Dalam relung
jiwa yang kelam
ada beragam
mimpi disini
mengundang orang
lain untuk datang disini
kesunyian yang
renta
uban pemanis
kian tumbuh
tanda kita sudah
tua
semestinya kita sadar
itu sebagai peringatan
apa saja dibawa
berpeluh diri
menunggu waktu yang
tak lama lagi
sang peminta tak
malu-malu
hilangkan sejuta
pesona
dalam kedewasaan
berpikir
diantara senyuman
kecut yang kian kentara
bawa aku pergi
kemana kau mau
memilih untuk bersama
lagi
mengukirkan beribu
janji
yang tiada arti
lagi
melenguh kelam
dalam sejuta
arti yang tiada
lelakon
jiwa-jiwa tradisi
sunyi mengeram
perjanjian tirani
karena bukan aku
yang punya
rasa sayang
mengemuka
membuai resah
segala rindu
tak ingin ada harap
lutan keteduhan
perjalanan panjang
dari gerusan
jaman
rasa minder
mendesah
kesia-siaan yang
tak terpikirkan
dari sejuta warna
gembala
tirai keabadian
yang ringkih
bicara sendiri
menikmati sendiri
lupakan sejenak
pikiran kelu
dalam himpitan
multifungsi
jangan setiap
hari
agar tahu malu
hati
rembesan
kerinduan yang jalang
seuntai laksana
cinta
menderai naluri
senja
bermahkotakan
keabadian asmara
jiwa-jiwa yang
kian ringkih
berawal dari
terpaan kata
mengurai rasa
berpaduan sengketa
bersama menoreh
cita-cita
Kandangan, 01-08-2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar