Rabu, 11 Oktober 2017

Kaji dan Amalkan Kitab Imam Al Ghazali

Kamis, 12 Oktober 2017


Setiap Kamis rubrik Pengajian Malam Jum’at akan selalu hadir menjumpai pembaca sekalian. Edisi hari ini merupakan ringkasan pengajian Tuan Guru Ahmad Zuhdianoor atau Guru Zuhdi di Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin, pekan sebelumnya. Mudah-mudahan bisa menjadi pengingat dan bekal untuk melanjutkan mengikuti pengajian yang sama pada malam hari ini.

Kitab Ihya Ulumuddin, satu karangan yang amat sangat luar biasa, yang tidak akan mungkin bisa ditiru oleh siapapun, yaitu karangan Al Imam Al Ghazali RA. Yang dipuji oleh Rasulullah, yang dipuji oleh sahabat yang empat. Bermula zahir daripada jalan-jalan orang shaleh yang harus kita turuti, adalah menguasai ilmu agama, dan memperbanyak amal kebajikan, serta ibadat kepada Allah SWT.

Dan batinnya jalan itu, adalah mengurus urusan maqam dan hal, yaitu sifat-sifat yang ada di dalam hati. Apabila sifat itu bisa berubah-ubah, belum mantap kebaikan-kebaikan di dalam hati kita, dinamakan itu hal. Apabila sudah mantap dan kada baubah-ubah lagi dinamakan maqom.

Sabar wayah-wayah tagawi, wayah-wayah kada baarti masih hal di hati. Wayah-wayah syukur, wayah-wayah hamuk. Hal di hati itu namanya. Apabila hati sudah mantap, sabarnya kada baubah lagi, syukurnya kada baubah lagi, maka ngarannya itu maqom. Itulah yang dinamakan kedudukan.

Hati mereka, mereka isi dengan akhlak-akhlak yang mulia. Dan semua yang dimiliki oleh mereka, menyebutkan rahasia sudah ada di dalam hati mereka, yaitu ilmu ma’rifat. Oleh karena itu, kadang-kadang mereka menzahirkan ilmu fiqih, nahwu, dan lainnya, namun mereka adalah orang-orang yang memilki ilmu rahasia, yaitu ilmu ma’rifat.

Rahasia itu mereka simpan, dan hati mereka seperti kuburan, yaitu kuburan menyimpan orang-orang yang sudah mati, maka hati mereka menyimpan rahasia-rahasia Ilahi. Itu syariatnya orang orang dahulu, itu jalannya orang-orang bahari.

Jalannya orang bahari, jalannya orang-orang shaleh adalah jalannya para wali-wali Allah, dan jalannya para wali-wali adalah jalannya Rasulullah SAW. Barangsiapa mengikuti jalannya orang shaleh, berarti mengikuti jalannya Rasululah SAW. Jadi kalau ada orang yang mengaku mengikuti orang bahari, tapi kada mau menuntut ilmu agama, maka nyata dustanya. Walaupun ia keturunan ulama, tapi kada mau menuntut ilmu agama, maka inya kada menuruti jalan-jalan orang bahari.

Kemudian kalaupun ia menuntut ilmu agama, tapi tidak ada amalan wajib maupun sunat yang dikerjakannya, maka kada manuruti jalan-jalan orang bahari. Jadi jalan orang-orang shaleh, setelah zahirnya mereka lakukan, mereka lalu mengisi hati dengan sabar, syukur, khusnudzon, jangan cinta pada dunia dsb. Kemudian mereka sempurnakan dengan melihat dan memandang siapa yang sebenarnya telah menolongi dan memberi bantuan kepadanya.

Sehingga mereka hanya memandang dan melihat Allah yang nyata di alam semesta. Mata mereka memandang pohon, tetapi hati mereka memandang Allah. Namun orang-orang bahari yang sudah ma’rifat seperti itu, selalu menyembunyikan ilmu rahasia yang mereka miliki itu. Sebab apabila mereka berkata yang sebenarnya, misal ketika mereka memandang pohon lalu mereka mengatakan sedang memandang Allah, bingunglah orang-orang yang di sekitarnya.

Karena itu, mereka lebih memilih untuk menutup rapat-rapat kepemilikan ilmu rahasia mereka. Mereka lebih memilih berpura-pura seperti orang biasa. Mereka simpan rahasia ma’rifat itu selama-lamanya. Hatinya para wali adalah kuburan semua rahasia. Orang yang mau bersahabat, mau dekat, dan mau mencintai merekalah yang bakal dapat ilmu rahasia mereka itu. Adapun orang yang memusuhi mereka, tidak akan mendapat ilmu rahasia tersebut selama-lamanya.

Dan mereka marah, cemburu, kalau rahasia itu dibuka-buka. Jadi kada sembarangan ilmu ma’rifat itu disampaikan. Kada sembarangan ilmu rahasia itu diungkai. Karena bisa membingungkan orang-orang yang di sekitarnya. Karena itu, ma’rifat mereka hanya mereka tunjukkan dari dalam hatin mereka. Lalu kitab yang harus kita kaji supaya jalan sama lawan orang bahari ? Jawabannya yaitu apa yang sudah dijelaskan oleh Imam A Ghazali di dalam kitab-kitab beliau. Mulai ilmu-ilmu dasar sampai mendalam.

Kitab Bidayatul Hidayah ilmunya memang sederhana diantaranya kaya apa cara masuk jamban, kaya apa keluar jamban, sederhana tapi itulah ilmu bagaimana urang-urang bahari melakukan seperti itu.

Makan pakai tangan kanan, cebok pakai tangan kiri, di jamban jangan lawas, itu semua sederhana, tapi dijelaskan dalam kitab Bidayatul Hidayah karangan Imam Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al Ghazali. Baudu ada caranya, mandi wajib ada aturannya, sembahyang ada peraturannya, sampai kepada seluruh ibadah.

Lalu kitab Minhajul Abidin, sampai kemudian pada karangan yang mengajaibkan dunia bahkan akhirat, yaitu kitab Ihya Ulumuddin. Satu karangan yang sangat luar biasa, yang tidak akan mungkin bisa ditiru oleh siapapun, yaitu karangan Al Imam Al Ghazali RA. Yang dipuji oleh Rasulullah, yang dipuji oleh sahabat yang empat.

Pernah ada seorang ulama menghina dan menjelek-jelekkan UIama Al Ghazali, malamnya ulama itu bermimpi melihat perkumpulan yang di dalamnya dibacakan kitab karangan Imam Ghazali. Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar, Sayyidina Utsman, Sayyidina Ali dalam perkumpulan itu tampak juga ikut membaca kitab tersebut. Mereka membaca tentang kisah Rasulullah SAW. Si ulama itu tadi pun kada dihirani Rasululah.

Ulama itu bertemu Rasul, tapi Rasul mengacuhkannya. Maka atas penghinaannya terhadap Imam Al Ghazali, dalam mimpinya itu Si Fulan dihukum cambuk. Dan ketika dia bangun, ternyata bekas cambukannya masih ada. Padahal ia hanya dicambuk di dalam mimpi. Maka setelah itu, si ulama tadi pun segera bertaubat dari pada menjelek-jelekkan Imam Al Ghazali.

Karangan Ihya Ulumuddin tidak ada tandingannya, dan disukai para Habaib serta wali-wali Allah. Para Habaib memuji akan Ihya Ulumuddin. Kata mereka : kami baca Ihya Ulumuddin, hidup hati kami, senang hati kami, damai hati kami. Bahkan mereka berkata : seandainya yang mati bisa hidup kembali, mereka akan berpesan selain daripada pesan-pesan yang lain, agar yang masih hidup membaca serta mempelajari kitab Ihya Ulumuddin.

Jadi kita nang ada disini, bilanya ada nang mahina-hina Imam Al Ghazali, jangan uumpatan. Jangan sampai kita mempermasalahkan karangan Imam Ghazali, menganggap hadits-hadits yang ada disana dhaif, karena ilmu kita tak ada apa-apanya dibanding ilmu Imam Ghazali. Beliau langsung mengambil hadits dari Rasulullah SAW.

Siapa yang bertawasul, meminta berkat melalui Imam Ghazali, do’anya akan dikabulkan oleh Allah SWT. Jadi kalau handak mangaji ilmu zahir atau ilmu baibadah, buka karangan Imam Al Ghazali. Kalau bahasa Arabnya itu Bidayatul Hidayah, yang melayunya iya Hidayatusshalikin. Masalah yang batinnya pun ada jua disana.

Tapi ingatakan mangajinya itu harus baguru. Nah, bagurunya ini pulang bujur-bujur guru. Tanpa ada guru, kita tidak akan kenal apa-apa. Mudah-mudahan Allah SWT menjadikan kita orang yang shaleh-shalehah dan bertemu dengan seorang guru, walaupun guru itu adalah shalawat yang kita amalkan siang dan malam. Semoga hati ini suci dan bersih, semoga Allah ampuni dosa dan kesalahan kita, semoga Allah memberikan kita keimanan dan ma’rifat yang sempurna, Amin ya Rabbal ‘alamin. Minta ampun, minta ridha.***

Sumber : SKH Media Kalimantan, Kamis (12/11/2015) Halaman C7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi AHU : Watak Simbol Intonasi Perangai Jingga

 Jumat, 22 Maret 2024 Cerita guramang alasan manis kian sinis watak simbolis kehendak penawar lara senarai kehendak intim suara nurani ego k...