SOSOK yang satu ini seakan tak pernah
letih. Di usianya yang ke-61 tahun, sikap energiknya begitu kentara. Seperti
siang itu saat bertemu saya di Cilandak Town Square (Citos), Jakarta Selatan,
memakai kaos hitam bertuliskan ‘Ring of Fire Adventure’ pada bagian depan dan
“We are many, We are IndONEsia” di bagian belakang.
Memakai celana khusus pesepeda motor dan
sambil menenteng helm X-lite yang memiliki perangkat Bluetooth, tampilan
sosoknya amat pesepeda motor. Belum lengkap, siang itu dia menunggang sepeda
motor BMW bermesin 800cc.
“Saya sudah menunggang sepeda motor
sejak usia 16 tahun,” seloroh Youk Tanzil, penggagas sekaligus pelaksana
ekspedisi mengelilingi Nusantara dengan menunggang sepeda motor bertajuk ‘Ring
of Fire Adventure’”, saat berbincang dengan saya, Sabtu, 21 Juni 2014 siang.
Sosoknya lengkap. Dia pengusaha, juga
petualang bersepeda motor. Di rumahnya saat ini bertengger 11 kuda besi dengan
berbagai jenis dan kapasitas mesin. Mulai dari sepeda motor sport, trail,
hingga motor besar. “Naik sepeda motor ada filosofinya, saya sudah bertekad,
naik sepeda motor hingga akhir hayat,” kata bapak dari empat anak ini.
Saat menunggang kuda besi, ketika di
dalam ‘kesendirian’, Youk Tanzil melakukan dialog dengan sang ‘teman’. Dia
mendapatkan kontemplasi diri. Merasakan makna hidup sesungguhnya. Seseorang
bisa mengisi ulang semangat dan kehidupannya. “Dalam kesendirian itu sangat
kaya. Tuhan ada dimana-mana, karena itu, saya yakin ‘teman’ ada di dalam diri
kita,” ujar pria yang mengaku masih sanggup menunggang motor selama 5-6 jam
ini.
Di tengah itu semua, ujar pria yang
pernah kuliah arsitektur di Ecole Boulle, Prancis ini masalah keselamatan
menjadi kebutuhan manusia, termasuk saat berlalu lintas jalan. Dia bercerita
bagaimana saat melakoni stage satu Ring of Fire Adventure di kawasan Nusa
Tenggara Timur (NTT) dia mengalami kecelakaan sepeda motor. Kaki kirinya patah
sekalipun saat itu kecepatan sepeda motor berkisar 30-40 kilometer per jam
(kpj). Dia tak sendirian, kecelakaan menimpa tiga sepeda motor, termasuk
anaknya, Banyu Tanzil.
Penanganan pun dilakukan. Dia bercerita,
proses transportasi dirinya dari Atambua ke Kupang dan selanjutnya ke Jakarta,
penuh perjuangan. Pasalnya, kaki kirinya tak bisa ditekuk. Di dalam pesawat
kecil yang membawanya dari Atambua ke Kupang, hal itu harus dilalui dengan
perjuangan, termasuk saat naik pesawat komersial dari Kupang menuju Jakarta.
“Saya terpaksa membeli empat tiket agar kaki saya bisa selonjoran,” sergahnya.
Youk Tanzil dibawa ke Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto di Jakarta Pusat. Lewat penanganan dokter
yang profesional, proses operasi dan penanganan yang memakan waktu empat hari
membuatnya kembali pulih walau belum maksimal.
Sekalipun demikian, dia kembali
meneruskan ekspedisi stage pertama Kupang-Jakarta.
Bahkan, dengan kaki memakai tongkat dia masih masuk ke pelosok-pelosok menjumpai warga setempat yang dilintasi perjalanan ekspedisi. Hal yang lebih dahsyat, dengan kaki masih pincang dia mengikuti pendakian Gunung Rinjani.
Bahkan, dengan kaki memakai tongkat dia masih masuk ke pelosok-pelosok menjumpai warga setempat yang dilintasi perjalanan ekspedisi. Hal yang lebih dahsyat, dengan kaki masih pincang dia mengikuti pendakian Gunung Rinjani.
Saking pentingnya masalah keselamatan saat berkendara, dia meminta para fans Ring of Fire Adventure untuk memiliki asuransi saat menghadiri Jambora Ring of Fire Adventure di Kaligua, Jawa Tengah pada 31 Januari hingga 2 Februari 2014. Dalam Jambore yang mengusung tema “Bersatu, Belajar dan Berlatih” juga diberikan materi pelatihan survival dan pertolongan pertama pada kecelakaan.
“Saat berkendara di jalan raya kita
tidak boleh egois. Masalah road safety bukan semata keselamatan diri sendiri
tapi juga keselamatan orang lain,” sergah pria kelahiran Surabaya ini.
Youk Tanzil di Bali (foto:dok Youk Tanzil)
Baginya, selain mengerti bagaimana cara
berkendara yang aman dan selamat, para penunggang kuda besi juga harus sopan.
Selalu menggunakan akal sehata dan nurani. “Jadi bukan semata bisa berkendara
dan memakai perlengkapan keselamatan jalan,” tambahnya.
Menyinggung soal ekspedisi Ring of Fire
Adventure, pemilik PT Ring of Fire Indonesia ini mengaku gagasannya sudah lama.
Dia terinspirasi oleh Indonesia yang kaya akan kekayaan sumberdaya alam dan
budaya yang tinggi. Indonesia yang terletak di cincin api, yakni sekitar 150
gunung berapi dan volcano perlu didokumentasikan dengan baik. Karena itu, saat
memiliki gagasan tersebut dan mendapatkan ilham nama Ring of Fire, Youk Tanzil
meminta masukan kepada mentornya, Joop Ape mantan menteri pariwisata di era
Orde Baru. “Joop Ape adalah mentor saya, dia bilang, good. Maka saya pun
mewujudkan gagasan itu,” sergahnya.
Inilah perjalanan dengan sepeda motor
yang dirancang secara profesional. Tak semata menikmati keindahan alam dan
pesona budayanya, ekspedisi ini juga menghasilkan sesuatu bagi generasi
penerus.
Biaya ekspedisi tidak tanggung-tanggung,
setiap hari membutuhkan anggaran berkisar Rp 35-40 juta untuk membiayai tim
yang terdiri atas 12 orang. Biaya mencakup perjalanan, perlengkapan, hingga
biaya produksi pembuatan film documenter. Hasilnya? Seperti kita lihat
ditayangan Metro TV, bisa member inspirasi banyak penonton.
Setidaknya, tayangan itu dinikmati oleh
pemirsa di 10 kota besar di Indonesia yang mencapai lebih dari 17 juta
penonton. “Perjalanan bisa terwujud karena dukungan para sponsor. Kami sempat
merugi hingga Rp 700 juta pada stage pertama, namun pada stage dua dan stage
tiga situasi sudah berubah. Pembiayaan sudah tercover seluruhnya, termasuk
kerugian yang dialami di stage pertama,” kata dia seraya menghembuskan asap
rokok Dunhill-nya.
Ekspedisi Ring of Fire dibagi dalam lima
stage. Untuk stage pertama bergulir mulai 30 April 2011 selama 55 hari dari
Kupang, NTT menuju Jakarta dengan total jarak tempuh 6.000 kilometer. Stage dua
dimulai pada 8 April 2012 dengan rute dari Makassar, Sulawesi Selatan hingga
Maluku lalu ke Surabaya dan berakhir di Jakarta.
Setelah itu stage tiga merambah ke
Sumatera. Sedangkan stage empat rencananya merambah ke Kalimantan dan Malaysia.
Stage ini dimulai pada Agustus 2014. Pamungkas, ekspedisi bakal merambah ke
Papua. “Khusus ke Kalimantan, kami bakal berjalan lebih dari 10 ribu kilometer
dengan mengusung tema ‘wildness and adventure,” kata pria yang mengaku terpicu
berkeliling Indonesia saat bertemu orang Italia pada 1971.
Perbincangan saya dengan Youk Tanzil
selama sekitar dua jam cukup mengasyikan. Sesekali dia memperlihatkan foto-foto
kegiatannya yang tersimpan di kamera telepon selulernya. Dia memperlihatkan
bagaimana saat dia menempuh perjalanan ke gunung Batur di Bali dengan
menunggang motor trail. Salah satunya saya cuplik untuk melengkapi tulisan ini.
Oh ya, perbincangan harus diakhiri saat
hari menjelang sore. Saya pun berpisah dengan Youk Tanzil. Hujan sudah mulai
reda walau langit Jakarta masih digelayuti mendung. (edo rusyanto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar