Selasa, 22 Desember 2020

Lebih Dekat dengan Norjanah, Penyair Muda Hulu Sungai Selatan

Rabu, 23 Desember 2020

 

Norjanah, penyair muda Hulu Sungai Selatan. (foto : istimewa)

 

Norjanah namanya. Saya sudah akrab dengan nama yang satu ini lewat beberapa buku kumpulan puisi Penyair Kalimantan Selatan. Ternyata asli orang Hulu Sungai Selatan (HSS). Norjanah lahir di Kandangan, 14 November 2000. Anak tunggal yang saat ini sedang menempuh pendidikan kuliah di sebuah perguruan tinggi. Tinggal di Desa Balanti RT 002 RW 001, Kecamatan Kalumpang, Kabupaten HSS.

Norjanah mengaku sebenarnya untuk karya sastra yang ia geluti saat ini hanya puisi, dan itu pun masih sangat pemula. Ia suka dengan puisi sudah lama, sejak duduk di bangku SD. Namun dari SD, SMP, SMA tidak pernah melahirkan karya puisi apapun, karena ia pikir hanya suka sama puisi dan menikmati puisi dari karya orang lain, menurutnya itu sudah cukup.

Yang paling ia sukai puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul Aku Ingin. Akhirnya keinginan untuk menulis puisi itu hadir ketika Norjanah iseng-iseng pas waktu luang lulus SMA dimasa kebimbangan antara diterima kuliah atau tidak, akhirnya karena kegalauan itulah ia menuliskan perasaan dan coba dituangkan dalam bentuk puisi.

Sementara untuk puisi Lagu Pejalan yang dimuat di buku Riuh Imaji di Tengah Pandemi  Antologi Puisi Penyair Kalimantan Selatan Aruh Sastra Kalimantan Selatan (ASKS) XVII di Kabupaten Tabalong Tahun 2020, menurut Norjanah dibuat secara spontan dan alasannya hanya ingin menuangkan apa yang dirasakan saat itu. Bikinnya pun di dalam mobil saat perjalanan, mungkin juga karena efek galau,” ujar Norjanah.

Mimpinya di dunia kepenulisan, Norjanah mengaku tidak memiliki ambisi besar untuk jadi penulis terkenal, tapi ia akan sangat senang apabila karyanya yang ditulisnya, khususnya puisi, dapat mengena di hati pembaca.

Untuk keberadaan penulis / sastrawan di Kabupaten HSS menurutnya, kehadiran mereka sangat luar biasa, sangat memotivasi, menjadi pemantik semangat untuk penulis pemula seperti dia.

Di Kecamatan Kalumpang dikatakan Norjanah, hanya ada SD dan SMP, menurut pandangannya pelajar di sana sepertinya banyak yang suka karya sastra, cuma seperti pengalamannya masih kurangnya ajakan untuk mengenal lebih jauh tentang sastra. Sebab sepengetahuan saya di Kecamatan Kalumpang tidak ada komunitas sastra,” pungkasnya. (ahu)

Puisi Ikhsanul Sodikin : Dunia Kedua di Barat Sekolah

Rabu, 23 Desember 2020

PUISI IKHSANUL SODIKIN :

 

DUNIA KEDUA DI BARAT SEKOLAH

 

Fajar mengembun menetes di daun-daun

Matahari gagah menerkam kaca jendela

Menyelinapi pagar kayu

Terbangun dari gulita mimpi semalam

 

Tongkat mengetuk bermata garis-garis di selasar bangunan tua

Langkahku perlahan, mewangi bunga-bunga

Lonceng berdentang, bergegas aku datang

 

Bangku kosong telah terisi

Perbincangan memenuhi ruang kelas

Pena sahut menyahut di atas kertas braille

Menyerap butiran kata dari gerak bibir menghunjam aksara

 

Sebelaah sekolah perpustakaan bungkam

Di balik tembok

Buku menjadi sarang laba-laba

Tak tersentuh menebal debu

 

Pintu dunia kedua terbuka

Berteman temaram kususuri rak membisu

Tersusun rapi buku-buku menatap penuh harap

 

Raihku satu buku

Titik demi titik kujelajah

Kudapati rumus-rumus aljabar

Sudut siku persegi tiga sama kaki

Menghitung jarak mengetahui titik tempuh

 

Di situlah kutemui dunia kedua

Dunia yang membuat mataku melihat

Melihat lebih tajam melintasi khatulistiwa

 

Martapura, 2019

Puisi Ikhlas : Sela Separuh Hari

Rabu, 23 Desember 2020

PUISI IKHLAS :

 

SELA SEPARUH HARI

 

Sela separuh hari, setelah masing-masing kita menapaki jejak-

jejak sunyi. Waktu terasa sangat melambat. Menggamit gigil

rindu yang erat tersemat. Pada langkah-langkah gontai yang

sengaja kusepai di gigir keheningan. Di mana saujanamu terus

saja melambai dari balik kisi-kisi kenangan.

 

Sela separuh hari, setelah niat-niat azam kita pertaruhkan.

Sepasang mimpi nyenyak di hamparan malam. Di mana asa

telah terlarutkan dari beragam doa yang rapalnya lantang kita

lisankan.

 

Kita, hanyalah kata yang belum terbasuh oleh nyata. Hanyalah

rintik-rintik asa yang belum terbaca oleh cuaca. Namun,

malam tak pernah bosan untuk menelan partikel dari doa-doa.

Tentang seranting harap yang diam-diam kita dekap. Tentang

sebias angan yang malu-malu kita telan. Juga tentang helai-helai

renjana yang kita gerai di langit semesta.

 

Bahwa, entah berapa paruh hari lagi yang akan kita lewati.

Semoga raudah cinta lah yang datang menghampiri. Sebagai

akhir dari mimpi-mimpi yang telah sudi kita nanti.

 

Angsana, 27 September 2019

Suasana Pagi Hari di Sekitaran RT 1 Desa Angkinang Selatan

 Sabtu, 23 November 2024 Suasana yang terlihat di sekitaran RT 1 Desa Angkinang Selatan, Kecamatan Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan,...