Jumat, 15 Desember 2017

Malaikat Para Kucing dari Amuntai

Sabtu, 16 Desember 2017





Berbagi tidak harus menunggu kaya. Itulah yang sering diucapkan Welia. Meski hidupnya sebatas cukup, perempuan asal Desa Padang Darat, Kelurahan Telaha Silaba, Kecamatan Amuntai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, itu memang terkenal dermawan.

Hal itu bukan saja ia lakukan untuk sesama, melainkan juga pada kucing yang telantar. Kini Welia dikenal juga sebagai perempuan yang merawat ratusan kucing yang ia temui telantar di jalanan. Untuk menghidupi diri dan merawat kucing-kucing itu, Welia mengandalkan penghasilan dari warung kecil di rumahnya.

Meski penghasilannya mungkin tidak banyak, Welia selalu merasa berkecukupan dan tidak terbebani untuk berbagi. "Banyak komentar baik itu baik maupun buruk, mereka bilang buat apa pelihara kucing, tidak ada hasilnya, mending pelihara kambing atau sapi kotorannya saja bisa dijual. Tapi saya tetap ingin merawat kucing," aku Welia.

Welia bahkan menamai rumahnya sebagai panti asuhan kucing telantar. Kegiatan ini diawali dari kesenangannya memelihara kucing seperti yang ditularkan orangtuanya. Dari memelihara kucing sendiri, sejak 2010 Welia memungut kucing yang dilihatnya tak terawat. Hingga kini sedikitnya ada 500 kucing pernah ia rawat.

Saat ini banyak dari kucing itu yang diminta rekannya untuk diadopsi. Setiap hari kucing-kucing itu Welia beri makan nasi dan ikan puyau. Ia memasak 1 kg ikan puyau yang dikukus atau digoreng dan dicampur nasi untuk makan dua kali sehari. "Mereka sangat suka makan nasi, tidak seperti kucing kebanyakan, apalagi kalau dicampur ikan goreng," lanjut Welia.

Namun, bukan hal mudah ketika mendapati kucing yang sakit. Keterbatasan dokter hewan di Amuntai membuatnya berpikir keras untuk kreatif. Ia mengunggah foto kucing-kucing itu ke media sosial.

Tak jarang sesama para penggemar kucing menaruh perhatian dan memberikan bantuan berupa makanan kucing dan obat-obatan salah satunya dari Asep Suhendar, anggota Indonesia sayang Kucing Domestik. "Saya tahu Welia ini tinggal di daerah pedalaman sehingga akses untuk membeli obat-obatan itu sulit. Saya mengiriminya paket obat-obatan seperti obat diare, obat mata, vitamin, hingga penambah nafsu makan," kata Asep.

Sedemikian cintanya terhadap kucing, Welia pun membuat fasilitas permainan sederhana untuk peliharaannya tersebut. Ia juga kerap membawa penghuni panti untuk menikmati suasana sore dengan menaiki perahu kayu di sekitar rumahnya. Meski kondisi ekonominya terbatas, ia percaya rezekinya tidak akan pernah berkurang karena merawat ratusan kucing itu.***

Sumber Berita dan Foto : Media Indonesia dan Banjarmasin Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi AHU : Watak Simbol Intonasi Perangai Jingga

 Jumat, 22 Maret 2024 Cerita guramang alasan manis kian sinis watak simbolis kehendak penawar lara senarai kehendak intim suara nurani ego k...