Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu,
bersenang-senang kemudian. Itulah peribahasa yang pas menggambarkan suasana perasaan
diri dan hati saya saat bajalanan ke
tempat wisata baru di Gumbil.
Pada Rabu (22/07/2015) pukul 10.00 WITA dengan Amud dan Rizal, saya menuju
Gumbil, Kecamatan Telaga Langsat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS). Berjarak
sekitar 6 kilometer dari tempat tinggal saya di Angkinang. Tujuan kami kali ini
adalah destinasi wisata baru Kabupaten HSS : Batu Baduduk.
Kami memarkir sepeda motor di Sungai Durian, Gumbil. Setelah itu kami
berjalan kaki menuju lokasi. Kami baru pertama kali datang kesana. Ternyata
kendaraan bisa dibawa ke lokasi. Banyak yang berkunjung. Karena memang masih
dalam suasana lebaran Idul Fitri 1436 H. Kebanyakan ABG dan remaja.
Menuju lokasi Batu Baduduk teramat melelahkan. Matahari begitu terik.
Membuat ubun-ubun manggurak. Selain
itu medan yang ditempuh berupa tanjakan dan turunan yang membuat kita harus
hati-hati. Kepanasan di atas bukit saya lantas berbaring. Sepertinya saya
menyerah. Beberapa jam berada di kawasan Batu Baduduk menikmati aneka
pemandangan yang menakjubkan.
Setelah dari Batu Baduduk kami beranjak ke tempat lain. Sebelumnya shalat
Dzuhur di Langgar Istiqlal, Sungai Durian, Gumbil. Setelah itu terus lewat
Ambutun. Singgah di sebuah pondok pertemuan petani di Ambarai. Lalu belok ke
Madang. Singgah di Benteng Madang. Beberapa saat disana kami terus lewat Tayub.
Ke Mandapai, Batu Bini. Shalat Ashar di Masjid Babussalam Mandapai. Lalu
setelah itu ke Monumen Proklamasi 17 Mei 1949. Foto-foto setelah itu pulang. (akhmad
husaini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar