Rombongan Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Angkinang, Kabupaten Hulu
Sungai Selatan (HSS) melakukan studi wisata ke Kabupaten Tanah Bumbu, Sabtu
(12/09/2015) sampai Minggu (13/09/2015). Rombongan menggunakan bus berangkat
dari Angkinang pukul 11.00 WITA. Yang ikut ke sekitar 30 orang terdiri dari Kepala
Madrasah (Kamad), Dewan Guru, Karyawan Madrasah beserta anak-anak.
Kami berkumpul di depan Makam Datu Taniran. Kemudian setelah terkumpul, menjemput
yang lain dibeberapa tempat di Kandangan. Suasana riang dan gembira tampak
terlihat di dalam bus selama perjalanan panjang menuju Kabupaten Tanah Bumbu.
Dua tujuan utama ke Tanah Bumbu adalah ziarah ke Makam Keturunan Datu
Kalampayan di Pagatan dan ke Pantai Angsana. Pukul 16.00 WITA rombongan singgah
di sebuah masjid di Kecamatan Bati-Bati, Kabupaten Tanah Laut untuk menunaikan shalat
Dzuhur dan Ashar. Sekaligus untuk makan siang.
Rute perjalanan di Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu yang kami lewati
adalah Bati-Bati, Jorong, Asam-Asam, Kintap, Satui, Sebamban, dan Pagatan. Di
Kintap banyak ulin batangan. Diangkut oleh warga menggunakan sepeda motor
khusus. Buah naga tanaman primadona di Tanah Laut. Di kiri kanan jalan banyak
tanaman tersebut. Di Jorong ada kios oleh-oleh khas laut. Seperti ikan dan
kerupuk.
Kami melanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Tanah Bumbu. Kami tiba di
Kabupaten Tanah Bumbu menjelang maghrib. Tujuan pertama kali adalah Makam Keturunan
Datu Kalampayan di Pagatan, Kecamatan Kusan Hilir. Setibanya di Pagatan kami
turun dari bus. Lalu menuju Makam Keturunan Datu Kalampayan. Yang kemudian hari
namanya adalah Mufti Syekh HM Arsyad Bin Mufti Syekh HM As’ad.
Satu persatu rombongan turun dari bus menuju makam di tengah gelapnya
malam. Kebetulan saat kami tiba sudah masuk waktu Maghrib. Kami menuju lokasi
makam namun ternyata pintunya terkunci. Saat itu angin laut cukup kencang
sehingga membuat suasana mencekam. Karena di kiri kanan kami terdapat banyak
kuburan.
Ada yang pergi ke sebuah sumur. Dekat makam yang katanya bila batampungas dengan air sumur tersebut
akan awet muda dan enteng jodoh. Tak lama kemudian kami kembali memasuki bus
untuk melanjutkan perjalanan. Berikutnya masih di Pagatan kami singgah di sebuah
masjid untuk menunaikan shalat Maghrib dan Isya.
Setelah shalat kami terus melanjutkan ke Kecamatan Angsana. Jaraknya
cukup jauh juga. Dikiri kanan jalan hanya perkebunan sawit saja. Pemukiman
penduduk tidak ada. Ditunjang pula tidak ada Penerangan Jalan Umum (PJU).
Sekitar sejam perjalanan kami tiba di Pantai Angsana. Kehadiran kami disambut
dengan hembusan angin laut.
Kami mencari penginapan yang sudah dipesan sebelumnya. Satu kamar bisa
diisi oleh tujuh orang. Dengan harga Rp 250 ribu per kamar. Kami memesan empat
kamar. Saya meletakkan tas ke dalam kamar. Lalu berjalan ke arah pantai. Saat
itu sekitar pukul 23.00 WITA.
Saya menempati kamar belakang dengan Bapak Abdurrahman, Bapak Rudi, Bapak
Sayuti, dan Bapak Musthapa. Minggu (13/09/2015) saya bangun sekitar pukul 04.00
WITA. Langsung mandi. Agar nanti tidak taraung
dengan lain. Karena memang kamar mandi terbatas. Usai mandi ke kamar ganti
pakaian. Lalu keluar kamar mencari lokasi yang segar. Di dekat parkir bus
menghampar terpal untuk istirahat makan pagi.
Balik ke kamar kami shalat Subuh dengan imam Bapak Musthapa. Pagi Minggu
ke pinggir pantai. Ada yang bermain banana
boat, pergi ke tengah laut dengan kapal warga melihat terumbu karang, tentu
harus membayar, dsb. Juga dengan Bapak Gazali, Fahmi, Syamsuddin, dan Nita
makan bakso.
Sepulang dari Pantai Angsana kami singgah di Satui. Saruan anu keluarga ibu Qiah yang aruh. Lalu singgah pula di Jorong beli oleh-oleh khas laut. Ada
ikan kering dan kerupuk. Ke Taman Labirin di Tambang Ulang, Tanah Laut.
Singgah shalat Maghrib di Masjid
Taqwa Suato Tatakan, Tapin. Tiba di Angkinang sekitar pukul 22.00 WITA. Inilah
perjalanan panjang dan melelahkan namun cukup mengesankan. (akhmad husaini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar