Rabu, 19 Mei 2021
Sekitar pukul 04.00 WITA, Ahad (16/05/2021), Madan memanggil saya, mengatakan untuk ke rumah melihat kondisi ibunya. Lalu saya memakai baju bercelana panjang, lantas memberitahu ibu saya, menuju rumah Umanya Madan, yang berjarak beberapa meter.
Di dalam kamar saya lihat Umanya Madan seperti orang tersengal-sengal, di mulutnya mengeluarkan buih. Lantas Madan menyuruh saya menghubungi Amud, untuk minta bantuan mobil ambulans PMK Al Kautsar mengantar ke rumah sakit. Beberapa puluh menit kemudian Umanya Madan dibawa ke rumah sakit. Yang menyetir mobil ambulans Hendra Ipung, Amud sebagai pendampingnya.
Di dalam mobil bagian belakang selain saya ada Ibu saya, Yayan Apul, dan bini H Mastur. Tujuan pertama ke RS Ceria di Hamalau. Setibanya di sana kami berada di depan ruang IGD. Kata Satpam menunggu dokter / perawatnya dulu agar tak tadua kali.
Lantas menunggu perawat datang beberapa saat. Taka lama seorang laki-laki berpakaian khas RS, keluar ruang RS untuk memeriksa kondisi Umanya Madan sambil bertanya kepada Madan apa-apa yang berhubungan dengan kondisi sebelum dibawa ke RS.
Lalu perawat itu menyuruh / merujuk ke RS Hassan Basery, saya tak tahu pasti apa alasan sehingga menolak untuk dilayani di RS Ceria. Lalu kami balik haluan ke Hangkinang, tapi keputusan bukan dibawa ke RS Hassan Basery tapi ke Klinik Utama Mubarak, Panggung, Kecamatna Haruyan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Walau agak jauh kembali, namun itu sudah keputusan bersama.
Tiba di Klinik Utama Mubarak langsung masuk ruang IGD. Menunggu beberapa saat lantas masuk kamar, tepatnya di Ruang Selvina. Kondisi Umanya Madan sedikit membaik. Saya, Ibu saya, Umanya Amin / Bini H Mastur, Yayan Apul, beserta kru ambulans PMK Al Kautsar, Amud dan Hendra Ipung pulang ke Hangkinang.
Di Mubarak Madan menunggu. Tiba di rumah saya mandi dan membenahi hal penting lainnya. Sekitar pukul 07.00 WITA kembali Yayan Apul datang ke rumah, memberitahu Madan satatalipun, menyuruh untuk secepatnya ke Mubarak Panggung. Karena semua barang yang akan dibawa sudah siap, lantas kami berangkat Ahad pagi, ke Panggung.
Tiba di sana, memang kondisi Umanya Madan agak berbeda dari sebelumnya. Kali ini agak bagagah, tidak tenang. Kaki dan tangan kada sing ranaian, seperti ada sesuatu yang mengganjal. Lantas saya membaca Surah Yasin, Ayat Kursi, dan Zikir. Saat itu yang ada di ruang itu selain saya, ada Madan, dan Yayan Apul. Kami sempat diliputi kepanikan menghadapi hal itu.
Tak lama setelah dihubungi berdatangan anggota keluarga yang lainnya. Ada Bini Udin, beserta anak lelakinya. Juga kemudian Resti dan adiknya. Kemudian Apul dan bininya. Juga turut membezuk Kani dan bininya.
Sempat pasang oksigen, tapi tak kama kemudian dicabut kembali. Hanya menggunakan slang infus saja. Saya tak tahu pasti apa penyakit yang diderita Umanya Madan itu. Sebelumnya sidin kemairn sehat walafiat, sempat memberi tapai, dan yang lainnya ke rumah saya.
Karena belum makan, saya sempat makan di sebuah warung tak jauh dari Klinik Mubarak. Tapi nasinya habis, yang ada gado-gado dan soto saja. Lantas saya pilih gado-gado. Kebetulan juga Abahnya Resti beserta Umanya Resti, Resti, adingya Resti dan Yayan juga menuju ke warung yang saya datangi.
Tapi saya duluan datang, jadi gadi-gado sudah ada untuk saya dengan lauk telur masak habang. Airnya es satrup. Ternyata saya ditraktir, dibayari Abahnya Resti. Kemudian ada satu bungkus untuk dibawa ke Ruang Selvina Mubarak Panggung.
Karena kondisi agak membaik, saya pulang ke rumah, dengan membonceng Yayan Apul. Nanti usai Ashar kembali ke sana. Madan mau pulang, untuk mengurus ternak ayamnya. (ahu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar