Selasa, 05 November 2013

MENGENAL ARTUM ARTHA

RABU, 6 NOVEMBER 2013

 Artum Artha


Nama sebenarnya Artum Artha adalah M. Chusrien. Lahir di Parincahan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, 20 Agustus 1920.

            Pendidikan  Taman Medan Antara (Perguruan Parindra) Kandangan. Aktif dikalangan pergerakan  nasional. Tahun 1945, membentuk gerakan bawah tanah bernama Gerakan Pemuda Republik Indonesia (Geperindo) yang mengkhususkan diri pada pembuatan dan penyebaran pamflet. Tahun 1946, menggabungkan diri dalam organisasi kelasykaran Germeri (Gerakan Rakyat Mempertahankan Republik Indonesia). Setelah ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan terbentuk, Artum menggabungkan diri sebagai staf  penerangan.

            Artum juga bergelut di dunia pers. Tahun 1948 merupakan redaksi SKH Kalimantan Berjuang. Tahun 1949 mendirikan majalah Jantung Indonesia. Tahun 1950 menjadi pimpinan redaksi harian Tugas, Balikpapan. Tahun 1952, redaksi harian Indonesia Merdeka (Banjarmasin). Tahun 1957, pimpinan redaksi harian Utusan Kalimantan (Banjarmasin). Tahun 1961-1963 menjadi Ketua PWI Kalimantan Selatan.

            Tahun 1954 – 1961, Artum menjadi Ketua DPRD Kotamadya Banjarmasin. Tahun 1964 – 1966, menjadi Kepala Seksi Sejarah dan Kebudayaan Pemda Tingkat I Kalsel. Tahun 1967 – 1971 menjadi Ketua Seksi D di DPRD Kotamadya Banjarmasin dan pimpinan Museum Lambung Mangkurat.

            Mulai menulis tahun  1937. Publikasi karyanya selain pada majalah dan surat kabar yang waktu itu terbit di Kandangan, juga pada majalah Terang Bulan (Surabaya), majalah Keinsyafan (Gorontalo), majalah Mimbar Indonesia (Jakarta), majalah Siasat (Jakarta), majalah Zenith (Jakarta), majalah Pelopor (Jakarta), majalah Mutiara (Jakarta), majalah Waktu (Medan), majalah Pahatan (Banjarmasin), majalah Bandarmasih (Banjarmasin), SKH Banjarmasin Post, SKH Dinamika Berita (Banjarmasin).

            Romannya yang diterbitkan, antara lain Kumala, Gadis Zaman Kartini (Gemilang Kandangan, 1949). Tahanan yang Hilang (Pustaka Dirgahayu, Balikpapan, 1950). Kepada Kekasihku Rokhayanah (Mayang Mekar, Banjarmasin, 1951). Putera Mahkota yang Terbuang (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta, 1978). Kumpulan Cerita Pendeknya adalah Dunia Semakin Panas (Pustaka Artha Mardaheka, Banjarmasin, 1997).

            Bukunya yang lain adalah Masalah Kebudayaan Banjar (Banjarmasin, 1974). Album Pembangunan Kalimantan (Banjarmasin, 1975). Wartawan-Wartawan Kalimantan Raya (Banjarmasin, 1981). Hassan Basry Bapak Gerilya Kalimantan Pejuang Kemerdekaan (Banjarmasin, 1999).

            Antologi sajaknya yang terbit adalah Unggunan Puisi Banjar (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta, 1978). Gunung dan Laut (Banjarmasin, 1985). Antologi bersama yang memuat sajaknya, antara lain Jendela Tanah Air (DKD Kalsel, 1995).

            Dalam menulis Artum kadang menggunakan nama M Ch Artum, Mulya Artha, Emhart, HR Bandara, Bujang Jauh atau M Chayrin Artha. Meninggal di Banjarmasin, 28 Oktober 2002.***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengamati Jembatan MTsN 3 HSS Senin Pagi

 Sabtu, 2 November 2024 Mengamati suasana kehadiran guru dan siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 3 Hulu Sungai Selatan (HSS) saat melewa...