Kamis, 12 Juni 2014
Lebaran
berarti musimnya mudik. Yap, di Indonesia kayanya emang udah
tradisinya, kalo Lebaran berarti saatnya mudik. Sama kaya keluarga aku
juga. Tiap Lebaran, kalo gak ada halangan, pasti sempet-sempetin mudik
walau cuma ‘bulik hari’ alias
cuma bolak-balik dalam satu hari. Kebetulan kedua orang tuaku orang hulu
sungai, tepatnya di Kabupaten Balangan. Jadi kesanalah biasanya kami
pulang kampong buat nengok keluarga-keluarga dan jiarah ke kubur kai, nini, julak, dll.
Biasanya
kami pulkam beberapa hari setelah lebaran. Paling cepet itu hari
ketiga. Kalo hari pertama, kedua lebaran biasanya masih di Banjarmasin.
Silaturrahmi dengan kerabat di Banjarmasin dan yang pasti Open House
dulu, hehehe…. Tapi tahun ini, kami pulkam 1 minggu setelah lebaran.
Sengaja emang lebih telat daripada biasanya karena kebetulan ada
sepupuku alias ponakan mamaku yang kawin. Jadilah waktu itu hari jumat
mama, abah, kakakku yang no.2 dg keluarganya berangkat pulkam. Tujuan
pertama adalah Amuntai (HSU). Kebetulan kalo keluarga dari Abah banyak
yang tinggal di Amuntai. Nah, hari kedua (sabtu) baru lanjut ke
balangan, dan diam disana sampai hari minggu. Itu rute perjalanan
koleter pertama. Nah lho? Kalo ada koleter pertama, ada koleter kedua
juga donk? So pasti, hehe…
Kebetulan,
libur lebaran yang cukup panjang, membuat dosen-dosen pada ngasih
banyak tugas ke mahasiswanya. Ya, salah satu korbannya ya saya ini.
Jadi, berhubung tugas-tugas aku itu belum pada kelar (maklum kebiasaan
mahasiswa, kalo mau turun kuliah baru niat ngerjain tugas, hehehe…),
jadilah aku berangkat di keloter kedua, hari sabtu bareng kakakku yang
no.1. Kalo kakakku yang cowo, yg paling bontot, yg no.3, ga ikut mudik
karena harus kerja. Jadi dia tinggal, sekalian jaga kandang alias jaga
rumah, hoho….
Nah,
kalo yang koleter ke dua, rutenya rada beda. Kita gak mampir ke Amuntai
dulu, tapi muter ke Tanjung, kabupaten paling utara dari Provinsi
Kalimantan Selatan. Kita mau jemput suami kakakku dulu. Kebetulan kaka
iparku itu lagi ada tugas dinas disana. Nah, namanya juga daerah paling
utara, dan yang jelas cukup jauh dari Bjm, jelaslah butuh perjalanan
yang memakan waktu cukup lama juga. Tapi walau begitu, perjalanan tak
sepi. Gimana mau sepi, dengan 3 ponakan aku yang ikut bareng bersama aku
itu. kalo si abang sih kalem. 2 adeknya yang masih balita itu yang
masyaallah ributnya. Maklum, kembar dan kalo udah berantem… kyakkkk!!!
Kerusuhan takkan bisa dihindari. Inilah salah satu alasan utama kenapa
kakakku itu ngotot ngajak aku mudik di keloter kedua. Buat bantuin
jagain anaknya! Hhh… -______-“
Walau
dengan 2 perusuh kecil itu, tapi ada beberapa cerita yang cukup menarik
yang jadi topic membicaraan para penghuni mobil di perjalanan 2 hari
itu. Yang pertama pas kita ngelewatin daerah yang namanya Binuang, kita
ngelewatin rumah barunya salah satu pengusaha besar di Kalsel, H.
Ijai... Dan anda tau gimana rumahnya? Ampun dah gedenya itu rumah, udah
kaya istana presiden kali *lebay*. Tapi itu rumah emang sangat, sangat,
sangat, super duper MEWAH sekali. Konon katanya, harga pembuatan itu
rumah nyampe 40 Milyar! Bahkan katanya lebih! Huahh!!! Dijamin, bikin
ngiler maling dah tuh rumah, wkwkwk…..
Tapi,
maklum aja lah. Kalo kata kakak iparku, yang punya rumah itu sama
masyarakat sana disebut Tuan Takur. Tau kan yang namanya tuan takur? Itu
gelaran buat orang yang paling kaya, Bandar duit, dsb. Yg doyan nonton
acara di TPI pasti tau tuh, hehe... Nah,Dengan kekayaannya yang berasal
dari bisnis batubara, dll itu, bikin rumah spt itu bukan hal aneh donk.
Tapi kalo di pikir2, kenapa dia menggunakan uangnya untuk membangun
rumah mewah nan besar di daerah sana? Pembangunan rumah megah ditengah
kota kecil yang mayoritas rumah penduduknya terbuat dari kayu itu, jelas
pemandangan ini sangat mencolok. Kalo boleh bicara rada sensitive, bisa
aku bilang kesenjangan sosialnya jelas sangat mencolok disana. Kan beda
rasanya kalo dibangun di tengah perkomplekan rumah mewah juga. Walau
kalo aku liat2, di Bjm sendiri, rumah yang paling gede juga mungkin
masih kalah gede sama rumah itu. Kalo kata kakakku, kenapa disalurkan
utk yang lebih bermanfaat. Bikin pesantren atau rumah yatim piatu kaya
di Batulicin atau bikin Hotel buat investasi. Ini kayanya lebih punya
nilai plus dibanding dipakai buat membangun rumah pribadi. Tapi, ya Allahu'alam,
kita kan gak bisa nebak2 sembarangan juga. Siapa tau dibalik
pembangunan rumah mewah itu, sebenarnya ada maksud yang mulia dari yang
punya rumah.
Oke,
kita lanjut ke oleh-oleh cerita lainnya. Kan sempet ke tanjung jg.
Kakak iparku banyak cerita tentang kota ini. Sebagai Kabupaten yang
membatasi Provinsi Kalsel dengan Kaltim, kabupaten ini bisa dibilang
cukup maju. Dengan sumber daya alamnya yang melimpah, seharusnya sih
bisa jauh lebih maju dari yang sekarang. Sebut saja mulai dari batubara,
gas alam, sampai perkebunan karet. Disana kan juga ada sebuah tugu yang
diatasnya dihiasi api abadi alias api yang gak pernah mati karena
selalu dialiri gas bumi dari bawah tanahnya. Ini cukup untuk menandakan
bahwa daerah itu emang memiliki SDA gas alam yang melimpah. Bahkan
katanya saking tingginya kandungan gas alamnya disana, konon dulu,
tinggal ngebor tanah sedikit, udah bisa masak lewat gas yang keluar dari
tanah itu. tapi kalo jaman sekarang, jangan coba2 deh. Takut kalo
kejadian kaya di Lapindo, hehehe.... Itu sedikit cerita ttg SDA di
tanjung yang membuat banyak pengusaha yang memanfaatkan SDA disana. Yang
hasil, ya kurang lebih kayak si pemilik rumah 40 M yang aku ceritakan
di atas itu. Pada makmur kan? hohoho….
Nah,
hari minggu paginya, kita cabut ke Balangan buat ke kawinan sepupu aku
itu. Tahu Balangan? Mungkin buat sebagian orang, bahkan orang kalsel
sendiri, banyek yang masih kurang familiar dengan kabupaten ini.
Kabupaten Balangan memang sebuah kabupaten pemekaran yang baru 7 thn
yang lalu berdiri. Ia memisahkan diri dari daerah sebelumnya HSU
(amuntai), dan telah sukses bikin kabupaten HSU menjadi salah satu
daerah tertinggal (gak enak bgt ni kata2, hehe…). Eh, ini emang bener.
Kabupaten Balangan saat memisahkan diri emang dapet bagian HSU yang byk
SDAnya dan meninggalkan daerah HSU yg tertinggal tanah dan aer doank.
Tapi ngomongin ini, ada satu cerita lg dari kakak iparku ttg daerah HSU
yg kini disebut msk kategori daerah tertinggal itu. Kebetulan kakak
iparku itu pernah ngobrol sama seorang (mantan) Bupati HSU. Dan dalam
obrolan itu, kata kakakku itu, beliau sempat bilang gak tau harus senang
atau sedih Kabupaten yang dipimpinnya itu jadi kabupaten tertinggal.
Mungkin sedih karena masuk kategori daerah tertinggal, tapi di sisi lain
beliau juga bersyukur. Dengan masuk jadi daerah tertinggal, daerah itu
jadi banyak menerima bantuan dana dari pusat. Dan jelas ini sangat
membantu perekonomian daerah dan membuat daerah itu menjadi makmur. Kalo
dipikir-pikir, iya juga sih. Padahal, kalo mau dibilang Kabupaten HSU
itu lumayan bagus lho. Disana cukup maju karena disana usaha kerajinan
daerahnya yg cukup maju. Kotanya juga gak kalah bagus sama daerah
lainnya. Tapi hanya karena daerah itu gak punya SDA sendiri kaya
daerah-daerah lain, HSU jadi masuk daerah tertinggal. Lucu juga ya kalo
denger kejadian kaya gini, hehehe….
Oke kita balik lagi ke cerita ttg kawinan sepupuku. Namanya juga dikampung, jelas nilai budayanya dan ke’rakat’an
antar warganya masih kuat banget. Kalo orang daerah sana, punya
kebiasaan kalo ada hajatan gitu, para tetangga atau kerabat banyak yang
ngasih sembako (beras) ke yang punya hajat. Jadi di rumah busu (paman
paling kecil) aku itu, udah numpuk berkarung-karung beras. Kalo kata
mamaku, itu biasanya cukup buat berbulan-bulan. Kalo mau dijual juga
bisa, hehe…. Itulah berkah buat yang punya hajatan.
Balik
keacara kawinan, seperti kata aku tadi, namanya jg masih di daerah,
budayanya itu masih sangat kental. Jadi pas kawinan sepupu aku itu,
segala budaya daerah pada keluar semua. Mulai dari yang ‘behadrah’, 'bemadihin', sampai yang be’usung’
penganten. Pokoknya ramelah, hehe…. Apalagi keluarga besar pada ngumpul
semua. Yang dari Banjarmasin, Banjarbaru, Amuntai, sampai yang dari
Balikpapan (kaltim) juga pada ngumpul semua. Ditambah lagi saat itukan
masih dalam nuansa lebaran. Jadi klop lah. Anak2 kecil pada makmur jaya
nyari salam tempel jilid 2. Hehehe….
Yah,
itulah berkah mudik. Banyak silaturrahmi. Banyak dapet cerita-cerita.
Bisa ngeliat yang jarang ada di kota kaya acara kawinan sepupuku itu,
atau bisa makan makanan khas daerah. Dan yang jelas saat pulang byk disangui
keluarga alias diberi oleh-oleh makanan, hehehe…. Walau cape, badan
pegel-pegel gara-gara harus menempuh perjalanan beratus-ratus kilo, tapi
setahun sekali gak papa lah. Yang penting manfaatnya banyak juga. Jadi
perjalanan panjang gak rugi donk. Setuju? (3am)
Sumber : de' Rainbow of Borneo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar