanda dan ditetapkan sebagai buku terlarang. Hassan Basry diburu-buru untuk ditangkap sehingga harus melarikan diri ke Jawa.
Tahun 1961, bukunya Kisah Gerilya Kalimantan (jilid 1) diterbitkan oleh Yayasan Lector Lambung Mangkurat Banjarmasin. Tahun 2003, buku itu secara lengkap (jilid 1 dan 2) diterbitkan kembali oleh Yayasan Bhakti Banua Banjarmasin.
Dimasa penjajahan dan perang kemerdekaan, Hassa Basry menggunakan nama pena Hiba Budi. Meninggal di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, 15 Juli 1984. Dimakamkan di Liang Anggang, 16 Juli 1984.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar