Artum Artha
Nama sebenarnya Artum Artha adalah M. Chusrien.
Lahir di Parincahan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, 20 Agustus 1920.
Pendidikan
Taman Medan Antara (Perguruan Parindra)
Kandangan. Aktif dikalangan pergerakan
nasional. Tahun 1945, membentuk gerakan bawah tanah bernama Gerakan
Pemuda Republik Indonesia (Geperindo) yang mengkhususkan diri pada pembuatan
dan penyebaran pamflet. Tahun 1946, menggabungkan diri dalam organisasi
kelasykaran Germeri (Gerakan Rakyat Mempertahankan Republik Indonesia). Setelah
ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan terbentuk, Artum menggabungkan diri
sebagai staf penerangan.
Artum
juga bergelut di dunia pers. Tahun 1948 merupakan redaksi SKH Kalimantan
Berjuang. Tahun 1949 mendirikan majalah Jantung Indonesia. Tahun 1950 menjadi
pimpinan redaksi harian Tugas, Balikpapan. Tahun 1952, redaksi harian Indonesia
Merdeka (Banjarmasin). Tahun 1957, pimpinan redaksi harian Utusan Kalimantan
(Banjarmasin). Tahun 1961-1963 menjadi Ketua PWI Kalimantan Selatan.
Tahun
1954 – 1961, Artum menjadi Ketua DPRD Kotamadya Banjarmasin. Tahun 1964 – 1966,
menjadi Kepala Seksi Sejarah dan Kebudayaan Pemda Tingkat I Kalsel. Tahun 1967
– 1971 menjadi Ketua Seksi D di DPRD Kotamadya Banjarmasin dan pimpinan Museum
Lambung Mangkurat.
Mulai
menulis tahun 1937. Publikasi karyanya
selain pada majalah dan surat kabar yang waktu itu terbit di Kandangan, juga
pada majalah Terang Bulan (Surabaya), majalah Keinsyafan (Gorontalo), majalah
Mimbar Indonesia (Jakarta), majalah Siasat (Jakarta), majalah Zenith (Jakarta),
majalah Pelopor (Jakarta), majalah Mutiara (Jakarta), majalah Waktu (Medan),
majalah Pahatan (Banjarmasin), majalah Bandarmasih (Banjarmasin), SKH
Banjarmasin Post, SKH Dinamika Berita (Banjarmasin).
Romannya
yang diterbitkan, antara lain Kumala, Gadis Zaman Kartini (Gemilang Kandangan,
1949). Tahanan yang Hilang (Pustaka Dirgahayu, Balikpapan, 1950). Kepada
Kekasihku Rokhayanah (Mayang Mekar, Banjarmasin, 1951). Putera Mahkota yang
Terbuang (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta, 1978). Kumpulan
Cerita Pendeknya adalah Dunia Semakin Panas (Pustaka Artha Mardaheka,
Banjarmasin, 1997).
Bukunya
yang lain adalah Masalah Kebudayaan Banjar (Banjarmasin, 1974). Album
Pembangunan Kalimantan (Banjarmasin, 1975). Wartawan-Wartawan Kalimantan Raya
(Banjarmasin, 1981). Hassan Basry Bapak Gerilya Kalimantan Pejuang Kemerdekaan
(Banjarmasin, 1999).
Antologi
sajaknya yang terbit adalah Unggunan Puisi Banjar (Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Jakarta, 1978). Gunung dan Laut (Banjarmasin, 1985).
Antologi bersama yang memuat sajaknya, antara lain Jendela Tanah Air (DKD
Kalsel, 1995).
Dalam
menulis Artum kadang menggunakan nama M Ch Artum, Mulya Artha, Emhart, HR
Bandara, Bujang Jauh atau M Chayrin Artha. Meninggal di Banjarmasin, 28 Oktober
2002.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar