Senin, 23 Juni 2014

Peran Ulama Banjar Dalam Ilmu dan Perjuangan

Selasa, 24 Juni 2014

            Kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari peran para ulama baik yang secara langsung maupun tidak langsung turut memperjuangkan kemerdekaan dan pemulihan keamanan pasca kemerdekaan. Di tanah Banjar sendiri ada banyak ulama-ulama yang semasa mudanya menjadi panutan, dan pembimbing masyarakat untuk mencapai kemerdekaan hingga turut dalam pemulihan keamanan.

 KH Abdul Qodir Hasan
            Seperti KH Abdul Qodir Hasan, dia berperan besar dalam dakwah dan persatuan Indonesia khususnya di Kabupaten Banjar.
            Di masa penjajahan Jepang, tentara Jepang masuk ke Martapura dan menduduki Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Kedatangan  pasukan Jepang ini tidak hanya sekedar menduduki wilayah Martapura, namun pusat-pusat pendidikan seperti Pondok Pesantren Darussalam juga tidak luput dari incaran Jepang. Dimasa itu Ponpes Darussalam dipaksa untuk menjadi asrama tentara Jepang, hingga kegiatan belajar terganggu bahkan hampir lumpuh.
            Saat itu Ponpes tertua di Martapura itu dipimpin KH Abdul Qodir Hasan. Meski dalam kondisi diduduki Jepang, dia tidak ingin pendidikan terhenti, sehingga pendidikan tetap terus dijalankan dengan disebarkan di rumah-rumah guru pengajar dan terus istiqamah kegiatan sekolah dijalankan seperti itu hingga Jepang keluar dari Martapura tahun 1945.
            Selain itu dia juga berperan saat dalam kemerdekaan, sekitar 1948, beliau sebagai sesepuh gerakan gerilya di Kalimantan, memberikan semangat dan kekuatan moril bagi para pejuang gerilya yang berusaha mengusir tentara Belanda yang kembali hendak menjajah tanah air. Diawal kemerdekaan RI beliau turut aktif memulihkan keamanan bersama-sama dengan almarhum KH Zainal Ilmi, Dalam Pagar, Martapura.
            KH Abdul Qodir Hasan dilahirkan pada 1891 di Kampung Tunggul Irang, Martapura. Dia dikenal sebagai sesepuh di Pondok Pesantren Darussalam dan seringkali dipanggil dengan sebutan Guru Tuha.
            Beliau mengaji atau belajar ilmu agama pada ulama-ulama besar seperti KH Abd Rahman, Tunggul Irang dan KH Kasyful Anwar. Selain itu dia juga mengaji keluar daerah di pulau Madura dengan KH Kholil Bangkalan, dan di pulau Jawa dengan KH Hasyim Asy’ari Tebu Ireng Jombang (Pendiri Nahdatul Ulama), dan sempat pula belajar di kota Makkah Al Mukarramah.
            KH Abdul Qodir Hasan termasuk murid yang paling disayangi oleh KH Hasyim Asy’ari dan dipercaya untuk mendirikan cabang Nahdlatul Ulama (NU) pertama diluar pulau Jawa yakni di kota Martapura setelah mengikuti Muktamar NU pertama tanggal 21 Oktober 1926 di Surabaya. Dari kota Martapura inilah dia mendirikan dan melantik cabang-cabang organisasi NU di beberapa wilayah di pulau Kalimantan sebagai rais syuriah pada masa itu.
            Sejak pimpinan KH Kasyful Anwar sampai pimpinan KH Abdul Qodir Hasan, tidak sedikit guru pengajar di Darussalam yang ditugaskan mengajar agama Islam keluar daerah seperti Sampit, Pontianak, Kotawaringin, Kotabaru, Purukcahu, dan daerah luar Kalsel lainnya.
            KH Abdul Qodir Hasan meninggal dunia pada 11 Rajab 1398 H bertepatan pada 17 Juni 1978 M. Di makamkan di Kubah jalan Masjid Agung Al Karomah Pasayangan, Martapura.
 Tuan Guru Zainal Ilmi
            Kemudian ada lagi KH Zainal Ilmi yang pernah dipercaya sebagai penasehat badan pemulihan keamanan daerah Kabupaten Banjar. Saat itu, pasca kemerdekaan terjadi pemberontakan Ibnu Hajar sekitar tahun 1965.
            KH Zainal Ilmi atau lebih dikenal dengan Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari lahir pada Jum’at malam sekitar pukul 04.30 WITA atau 7 Rabiul Awwal 1304 H di Desa Dalam Pagar Martapura. Dia merupakan juriat dari Tuan Guru Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Ayahnya bernama H Abdus Shamad bin H Muhammad Said Wali, merupakan keturunan keempat Syekh Muhammad Aryad Al Banjari atau lebih dikenal dengan nama Datu Kalampayan sedangkan ibunya bernama Hj Qamariyyah. Terlahir dikeluarga religius, sejak kecil dia menyibukkan diri mengisi hari-harinya dengan menuntut ilmu dan beribadah memelihara waktu dan mengerjakan ibadah-ibadah, memelihara dan mengerjakan ibadah-ibadah sunat, menghindari diri dari perbuatan syubhat.
            Guru Ilmi banyak mendapat ilmu agama dari orang tuanya dan guru-guru lainnya seperti KH Muhammad Amin bin Qadhi H Mahmud, Syekh Abdurrahman Muda, KH Abbas bin Mufti H Abdul Jalil, KH Abdullah bin KH Muhammad Shaleh, KH Muhammad Ali bin Abdullah Al Banjari, KH Khalid, KH Ahmad Nawawi, serta KH Ismail Dalam Pagar Martapura, KH Ahmad Wali Kuin Banjarmasin.
            Kedalaman ilmu dan akhlak terpuji yang dimiliki dan membuat orang-orang memuliakannya. Bukan hanya masyarakat Banjar saja, bahkan tokoh nasional seperti Bung Karno juga pernah mengunjungi Guru Zainal Ilmi. “ Dulu saat Presiden Soekarno ke sini (Banjar), beliau menyempatkan diri mengunjungi Guru Zainal Ilmi,” ujar pengurus Yayasan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, H Muhammad Husein, beberapa waktu lalu.
            Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari mendadak sakit dan berujung wafat di tempat dakwah terakhirnya di Karang Intan pada Jum’at, 13 Zulkaidah 1375 H bertepatan dengan 21 Juni 1956 M sekitar tengah hari. Dimakamkan di komplek Makam Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, hingga sekarang makamnya sering di ziarahi.

 KH Muhammad Saman Al Banjari
            Kemudian ada lagi, KH Muhammad Saman Al Banjari bin Gusti Muhammad saleh bin Tuan Guru Matasin bin Tuan Guru Muhamman Ali binti Syafiah binti Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Dia bersama dengan teman pada tahun 1947 bergabung dengan pasukan revolusi mempertahankan kemerdekaan yang ingin direbut kembali oleh penjajah kolonial Belanda. Kemudian pada tahun 1950 menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) dengan pangkat Sersan Mayor Batalyon 602 Kompi IV Lambung Mangkurat sebagai Komandan Pleton II, dan kemudian berhenti pada tahun 1953 dari Dinas Ketentaraan.***

Sumber : Media Kalimantan, Sabtu (21/6/2014) Halaman A7

2 komentar:

  1. Umpat betakun lah...

    Adakah sejarah KH Muhammad Saman Al Banjari bin Gusti Muhammad saleh bin Tuan Guru Matasin bin Tuan Guru Muhamman Ali binti Syafiah binti Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.

    Mulai dari lahir sampai meninggalnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lahir tanggal 11 Maret 1919, beliau wafat tanggal 30 Juli 2013 di samarinda

      Hapus

Menengok Area Parkir Depan MTsN 3 Hulu Sungai Selatan

Ahad, 24 November 2024 / 22 Rabiul Awwal 1446 H Beginilah kondisi dan suasana area parkir depan di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 3 Hulu ...