Saya suka jalan-jalan. Juga suka
foto-foto. Jadi kloplah setiap ada kesempatan selalu memanfaatkannya di setiap
waktu hari kerja. Seperti Rabu (08/04/2015) siang. Saat menghadiri acara Saprah
Amal di Taman Pendidkan Al Qur’an (TPA) Al Hilal, Taniran Kubah, Desa Wawaran,
Kecamatan Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).
Usai ke Saprah Amal kami lewat Tawia. Saya
berdua dengan anak murid saya Muhammad Zairullah. Melihat hal yang menarik
tangan saya gatal untuk mengabadikan dengan kamera. Saya menghentikan motor.
Ada seorang ibu-ibu di sebuah jembatan kecil di Tawia Buntut sedang mahancau. Lantas saya mengabadikannya,
tentu dengan minta izin dulu. Mengambil beberapa angle. Dapatlah foto-foto seorang ibu sedang mahancau.
Kami terus. Masih di Tawia Buntut ditempat
yang lengang kami singgah kembali. Pemandangan di sepanjang mata memandang
begitu eksotis. Tak kalah dengan pemandangan di daerah lain. Tempat ini hanya
berjarak sekitar 4 kilometer dari Angkinang, tempat saya tinggal. Saya memotret
Eza beberapa kali. Setelah itu gantian Eza yang memotret saya dengan latar
hamparan sawah dan perairan di Tawia Buntut.
Puas di tempat itu kami pindah tempat.
Sekitar 100 meter berhenti lagi. Kali ini yang difoto banyak. Kami berempat,
saya sendiri, Eza, Bapak H Saleh Suaidi dan Fikri. Dengan latar suasana yang
benar-benar pedesaan. Dengan tema lokalitas sedang panen padi. Di tengah
matahari yang menggantang saat seperti ini mempengaruhi kualitas foto. Tak lupa
hal-hal yang berbau tradisional. Ada alat perangkap ikan tradisional. Saya tak
tahu namanya. Tapi sering saya melihatnya.
Tak lama disana kami beranjak pulang. Sembari
menikmati alam Tawia. Tawia Buntut menjanjikan banyak hal. Diantaranya harapan
untuk selalu dikunjungi kapanpun. Sudah beberapa kali saya kesana. Baik secara
sendiri maupun berteman. Hanya sekedar lewat atau foto-foto saja. Entah kenapa
Tawia Buntut menjadi secercah harapan bagi setiap orang untuk hadir kesana.
Menurut informasi pula, saya tak pernah melihatnya secara langsung, setiap sore
banyak orang memancing ikan disini. Potensi perikanan sangatlah melimpah.
Mudahan saja semua kelebihan bisa diimbangi
dengan infrastruktur memadai. Sayang memang kondisi jalan tak mengenakkan.
Kerap saya mengeluh, karena sepeda motor saya sudah tua, garakakan bila melewatinya. Kadang malu juga. Jalan rusak,
berlubang disana-sini dibiarkan seperti tak ada perhatian dari pihak yang
berkompeten. Agar warga termudahkan dalam melakukan kegiatan perekonomian
sehari-hari. (akhmad husaini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar