Sabtu, 03 September 2016

Sekilas Tentang Ring of Fire Adventure

Sabtu, 3 September 2016


SOSOK yang satu ini seakan tak pernah letih. Di usianya yang ke-61 tahun, sikap energiknya begitu kentara. Seperti siang itu saat bertemu saya di Cilandak Town Square (Citos), Jakarta Selatan, memakai kaos hitam bertuliskan ‘Ring of Fire Adventure’ pada bagian depan dan “We are many, We are IndONEsia” di bagian belakang.

Memakai celana khusus pesepeda motor dan sambil menenteng helm X-lite yang memiliki perangkat Bluetooth, tampilan sosoknya amat pesepeda motor. Belum lengkap, siang itu dia menunggang sepeda motor BMW bermesin 800cc.

“Saya sudah menunggang sepeda motor sejak usia 16 tahun,” seloroh Youk Tanzil, penggagas sekaligus pelaksana ekspedisi mengelilingi Nusantara dengan menunggang sepeda motor bertajuk ‘Ring of Fire Adventure’”, saat berbincang dengan saya, Sabtu, 21 Juni 2014 siang.

Sosoknya lengkap. Dia pengusaha, juga petualang bersepeda motor. Di rumahnya saat ini bertengger 11 kuda besi dengan berbagai jenis dan kapasitas mesin. Mulai dari sepeda motor sport, trail, hingga motor besar. “Naik sepeda motor ada filosofinya, saya sudah bertekad, naik sepeda motor hingga akhir hayat,” kata bapak dari empat anak ini.

Saat menunggang kuda besi, ketika di dalam ‘kesendirian’, Youk Tanzil melakukan dialog dengan sang ‘teman’. Dia mendapatkan kontemplasi diri. Merasakan makna hidup sesungguhnya. Seseorang bisa mengisi ulang semangat dan kehidupannya. “Dalam kesendirian itu sangat kaya. Tuhan ada dimana-mana, karena itu, saya yakin ‘teman’ ada di dalam diri kita,” ujar pria yang mengaku masih sanggup menunggang motor selama 5-6 jam ini.

Di tengah itu semua, ujar pria yang pernah kuliah arsitektur di Ecole Boulle, Prancis ini masalah keselamatan menjadi kebutuhan manusia, termasuk saat berlalu lintas jalan. Dia bercerita bagaimana saat melakoni stage satu Ring of Fire Adventure di kawasan Nusa Tenggara Timur (NTT) dia mengalami kecelakaan sepeda motor. Kaki kirinya patah sekalipun saat itu kecepatan sepeda motor berkisar 30-40 kilometer per jam (kpj). Dia tak sendirian, kecelakaan menimpa tiga sepeda motor, termasuk anaknya, Banyu Tanzil.

Penanganan pun dilakukan. Dia bercerita, proses transportasi dirinya dari Atambua ke Kupang dan selanjutnya ke Jakarta, penuh perjuangan. Pasalnya, kaki kirinya tak bisa ditekuk. Di dalam pesawat kecil yang membawanya dari Atambua ke Kupang, hal itu harus dilalui dengan perjuangan, termasuk saat naik pesawat komersial dari Kupang menuju Jakarta. “Saya terpaksa membeli empat tiket agar kaki saya bisa selonjoran,” sergahnya.

Youk Tanzil dibawa ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto di Jakarta Pusat. Lewat penanganan dokter yang profesional, proses operasi dan penanganan yang memakan waktu empat hari membuatnya kembali pulih walau belum maksimal.

Sekalipun demikian, dia kembali meneruskan ekspedisi stage pertama Kupang-Jakarta.
Bahkan, dengan kaki memakai tongkat dia masih masuk ke pelosok-pelosok menjumpai warga setempat yang dilintasi perjalanan ekspedisi. Hal yang lebih dahsyat, dengan kaki masih pincang dia mengikuti pendakian Gunung Rinjani.

Saking pentingnya masalah keselamatan saat berkendara, dia meminta para fans Ring of Fire Adventure untuk memiliki asuransi saat menghadiri Jambora Ring of Fire Adventure di Kaligua, Jawa Tengah pada 31 Januari hingga 2 Februari 2014. Dalam Jambore yang mengusung tema “Bersatu, Belajar dan Berlatih” juga diberikan materi pelatihan survival dan pertolongan pertama pada kecelakaan.

“Saat berkendara di jalan raya kita tidak boleh egois. Masalah road safety bukan semata keselamatan diri sendiri tapi juga keselamatan orang lain,” sergah pria kelahiran Surabaya ini.

Youk Tanzil di Bali (foto:dok Youk Tanzil)
Baginya, selain mengerti bagaimana cara berkendara yang aman dan selamat, para penunggang kuda besi juga harus sopan. Selalu menggunakan akal sehata dan nurani. “Jadi bukan semata bisa berkendara dan memakai perlengkapan keselamatan jalan,” tambahnya.

Menyinggung soal ekspedisi Ring of Fire Adventure, pemilik PT Ring of Fire Indonesia ini mengaku gagasannya sudah lama. Dia terinspirasi oleh Indonesia yang kaya akan kekayaan sumberdaya alam dan budaya yang tinggi. Indonesia yang terletak di cincin api, yakni sekitar 150 gunung berapi dan volcano perlu didokumentasikan dengan baik. Karena itu, saat memiliki gagasan tersebut dan mendapatkan ilham nama Ring of Fire, Youk Tanzil meminta masukan kepada mentornya, Joop Ape mantan menteri pariwisata di era Orde Baru. “Joop Ape adalah mentor saya, dia bilang, good. Maka saya pun mewujudkan gagasan itu,” sergahnya.

Inilah perjalanan dengan sepeda motor yang dirancang secara profesional. Tak semata menikmati keindahan alam dan pesona budayanya, ekspedisi ini juga menghasilkan sesuatu bagi generasi penerus.

Biaya ekspedisi tidak tanggung-tanggung, setiap hari membutuhkan anggaran berkisar Rp 35-40 juta untuk membiayai tim yang terdiri atas 12 orang. Biaya mencakup perjalanan, perlengkapan, hingga biaya produksi pembuatan film documenter. Hasilnya? Seperti kita lihat ditayangan Metro TV, bisa member inspirasi banyak penonton.

Setidaknya, tayangan itu dinikmati oleh pemirsa di 10 kota besar di Indonesia yang mencapai lebih dari 17 juta penonton. “Perjalanan bisa terwujud karena dukungan para sponsor. Kami sempat merugi hingga Rp 700 juta pada stage pertama, namun pada stage dua dan stage tiga situasi sudah berubah. Pembiayaan sudah tercover seluruhnya, termasuk kerugian yang dialami di stage pertama,” kata dia seraya menghembuskan asap rokok Dunhill-nya.

Ekspedisi Ring of Fire dibagi dalam lima stage. Untuk stage pertama bergulir mulai 30 April 2011 selama 55 hari dari Kupang, NTT menuju Jakarta dengan total jarak tempuh 6.000 kilometer. Stage dua dimulai pada 8 April 2012 dengan rute dari Makassar, Sulawesi Selatan hingga Maluku lalu ke Surabaya dan berakhir di Jakarta.

Setelah itu stage tiga merambah ke Sumatera. Sedangkan stage empat rencananya merambah ke Kalimantan dan Malaysia. Stage ini dimulai pada Agustus 2014. Pamungkas, ekspedisi bakal merambah ke Papua. “Khusus ke Kalimantan, kami bakal berjalan lebih dari 10 ribu kilometer dengan mengusung tema ‘wildness and adventure,” kata pria yang mengaku terpicu berkeliling Indonesia saat bertemu orang Italia pada 1971.

Perbincangan saya dengan Youk Tanzil selama sekitar dua jam cukup mengasyikan. Sesekali dia memperlihatkan foto-foto kegiatannya yang tersimpan di kamera telepon selulernya. Dia memperlihatkan bagaimana saat dia menempuh perjalanan ke gunung Batur di Bali dengan menunggang motor trail. Salah satunya saya cuplik untuk melengkapi tulisan ini.

Oh ya, perbincangan harus diakhiri saat hari menjelang sore. Saya pun berpisah dengan Youk Tanzil. Hujan sudah mulai reda walau langit Jakarta masih digelayuti mendung. (edo rusyanto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masjid Mubarak Birayang HST Ahad Pagi

 Ahad, 24 November 2024 Masjid Mubarak Birayang, yang berlokasi di Jalan Kesuma Bangsa, Desa Birayang Surapati, Kecamatan Batang Alai Selata...