Kamis, 3 Desember 2020
PUISI ANDRE HENDRIANTO :
KEDIP
Hembusan udara kini mengerakkan benang pakaianku
mengingat masa kelam kaku
darah bercampur tanah rumah tanpa denah
hidangan dengan limbah karena
makhluk-makhluk serakah
Mereka terlalu lama menikmati senyuman pilu
dengan kondisi daerah sebagai keringat
hingga melelahkan mata yang terus tersebut
akan denyut dan hampir menghentikan detak
Berkedip, lah!
ini tanah mereka
jangan jadikan neraka dengan dosa-dosa yang ada
buatlah mereka tertsenyum dengan berdiri di terik panas
mengangkat sebelah tangan kanan ke arah kibaran merah putih
Karang Bintang, September 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar