Ketika Aruh Sastra
Kalimantan Selatan (ASKS) IV di Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU)
tahun 2007 saya pernah satu mobil dengan Burhanuddin Soebely, Abdaludin, dan
Muhammad Faried. Ketika peserta lain sudah pulang kami masih tetap bertahan
untuk mengikuti acara penutupan ASKS. Menggunakan mobil plat merah Dinas
Pariwisata Hulu Sungai Selatan (HSS). Yang menyetir Abdaludin, biasa dipanggil
Udin Salak. Burahanuddin Soebely atau Om Ibuy berada disamping. Sementara saya
dan Faried berada dibelakang.
Sekarang ketiga orang
tersebut sudah almarhum. Urutan yang meninggal adalah Faried (2011), Om Ibuy
(2012), dan Udin Salak (2014). Mereka seniman/budayawan HSS yang peduli daerahnya.
Sehingga HSS dikenal seperti sekarang ini.
Tahun 2003 merupakan tahun
perkenalan dengan mereka. Saat sebuah tabloid budaya terbit kami menjadi
pengelolanya. Tahun 2007 pertemuan terakhir secara bersama-sama di Amuntai.
Kini ketiganya sudah menghadap Ilahi Rabbi. Tapi jasa
mereka dalam memajukan dunia seni, budaya, dan sastra di HSS, Kalsel, maupun
Indonesia telah memberi banyak warna. Faried sosok muda yang suka
berorganisasi. Om Ibuy novelis, cerpenis, penyair serba bisa. Udin Salak seniman
tulen yang terus berkarya untuk eksisnya
kesenian tradisional di HSS.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar