Selasa, 01 September 2015

Menengok Potensi Rampah Tumaung

Selasa, 1 September 2015








Kala semingguan suntuk bekerja saatnya waktu libur dibawa bajalanan ke tempat wisata. Seperti yang saya lakukan Minggu (30/08/2015). Bersama teman se kampung Amud, Rizal, dan Ufik. Kami pergi ke Rampah Tumaung di Desa Hinas Kiri, Kecamatan Batang Alai Timur (BAT), Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST). Saya tak tahu jarak pasti yang ditempuh. Yang pasti lebih dari 40 kilometer dari rumah saya di Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).

Pukul 07.00 WITA Amud sudah ke rumah. Tapi saya belum siap. Kami baru berangkat pukul 07.30 WITA. Saya ikut Rizal. Sementara Amud dengan Ufik. Singkat kata kami sampai di Pasar Birayang. Kami sarapan pagi di sebuah warung.

Saya memesan lontong sayur dengan lauknya hintalu masak habang. Ditemani pula segelas teh hangat. Sementara Amud, Rizal dan Ufik memesan nasi kuning. Setelah dari Pasar Birayang kami ke Masjid Mubarak Birayang. Berjarak sekitar 300 meter dari pasar.

Kami disini beristirahat menunggu teman-teman dari Barabai. Kami menunggu Sari, Guru, dan Arab. Tak lama teman-teman dari Barabai datang. Ada Sari Garimbas beserta temannya asal Limpasu bernama Novi.

Lalu Arab dengan temannya. Guru nanti di Batu Tangga menjemput teman perempuannya sebagai guide. Jadi kami jumlahnya bersepuluh menuju Rampah Tumaung. Dengan lima sepeda motor. Terdiri dari tiga perempuan tujuh laki-laki. Kami melewati Wawai, Batu Tangga, Tandilang, dan Hinas Kiri.

Seperti biasa perjalanan kami mulai Birayang menuju desa tersebut disapa dengan debu jalanan, jalan rusak, dan motor truk pengangkut galian tambang yang berseliweran. Tiba di Hinas Kiri kami disambut pemandangan menarik.

Ada pintu gerbang selamat datang di tempat wisata. Juga tamu yang datang wajib mengisi buku tamu. Sementara parkir untuk satu motor Rp 5.000. Setelah memarkir motor kami berjalan kaki menuju lokasi. Menurut Acil yang menjaga buku tamu perjalanan bisa ditempuh sekitar 2 jam.

Kami harus melewati trek berat dan cukup menantang. Ada jalan menanjak dan curam. Tak jauh dari lokasi air terjun ada petugas yang merupakan anak muda Hinas Kiri untuk memberikan karcis masuk. Dimana perorang dipungut Rp 3.000. Kami bersepuluh jadi Rp 30.000. Tapi mau anak muda itu mau ditawar Rp 25.000 saja. Tiba di lokasi air terjun Rampah Tumaung disana cukup ramai. Banyak orang baik tua atau muda. Laki-laki maupun perempuan.

Rampah Tumaung berketinggian sekitar 15 meter. Secara umum hampir sama dengan Air Terjun Haratai di Loksado yang pernah saya datangi. Tapi disini area untuk mandi agak luas. Teman-teman serombongan mandi semua kecuali saya. Hanya melihat aktivitas mereka saja. Di sudut lain anak muda ada yang bamasakan.

Sekitar sejam menikmati Rampah Tumaung kami pulang. Selama perjalanan pulang dengan jalan kaki kami sempat singgah di tepi jalan ketika melihat tiga anak Hinas Kiri sedang membersihkan kemiri.

Sempat foto bersama. Setelah mengambil sepeda motor di tempat parkir kami pulang. Sempat singgah di Bendungan Wawai. Lalu ke Pasar Birayang seperti biasa menikmati nasi goreng. Shalat di Masjid Agung Riadusshalihin Barabai. Pulang ke rumah menjelang shalat Isya. (akhmad husaini)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Suasana di Rumah Malam Sabtu

 Jumat, 26 April 2024 Suasana di dalam rumah saya, pada hari Jumat (26/04/2024) malam Sabtu sekitar pukul 22.15 WITA. (ahu)