Mata telinga untuk semua pandangan
segala usaha telah dicoba mencerna
ragam posisi diri yang begitu ambisi
karena menulis sudah jalan hidupku
menikmati lagu-lagu Banjar lawas
begitu senang dan bangga budaya saurang
Tak ada arus waktu yang setuju
siapa akan mengajak aku makan gratis
bebas bercerita disini sepuasnya
teruslah berusaha dan bekerja keras
cerna watak kembara menyikut
kendali asmara merobek jalinan patut
Wajah-wajah kekasih berpantang lara
ranum kekuasaan menyandera penasti
memilih teman terbaik seperjalanan
kadang merasa jenuh juga disini
jangan terlalu dipaksakan bisa kecewa
cerna masa silam berpaut gurindam ambisi
Membaur arti kharisma yang berpadu
berjalan mengiring sepenuh tuntas
langgam jalan kemenangan para pemimpin
melonjak jauh merangkai petuah alim
bisa bersama kita tak pernah menang
pagut statis merebut gagasan lantang
Untuk memahami jalan hidup sebenarnya
terkadang aku merasa minder sendiri
dari kecap waktu menuju kecipak dendam
desah kalimat dendam meredam
jangan terlalu banyak berharap
berusaha melawan ketidaknyamanan itu
memahami segala aturan menyingkap batas
Tak berpendaran jenis kapanpun
senang sekali menyendiri di tempat kerja
dendam kesumat sepenuh tentu
rayu mementang jawaban nisbi
adat kawin dalam istana Banjar
tak retas kalbu yang sengkarut
aturan berpadu lamunan tenteram
Kandangan,
26 Oktober 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar