Kamis (31/7/2014) pagi
saya ke Loksado dengan Rizal. Singgah di rumah Ibu Hj Fahriani di Pandai antar
kiriman Sani berupa gado-gado dan sate. Kemudian ke Pasar Kandangan beli tawas
untuk sumur yang airnya sedang bangai.
Sampai di Loksado. Ke Malaris. Ternyata jembatan gantung
di depan SDN Loklahung tak kunjung diperbaiki. Masih dibiarkan dalam kondisi
rusak parah. Tak bisa dilewati. Karena miring dan terancam putus. Untuk menyeberang
harus menggunakan lanting. Untuk pengunjung yang mau ke Malaris harus merogoh
saku Rp. 5000 sekali menyeberang.
Di Malaris ada lagi pungutan untuk masuk sebesar Rp.
2000. Lalu kami ke Riam Hanai. Ternyata orangnya banyak juga. Ada turis asing
beberapa orang yang berasal dari Amerika Serikat dipandu guide lokal bernama
Hadi. Sementara pengunjung lainnya ada yang berasal dari Banjarbaru, Rantau,
dsb. Sebelumnya di gerbang Loksado kami dipungut sebesar Rp.3000. Untuk uang
parkir kata petugasnya.
Pulang dari Loksado kami singgah di Tugu Niih.
Beristirahat di gazebo yang ada disana. Melihat orang yang baru datang
balanting paring. Mereka berangkat dari Loksado sekitar pukul 09.00. Baru
sampai pukul 12.30. Saat itu ada orang
yang sedang maricih paring untuk dijual sebagai riing. Banyak bertumpuk. Dijual
kepada pengumpul, Rp.10.000/ikat. Nama orang itu Hanafiah. Mengaku punya menentu
yang berasal dari Gala-Gala.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar