Jumat, 08 November 2013

MENGENAL AHMAD BASUNI

SABTU, 9 NOVEMBER 2013

Ahmad Basuni. Lahir di Margasari, Tapin, 11 Agustus 1922. Setelah menyelesaikan pendidikan Gouverment Verruolgschool di Margasari, ia aktif di duia pers. Mula-mula di surat kabar Kesadaran Kalimantan (Banjarmasin), kemudian di majalah Semarak (Barabai), dan Borneo Shimbun (Banjarmasin).
    Tahun 1944, Borneo Shimbun juga diterbitkan di Kandangan. Ahmad Basuni menjadi pimpinan redaksinya. Borneo Shimbun Kandangan merupakan media pertama di kawasan Kalimantan yang berani memuat berita tentang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Pada halaman pertama edisi 20 Agustus 1945 dimuat teks proklamasi kemerdekaan RI dan teks pembukaan UUD 1945.
    Pada Pasar Malam Kemerdekaan di alun-alun Kandangan, 20 September 1945, sekitar pukul 22.00 waktu setempat, Ahmad Basuni dengan lantang membacakan teks pembukaan UUD 1945, dan member penjelasan singkat tentang arti dari proklamasi kemerdekaan. Ditengah riuhnya sambutan masyarakat, tiba-tiba terdengar rentetan tembakan. Tentara Australia dan NICA, bersenjata senapan, pistol, dan gada kayu, menyerbu, membubarkan massa pasar malam kemerdekaan yang rencananya berlangsung tanggal 20 s/d 30 September 1945 itu terpaksa tidak bisa lagi dilangsungkan.
    Aktivitas Ahmad Basuni dikancah perjuangan rakyat terus berlangsung. Di penghujung tahun 1945, ia ditangkap Belanda dan dimasukkan ke kamp. Setelah dibebaskan ia berangkat ke Jawa, bergabung ke dalam organisasi Ikatan Perjuangan Kalimantan.
    Tahun 1946, Ahmad Basuni bermukim di Yogyakarta. Disana ia tetap bergelut dibidang pers, antara lain pernah menjadi pimpinan redaksi surat kabar Masa Kini dan majalah Suara Muhammadiyah.
    Ahmad Basuni meneruskan pendidikannya di Fakultas Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan Universitas Padjajaran Bandung, sampai memperoleh gelar sarjana muda (BA).
    Ia juga bergerak pada berbagai kegiatan social, diantaranya menjadi Ketua Yayasan Mahasiswa (Yasma) sekaligus pengasuh Asrama Putri Yasma Yogyakarta hingga akhir hidupnya.
    Selain sebagai tokoh perjuangan, Ahmad Basuni juga merupakan seorang sastrawan. Mulai menulis sajak, cerpen, dan roman sejak tahun 1940-an. Karyanya dipublikasikan diberbagai media, antara lain Borneo Shimbun (Kandangan), majalah Purnama Raya (Kandangan), Semarak (Barabai), Puspa Wangi (Kandangan), Masa Kini (Yogyakarta), Suara Muhammadiyah (Yogyakarta), dan Banjarmasin Post.
    Roman / novelnya berjudul Ambang Keruntuhan Kerajaan Banjar dimuat secara bersambung di Banjarmasin Post pada tahun 1989. Dalam menulis, Ahmad Basuni bisa menggunakan nama samara Adri Wina. Meninggal di Yogyakarta, 10 November 1990.***

2 komentar:

Puisi AHU : Watak Simbol Intonasi Perangai Jingga

 Jumat, 22 Maret 2024 Cerita guramang alasan manis kian sinis watak simbolis kehendak penawar lara senarai kehendak intim suara nurani ego k...