Rabu, 20 Agustus 2014

Memoar Rindu Semalam

Rabu, 20 Agustus 2014



Jangan memperkeruh suasana
yang menyilaukan mata hati
tampil lebih agresif
seteru bertubir berjuta makna
tak tahan lagi menunggu
semakin perih merindu padu
dalam memoar asmara yang tak perlu
dekapan rasa cinta
ada banyak pilihan disini
kerumunan manusia
dalam lintasan ambigu
aku ingin pergi jauh
menggapai mimpi-mimpi
menikmati nusantara sejauh mungkin
menikmati khazanah budaya lokal setempat
semuanya serba gratis
karena merupakan hasil kemampuan menulis
selain itu aku akan umrah atau haji yang juga menjadi pilihan
bersama kedua orangtua pergi kesana
dengan sesuatu yang tak mungkin
menjalani dengan kesabaran
tak bisa seperti dulu lagi
demi anak isteri
rela berkorban
walau diri menderita
hari-hari penuh dengan kehampaan
cukup lima menit saja
jangan sampai membingungkan rakyat
seteru kian menderu
ancaman serius dari luar
tradisional itu indah
menikmati kuliner halal dari penjuru negeri
pilih apa yang terbaik
satu pikiran dalanm kekhilafan tinggi
ingin berubah semuanya
bangga tak seperti dulu lagi
siapa saja bisa mencoba
cobalah mencapai yang terbaik
harus kemana lagi untuk mencari
inilah keabadian yang ringkih
bertabur sejuta harapan tentu
halangan rintangan mencumbu
tinggal kita untuk turut merasakan
betapa sesuatu yang indah perlu pengorbanan
untuk mendapatkannya



Kandangan, 13-07-2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi AHU : Watak Simbol Intonasi Perangai Jingga

 Jumat, 22 Maret 2024 Cerita guramang alasan manis kian sinis watak simbolis kehendak penawar lara senarai kehendak intim suara nurani ego k...