Lahir di Sirih, Kandangan, 15 September 1918. Pendidikan Vervlog School di Kandangan, Cursus Volk School (CVO) Kandangan. Pekerjaan terakhir sebagai Kepala Jawatan Penerangan Provinsi Kalimantan Selatan.
Aktif dipergerakan nasional dan pers
perjuangan. Tahun 1937, diangkat sebagai guru di Alabio. Disini ia menerbitkan
majalah Bingkisan. Tahun 1938, tulisan-tulisannya yang tajam menyerang
pemerintah Belanda, dan aktivitasnya mengajarkan lagu Indonesia raya pada
murid-muridnya, membuatnya dipanggil penguasa Belanda. Zafry diultimatum untuk
meneruskan kegiatannya atau diberhentikan dari pegawai negeri. Zafry akhirnya
minta berhenti dan kembali ke Kandangan.
Di Kandangan, aktivitasnya
berlanjut. Minggu ketiga Agustus 1945, Zafry bersama Muhammad Arsyad dan Hamli
Carang mempertanyakan perkembangan perang pasifik kepada Ken Kanrikan (Bupati)
Kandangan. Penguasa tertinggi Jepang di Kandangan itu sambil terisak mengatakan
bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945.
September 1945, saat pelaksanaan Pasar Malam Kemerdekaan di alun-alun
Kandangan, Zafry terlihat berlari-lari keliling lapangan sambil
mengibar-ngibarkan bendera merah putih. Oktober 1945, ditangkap Belanda. Dua
minggu lamanya Zafry menjadi tahanan di Belitung, Banjarmasin.
17 Agustus 1946, menerbitkan majalah
Republik. Ditahun itu pula ia kembali ditangkap dan dibawa ke Banjarmasin.
Tahun 1948, diangkat sebagai anggota Komite Nasional Indonesia (KNI) Kalimantan
Selatan, dan menghadiri persidangan KNIP di Gedung Concordia Malang. Ditahun
itu majalah Republik dibredel Asisten Residen Hoogerber. Zafry Zamzam, untuk
ketiga kalinya ditangkap, ditahan di Banjarmasin selama 3 bulan.
Tahun 1948, dibentuk Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI) Kring Banjarmasin. Zafry Zamzam merupakan ketuanya.
Tahun 1950, ia mengundurkan diri karena diangkat sebagai pegawai negeri,
menjabat sebagai Kepala Jawatan Penerangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan
berkedudukan di Kandangan. Tahun 1951, menjadi anggota DPRD HSS. Zafry turut
mendirikan IAIN Antasari Banjarmasin, dan pernah menjabat sebagai rektor.
Menulis sejak tahun 1938. Publikasi
karyanya, antara lain pada majalah Bingkisan (Alabio), majalah Purnama Raya
(Kandangan), Republik (Kandangan), majalah Intan Sari (Banjarmasin), SKH
Kalimantan Berjuang ( Banjarmasin), SKH Banjarmasin Post.
Buku yang telah diterbitkan adalah Mencari Kepribadian Sendiri (1959),
Pengantar Ilmu Dakwah dan Etika (1962), dan Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari
(1974).
Dalam menulis Zafry menggunakan
berbagai nama samara, seperti Kelana, Zam, Jimjimi, Daldali, atau Isyah.
Meninggal di Banjarbaru, 23 Desember 1972.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar