Kamis, 17 September 2015

Catatan Perjalanan ke Kabupaten Tanah Bumbu

Kamis, 17 September 2015











Rombongan Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) melakukan studi wisata ke Kabupaten Tanah Bumbu, Sabtu (12/09/2015) sampai Minggu (13/09/2015). Rombongan menggunakan bus berangkat dari Angkinang pukul 11.00 WITA. Yang ikut ke sekitar 30 orang terdiri dari Kepala Madrasah (Kamad), Dewan Guru, Karyawan Madrasah beserta anak-anak.

Kami berkumpul di depan Makam Datu Taniran. Kemudian setelah terkumpul, menjemput yang lain dibeberapa tempat di Kandangan. Suasana riang dan gembira tampak terlihat di dalam  bus selama perjalanan  panjang menuju Kabupaten Tanah Bumbu.

Dua tujuan utama ke Tanah Bumbu adalah ziarah ke Makam Keturunan Datu Kalampayan di Pagatan dan ke Pantai Angsana. Pukul 16.00 WITA rombongan singgah di sebuah masjid di Kecamatan Bati-Bati, Kabupaten Tanah Laut untuk menunaikan shalat Dzuhur dan Ashar. Sekaligus untuk makan siang.

Rute perjalanan di Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu yang kami lewati adalah Bati-Bati, Jorong, Asam-Asam, Kintap, Satui, Sebamban, dan Pagatan. Di Kintap banyak ulin batangan. Diangkut oleh warga menggunakan sepeda motor khusus. Buah naga tanaman primadona di Tanah Laut. Di kiri kanan jalan banyak tanaman tersebut. Di Jorong ada kios oleh-oleh khas laut. Seperti ikan dan kerupuk.

Kami melanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Tanah Bumbu. Kami tiba di Kabupaten Tanah Bumbu menjelang maghrib. Tujuan pertama kali adalah Makam Keturunan Datu Kalampayan di Pagatan, Kecamatan Kusan Hilir. Setibanya di Pagatan kami turun dari bus. Lalu menuju Makam Keturunan Datu Kalampayan. Yang kemudian hari namanya adalah Mufti Syekh HM Arsyad Bin Mufti Syekh HM As’ad.

Satu persatu rombongan turun dari bus menuju makam di tengah gelapnya malam. Kebetulan saat kami tiba sudah masuk waktu Maghrib. Kami menuju lokasi makam namun ternyata pintunya terkunci. Saat itu angin laut cukup kencang sehingga membuat suasana mencekam. Karena di kiri kanan kami terdapat banyak kuburan.

Ada yang pergi ke sebuah sumur. Dekat makam yang katanya bila batampungas dengan air sumur tersebut akan awet muda dan enteng jodoh. Tak lama kemudian kami kembali memasuki bus untuk melanjutkan perjalanan. Berikutnya masih di Pagatan kami singgah di sebuah masjid untuk menunaikan shalat Maghrib dan Isya.

Setelah shalat kami terus melanjutkan ke Kecamatan Angsana. Jaraknya cukup jauh juga. Dikiri kanan jalan hanya perkebunan sawit saja. Pemukiman penduduk tidak ada. Ditunjang pula tidak ada Penerangan Jalan Umum (PJU). Sekitar sejam perjalanan kami tiba di Pantai Angsana. Kehadiran kami disambut dengan hembusan angin laut.

Kami mencari penginapan yang sudah dipesan sebelumnya. Satu kamar bisa diisi oleh tujuh orang. Dengan harga Rp 250 ribu per kamar. Kami memesan empat kamar. Saya meletakkan tas ke dalam kamar. Lalu berjalan ke arah pantai. Saat itu sekitar pukul 23.00 WITA.

Saya menempati kamar belakang dengan Bapak Abdurrahman, Bapak Rudi, Bapak Sayuti, dan Bapak Musthapa. Minggu (13/09/2015) saya bangun sekitar pukul 04.00 WITA. Langsung mandi. Agar nanti tidak taraung dengan lain. Karena memang kamar mandi terbatas. Usai mandi ke kamar ganti pakaian. Lalu keluar kamar mencari lokasi yang segar. Di dekat parkir bus menghampar terpal untuk istirahat makan pagi.

Balik ke kamar kami shalat Subuh dengan imam Bapak Musthapa. Pagi Minggu ke pinggir pantai. Ada yang bermain banana boat, pergi ke tengah laut dengan kapal warga melihat terumbu karang, tentu harus membayar, dsb. Juga dengan Bapak Gazali, Fahmi, Syamsuddin, dan Nita makan bakso.

Sepulang dari Pantai Angsana kami singgah di Satui. Saruan anu keluarga ibu Qiah yang aruh. Lalu singgah pula di Jorong beli oleh-oleh khas laut. Ada ikan kering dan kerupuk. Ke Taman Labirin di Tambang Ulang, Tanah Laut.

Singgah shalat Maghrib  di Masjid Taqwa Suato Tatakan, Tapin. Tiba di Angkinang sekitar pukul 22.00 WITA. Inilah perjalanan panjang dan melelahkan namun cukup mengesankan. (akhmad husaini)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi AHU : Watak Simbol Intonasi Perangai Jingga

 Jumat, 22 Maret 2024 Cerita guramang alasan manis kian sinis watak simbolis kehendak penawar lara senarai kehendak intim suara nurani ego k...