PERANG BANJAR
(1859-1905)
Perang Banjar disulut dengan adanya
campur tangan Belanda dalam urusan dalam negeri kerajaan dengan mengangkat
Sultan Tamjid yang memihak Belanda menjadi sultan di Kerajaan Banjar. Padahal
yang berhak atas tahta adalah Pangeran Hidayat.
Tindakan Belanda ditantang para bangsawan
terutama Pangeran Antasari. Sejak saat itu Pangeran Antasari bertekad mengusir
Belanda dari tanah Banjar. Tekad Pangeran Antasari ini didukung oleh
kepala-kepala daerah dan rakyat Banjar.
Perang pertama terjadi tanggal 18
April 1859 dengan menyerang pos Belanda di Martapura dan Pengaron. Kyai Demang
Lehman, Haji Nasrun, Haji Buyasin, dan Kyai Langlang menyerang Tabanio dan
berhasil merebut benteng Tabanio. Perang terus berkobar. Tumenggung Surapati
dengan pasukannya berhasil menenggelamkan kapal Onrust milik Belanda di sungai
Barito dengan tipu muslihat pura-pura mau bekerjasama. Sementara Pangeran
Hidayat juga terus berjuang menentang Belanda.
Tanggal 11 Juni 1860 Belanda secara
sepihak menghapuskan kerajaan Banjar dan langsung diperintah oleh Belanda
dengan menempatkan seorang residen.
Perang Banjar makin meluas ke Banua
Lima dan Hulu Barito. Sementara karena kurangnya persenjataan Pangeran Hidayat
terdesak dan menyerah 3 Februari 1862. Pemimpin lainnya Kyai Demang Lehman
tertangkap tanggal 2 Oktober 1861. Kemudian dihukum gantung.
Perlawanan terus dikobarkan oleh
Pangeran Antasari yang pada bulan Maret 1862 ia diangkat menjadi pemimpin
tertinggi agama Islam dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin.
Pemimpin perang Banjar tidak mengandalkan
satu pimpinan dan dari satu kalangan. Karenanya pemimpin silih berganti, ada
dari bangsawan, ulama, dan rakyat biasa. Seperti Tumenggung Jalil, Penghulu
Rasyid, Panglima Batur, Gusti Matseman, dsb.
Setelah lama berjuang Pangeran
Antasari jatuh sakit dan meninggal pada 31 Oktober 1862. Perang dilanjutkan
oleh anaknya Gusti Matseman dengan pusat Hulu Barito. Dengan semangat Waja
Sampai Kaputing rakyat Banjar terus berjuang.
Serangan terhadap Belanda di Banua
Lima yang terakhir terjadi diakhir abad ke 19 yang dipimpin oleh Bukhari,
Santar, dan H. Matseman dan beberapa pemimpin lainnya di Hantarukung, Kandangan
berhasil menewaskan Controleur Ch. H.A de Senerpant Domis dan Aspirant KWE Von
Welonleschen pada hari Minggu, 25 September 1899. Tetapi serangan balasan Belanda
tanggal 26 September 1899 telah menewaskan Bukhari, H. Matamin, dan Landuk
serta menangkap beberapa pengikut yang kemudian dibuang entah kemana.
Perlawanan Gusti Matseman di daerah
Barito terus berlangsung hingga tahun 1905. Tetapi dengan runtuhnya benteng
Merawing tahun 1905 dan gugurnya Gusti Matseman secara perlahan-lahan
perlawanan rakyat Banjar melemah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar