Seni kriya masyarakat di Hulu Sungai
Selatan yang menggunakan bahan baku logam kuningan ada di Kecamatan Daha
Utara dan Daha Selatan. Proses pembuatan benda-benda logam baik logam biasa
maupun dari kuningan di daerah Nagara pada awalnya menggunakan cara a cire
perdue, yakni pembuatannya menggunakan acuan yang terbuat dari lilin wanyi atau
lilin lebah. Lilin acuan dibungkus dengan tanah liat kemudian dipanaskan ke
tungku pembakaran.
Setelah lilin acuan meleleh ke luar,
lalu dituangkan cairan logam ke dalam lobang acuan. Pada benda-benda logam
tersebut juga diberi ukiran dengan berbagai motif tradisional. Saat ini
pengrajin kuningan di Nagara sebagian sudah menggunakan cetakan dari bahan
logam yang sama sebagai acuan. Adalah Burhan Nawi, penerima Penghargaan
Upakarti Tahun 1989 dari Presiden Soeharto, sebagai pengrajin logam di Nagara
yang menciptakan alat cetakan logam pertama yang terbuat dari bahan logam yang
sama.
Seni kriya berbahan dasar kuningan yang
dihasilkan sebagian besar adalah peralatan rumah tangga, terutama yang terbuat
dari bahan kuningan. Pada alat-alat ini biasanya juga diberi hiasan ukiran
berbagai bentuk seperti pada abun, tempat sirih, sasanggan, ceper, dll.
Motif-motif yang umum menghiasi peralatan tersebut adalah tumpal, yang dikenal
dengan dua macam bentuk. Jika tumpalnya besar maka disebut pucuk rabung,
sedangkan tumpal yang kecil dinamakan gigi haruan.
Hal ini biasanya digunakan sebagai
pembatas antara bagian yang berukir dan bagian yang tidak berukir. Motif-motif
lainnya adalah motif tumbuh-tumbuhan, motif binatang, motif wayang, motif
garis-garis, kaligrafi, pohon hayat, motif spiral, dsb. Beberapa jenis hasil
seni kriya berbahan kuningan adalah paludahan (tempat sepah atau ampas makan
sirih serta kucur atau air liur yang bercampur bahan kinangan).
Kemudian sasanggan (tempat piduduk atau
wadah beras fitrah di malam lebaran Idul Fitri), gayung mandi danuraja (untuk
mencucurkan air pada upacara tradisional mandi-mandi, seperti tian mandaring,
mandi baya badudus, dll), sarung katam (wadah mata ketam, alat untuk melicinkan
kayu), panginangan bokor (wadah bahan kinangan).
Lalu panginangan burung (wadah bahan
kinangan, bisa juga digunakan untuk tempat mas kawin atau jujuran pada waktu
upacara maatar jujuran), talam berukir (tempat nasi ketan atau kue-kue
tradisional dalam upacara batamat Qur’an, batumbang, dsb), kukuran buaya (mirip
alat memarut / menghaluskan daging kelapa, digunakan hanya sebagai hiasan
berbentuk buaya dan bersifat magis), tempat ragi (wadah ragi), dll.***
Kandangan,
11-03-2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar