Aliman Syahrani
(Foto:Akhmad Husaini)
Tahun 60 hingga 80 an, Hulu Sungai Selatan (HSS) terkenal dengan
sebutan, Yogyanya Kalimantan Selatan (Kalsel). Pasalnya, pada
tahun-tahun tersebut, berbagai kesenian dan kebudayaan ditampilkan.
Bahkan, dapat terbilang sekian dari kesenian dan kebudayaan yang ada di
Banjarmasin, berasal dari HSS.
Salah satu kebudayaan yang hingga kini masih
dimainkan, oleh sejumlah masyarakat HSS, adalah Badandang, Batumbang,
Bagasing dan Balogo. Selain itu, kesenian yang juga diambil dari budaya
masyarakat, adalah Bajapin, Bawayang, Bacarita (Bakisah), Bahadrah
Bakuntau dan lainnya.
Meredupnya dunia kesenian di HSS, diperkirakan pada awal tahun 90 an,
karena tidak adanya respons dari pemerintah daerah. Banyak para pekerja
seni yang hijrah ke kabupaten tetangga. Seiring dengan itu pula, tidak
adanya regenerasi di kalangan seniman yang dapat meneruskan perkembangan
dunia seni di daerah sendiri.
Akibatnya, dunia kesenian di Kabupaten HSS mengalami tidur yang cukup
panjang. Kendati ada riak-riaknya, namun kegiatan tersebut hanyalah
sementara waktu. Karena, usai kegiatan yang dilaksanakan, maka usai pula
kesenian yang ditampilkan dan akhirnya kembali terpendam.
Seiring dengan perkembangan jaman dan bergantinya tahun, kesenian
tradisional yang ada di HSS semakin tergeser. Apalagi ketika hadirnya
elekton (organ tunggal) yang selanjutnya berkembang menjadi karaoke.
Hadirnya, alat-alat modern dengan penyanyi yang seksi, semakin
menenggelamkan kesenian tradisional yang ada di Bumi Antaludin.
Setelah bertahun-tahun tidur panjang, akhirnya kesenian tradisional
yang ada di HSS, kembali menggeliat dan menemukan rohnya kembali. Hal
ini karena adanya kebijakan baru dari bupati terpilih Drs Achmad Fikry
yang menginginkan HSS, kembali menjadi kota seninya Kalimantan Selatan.
Seiring dengan adanya kebijakan tersebut, maka para penggiat dan pekerja
seni mulai menampilkan kreasinya.
Buktinya, disetiap kegiatan kedaerahan dan lainnya, kesenian
tradisional yang ada di HSS, ditampilkan dengan koreografi yang apik.
Dengan adanya kebijakan bupati ini, maka kesenian tradisional mulai
menggeliat dengan kuat. Geliat dapat dilihat dari dunia pendidikan,
dimana sekolah-sekolah yang ada sudah memuat berbagai program kegiatan
ektra kurikuler yang berbau kesenian.
Aliman Syahrani, salah seorang budayawan dan penulis asal HSS yang
diminta komentarnya mengatakan, bahwa lahirnya kebijakan bupati untuk
menghidupkan kesenian di Bumi Antaludin patut mendapatkan dukungan penuh
dari semua masyarakat yang ada di HSS. Pasalnya HSS merupakan kota seni
dan banyak tokoh serta seniman yang lahir di bumi Antaludin.
Dengan ditiupkannya lagi roh kesenian di kota dodol ini, maka
kehidupan berkesenian di HSS akan kembali semarak. Sehingga, kedepannya,
pelaksanaan pembangunan yang ada di HSS dapat semakin berkembang dengan
adanya dukungan dari duni kesenian.
“ Saya sangat senang dengan adanya kebijakan bupati, terkait dengan
menghidupkan kembali dunia kesenian di HSS,” ujar Aliman Syahrani.
Masih menurut Aliman, dengan dihidupkannya dunia kesenian di HSS.
Maka, para penggiat kesenian dan pekerja seni dapat menumpahkan
ide-idenya. Sehingga, apa yang ingin disampaikan kepada masyarakat.
Melalui kesenian, dapat terlaksanakan dengan baik. Selain itu,
kedepannya HSS akan menjadi tujuan wisata bagi para pelancong. Sebab
selain dapat menikmati objek wisata yang ada di HSS. para pengnjung juga
dapat menikmati berbagai kesenian tradisional yang ditampilkan oleh
para pekerja seni di kabupaten.***
Sumber : Radar Banjarmasin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar