Sabtu, 30 November 2013

GELIAT KESENIAN DI HULU SUNGAI SELATAN

SABTU, 30 NOVEMBER 2013

 Aliman Syahrani
(Foto:Akhmad Husaini)

Tahun 60 hingga 80 an, Hulu Sungai Selatan (HSS) terkenal dengan sebutan, Yogyanya Kalimantan Selatan (Kalsel). Pasalnya, pada tahun-tahun tersebut, berbagai kesenian dan kebudayaan ditampilkan. Bahkan, dapat terbilang sekian dari kesenian dan kebudayaan yang ada di Banjarmasin, berasal dari HSS.

Salah satu kebudayaan yang hingga kini masih dimainkan, oleh sejumlah masyarakat HSS, adalah Badandang, Batumbang, Bagasing dan Balogo. Selain itu, kesenian yang juga diambil dari budaya masyarakat, adalah Bajapin, Bawayang, Bacarita (Bakisah),  Bahadrah Bakuntau dan lainnya.
 
Meredupnya dunia kesenian di HSS, diperkirakan pada awal tahun 90 an, karena tidak adanya respons dari pemerintah daerah. Banyak para pekerja seni yang hijrah ke kabupaten tetangga. Seiring dengan itu pula, tidak adanya regenerasi di kalangan seniman yang dapat meneruskan perkembangan dunia seni di daerah sendiri.
 
Akibatnya, dunia kesenian di Kabupaten HSS mengalami tidur yang cukup panjang. Kendati ada riak-riaknya, namun kegiatan tersebut hanyalah sementara waktu. Karena, usai kegiatan yang dilaksanakan, maka usai pula kesenian yang ditampilkan dan akhirnya kembali terpendam.
 
Seiring dengan perkembangan jaman dan bergantinya tahun, kesenian tradisional yang ada di HSS semakin tergeser. Apalagi ketika hadirnya elekton (organ tunggal) yang selanjutnya berkembang menjadi karaoke. Hadirnya, alat-alat modern dengan penyanyi yang seksi, semakin menenggelamkan kesenian tradisional yang ada di Bumi Antaludin.
 
Setelah bertahun-tahun tidur panjang, akhirnya kesenian tradisional yang ada di HSS, kembali menggeliat  dan menemukan rohnya kembali. Hal ini karena adanya kebijakan baru dari bupati terpilih Drs Achmad Fikry yang menginginkan HSS, kembali menjadi kota seninya Kalimantan Selatan. Seiring dengan adanya kebijakan tersebut, maka para penggiat dan pekerja seni mulai menampilkan kreasinya.
 
Buktinya, disetiap kegiatan kedaerahan dan lainnya, kesenian tradisional yang ada di HSS, ditampilkan dengan koreografi  yang apik. Dengan adanya kebijakan bupati ini, maka kesenian tradisional mulai menggeliat dengan kuat. Geliat dapat dilihat dari dunia pendidikan, dimana sekolah-sekolah yang ada sudah memuat berbagai program kegiatan ektra kurikuler yang berbau kesenian.
 
Aliman Syahrani, salah seorang budayawan dan penulis asal HSS yang diminta komentarnya mengatakan, bahwa lahirnya kebijakan bupati untuk menghidupkan kesenian di Bumi Antaludin patut mendapatkan dukungan penuh dari semua masyarakat yang ada di HSS. Pasalnya HSS merupakan kota seni dan banyak tokoh serta seniman yang lahir di bumi Antaludin.
 
Dengan ditiupkannya lagi roh kesenian di kota dodol ini, maka kehidupan berkesenian di HSS akan kembali semarak. Sehingga, kedepannya, pelaksanaan pembangunan yang ada di HSS dapat semakin berkembang dengan adanya dukungan dari duni kesenian.
 
“ Saya sangat senang dengan adanya kebijakan bupati, terkait dengan menghidupkan kembali dunia kesenian di HSS,” ujar Aliman Syahrani.
 
Masih menurut Aliman, dengan dihidupkannya dunia kesenian di HSS. Maka, para penggiat kesenian dan pekerja seni dapat menumpahkan ide-idenya. Sehingga, apa yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Melalui kesenian, dapat terlaksanakan dengan baik. Selain itu, kedepannya HSS akan menjadi tujuan wisata bagi para pelancong. Sebab selain dapat menikmati objek wisata yang ada di HSS. para pengnjung juga dapat menikmati berbagai kesenian tradisional yang ditampilkan oleh para pekerja seni di kabupaten.*** 
 
Sumber : Radar Banjarmasin
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi AHU : Watak Simbol Intonasi Perangai Jingga

 Jumat, 22 Maret 2024 Cerita guramang alasan manis kian sinis watak simbolis kehendak penawar lara senarai kehendak intim suara nurani ego k...