Wisata, Budaya dan Kuliner
WISATA ALAM HULU SUNGAI SELATAN
1. AIR TERJUN HARATAI
Kawasan Air Terjun Haratai terletak di Desa Haratai Kecamatan Loksado
Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Lokasi tersebut dapat dicapai dengan
menggunakan roda 2 (dua) atau berjalan kaki, melewati hutan bambu, kebun
karet dan kayu manis, sehingga menawarkan keindahan dan nilai
petualangan yang tinggi.
Air terjun Haratai merupakan air terjun bertingkat 3 (tiga) dengan
ketinggian masing – masing sekitar 15 meter. Curah air yang deras
ditampung ke dalam sebuah telaga kemudian dialirkan melalui sebuah
sungai kecil berbatu – batu besar ke aliran Sungai Amandit.
Pada telaga itulah para wisatawan mandi dan berenang atau sekedar
duduk – duduk santai seraya bercengkerama di atas batu – batu besar di
tengah sungai. Ditempat ini tersedia fasilitas berupa tempat ganti
pakaian, gazebo.
2. AIR TERJUN KILAT API
Air Terjun Kilat Api terletak di Desa Hulu Banyu 32 km dari Kota
Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Ditempat ini menawarkan
suasana kesejukan dan kenyamanan apalagi kalau berwisata ke tempat ini
bersama keluarga, lapangan yang luas ditumbuhi hutan bambu dan pepohonan
besar, dibawah rindangnya dedaunan anda dan keluarga bisa membangun
tenda tempat memasak, untuk makan – makan sambil bercengkerama bersama
keluarga, air sungai yang jernih mengalir mengundang selera untuk segera
menceburkan diri bermandi ria sekedar untuk menyegarkan badan.
Suasana liburan andapun akan terasa akan lebih terpuasi apabila anda
bermalam di tempat ini, dengan membangun kemah secukupnya maka suasana
alam yang indah dibalut dengan rimbunnya hutan akan memberikan
pengalaman baru yang tidak anda temui di tempat lain.
Tersedia beberapa fasilitas yaitu tempat ganti pakaian, gazebo dan kolam pemandian.
3. AIR PANAS DAN COTTAGE TANUHI
Air Panas Tanuhi terletak di Desa Tanuhi Kecamatan Loksado kurang
lebih 32 km dari Kandangan Ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dapat
ditempuh dengan kendaraan roda 2 (dua) maupun roda 4 (empat).
Obyek wisata Air Panas Tanuhi dilengkapi dengan 10 buah cottage
dengan 20 buah kamar tidur, 2 buah kolam renang, 1 buah kolam perendaman
air panas, aula dengan kapasitas 75 orang, sarana olah raga berupa
lapangan tenis, 2 buah gazebo untuk berteduh sambil santai, sarana
bermain untuk anak – anak, mushalla, cafetaria dan kamar ganti pakaian
untuk umum.
Berwisata ke Air Panas Tanuhi akan terasa tidak lengkap apabila anda
tidak mengajak seluruh keluarga, karena bermalam di tempat ini lebih
dari sekedar berlibur namun anda dan keluarga akan mendapatkan kenangan
tersendiri yang tidak akan anda temui di tempat lain, sebab ketika anda
berada di sini anda dapat menikmati panorama alam pegunungan yang sejuk
sekaligus merasakan hangatnya air panas bumi Tanuhi yang alami ketika
terasa penat. Berendam di kolam air panas Tanuhi merupakan pilihan
tepat untuk menghilangkan penat / stres akibat rutinitas kerja dan
mengembalikan kebugaran tubuh. Perasaan teduh dan damai, pikiran yang
jernih serta hati yang sejuk senantiasa akan anda temukan ketika anda
berada di tempat ini.
4. BALANTING PARING (BAMBOO RAFTING)
ARUNG JERAM DENGAN RAKIT BAMBU
Bamboo Rafting (balanting paring) merupakan puncak dari serangkaian
berwisata alam di Loksado. Pada awalnya lanting paring ini merupakan
alat transportasi yang digunakan untuk mendistribusikan hasil bumi
mereka ke Kota Kandangan melalui Sungai Amandit yang berliku – liku.
Lanting yang dibentuk artistik ini mampu mengarungi jeram yang
bercadas dan berarus deras. Karena keunikannya, maka memancing para
wisatawan untuk merasakan sensasi petualangan mengarungi Sungai Amandit
dengan lanting paring ini. Bercengkerama dengan riam dan jeram berarus
deras seraya berhanyut di atas rakit bambu sambil menikmati panorama
alam yang indah sepanjang pinggiran sungai yang eksotis akan memberikan
kesan tersendiri. Petualangan mengarungi Sungai Amandit dengan rakit
bambu ini didampingi oleh pemandu lanting yang terlatih sehingga
wisatawan bisa dengan leluasa menikmati serunya petualangan ini.
Ada 2 (dua) trip yang ditawarkan, pertama short trip yaitu
pengarungan pendek dengan jarak tempuh kurang lebih 3 (tiga) jam,
pengarungan dimulai dari Dermaga Pasar Loksado sampai ke Muara Tanuhi,
kedua long trip yaitu pengarungan yang memakan waktu kurang lebih 2
(dua) hari diawali dari Loksado dan diakhiri di Kandangan
WISATA ALAM ALTERNATIF DI KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN
5. GOA MANDALA DI KECAMATAN TELAGA LANGSAT
6. KERBAU RAWA DI NEGARA
7. PETUALANGAN MENJELAJAH DANAU MENUJU KALANG KERBAU DISELINGI AKTIFITAS MEMANCING IKAN BAGI PANCING MANIA
6. KERBAU RAWA DI NEGARA
7. PETUALANGAN MENJELAJAH DANAU MENUJU KALANG KERBAU DISELINGI AKTIFITAS MEMANCING IKAN BAGI PANCING MANIA
WISATA BUDAYA HULU SUNGAI SELATAN
ARUH ADAT MASYARAKAT DAYAK MERATUS
Aruh adalah salah satu upacara ritual yang mengiringi kebudayaan huma
dari Suku Dayak Meratus yang mendiami kaki hunjuran Pegunungan Meratus
di Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Penduduk Loksado di dominasi oleh etnik Dayak yang sebagian besar
menganut kepercayaan Kaharingan. Sebagian besar dari mereka masih
tinggal di dalam rumah besar yang disebut Balai.
Aruh dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur mereka atas hasil panen
yang dilimpahkan oleh Yang Maha Kuasa kepada seluruh warga. Ditiap
Balai pada waktu yang bervariasi dilaksanakan upacara ritual pasca panen
yang dinamakan Aruh Ganal Bawanang, yaitu sebuah ritual yang
dilaksanakan di dalam balai. Lama Aruh Ganal atau pesta besar itu
antara 3 sampai 7 hari, tergantung dari perolehan hasil pertanian
mereka.
Saat malam berbulan setengah bayang, bunyi gamelan bertalu – talu,
berpadu dengan lengkingan serunai bambu, lalu muncul dengung rapalan
mantera para balian (dukun), penghubung antara alam nyata dengan alam
supra natura yang seakan berebut menjangkau nada – nada tinggi. Suara –
suara itu seperti berasal dari dunia lain, menyusur malam, mengalir dan
terhempas dari jeram khayali yang entah dimana.
Balai akan ramai, lantai bambu berderak – derak oleh hentakan kaki
para penari. Perempuan – perempuan balai akan meliuk gemulai dalam Tari
Bangsai, sementara para lelakinya meliuk – liuk seperti elang terbang
lewat Tari Kanjar. Mereka bergerak memutari lalaya, sebutan untuk
sntrum upacara berhias janur – janur pucuk enau.
Saat malam rebah tiang, bunyi gemerincing Galang Hiyang (gelang
khusus terbuat dari perunggu) di tangan para balian semakin nyaring
bergemerincing. Sambil menari – nari para balian itu menggotong
binatang korban untuk disembelih pada upacara Badulang Darah, sebagai
puncak upacara penunai hajat kepada Yang Maha Kuasa dalam kepercayaan
Dayak Meratus.
OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA RELIGI
HULU SUNGAI SELATAN
Di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, pernik budaya yang dicuatkan oleh
Agama Islam tumbuh dan terpelihara dengan baik, banyak upacara daur
ulang kehidupan yang merupakan warisan budaya sebagai daya tarik wisata
religius. Pada saat – saat tertentu masih dilaksanakan kegiatan budaya
seperti menyanggar Danau Bangkau, Badua Salamat Mahanyari Banih,
Batumbang, Maayun Anak, Bamandi-Mandi, Bamulud (Maulid Nabi SAW),
Bagarakan Sahur, Malam Takbiran, Halal Bi Halal, dll.
Maraknya Majelis Ta’lim yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Selatan
menjadi magnet wisata religi yang mampu mendatangkan wisatawan dari
berbagai daerah di luar Kabupaten Hulu Sungai Selatan, bahkan di luar
Kalimantan Selatan.
Mesjid Su’ada atau Mesjid Baangkat merupakan mesjid peninggalan para
ulama yang sangat berjasa menegakkan kalimat tauhid membentuk manusia
yang beriman dan berakhlak mulia di Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Bangunan mesjid ini berdiri di atas tongkat kayu ulin (kayu besi)
menjulang tinggi, bertingkat 3 (tiga) dengan bentuk induk persegi empat
mempunyai loteng penutup gawang / puncak petaka, dihiasi dengan cabang –
cabang yang berbunga dan berbuah, megah berkilauan, memberi makna
kesempurnaan ma’arif. Mesjid ini menjadi kebanggaan masyarakat dan
dijadikan lambang daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Di Kabupaten Hulu Sungai Selatan terdapat banyak makam para ulama
penyebar Agama Islam, antara lain Makam Datu Akhmad (Al Allamah Syekh H.
Akhmad) di Desa Balimau Kecamatan Kalumpang, Makam Al Allamah Syekh H.
Sa’duddin (H. M. Thayib) di Desa Taniran Kecamatan Angkinang.
Para ulama tersebut menyebarkan dan mendakwahkan serta mengajarkan
berbagai bidang ilmu ke Islaman secara ikhlas, tanpa pamrih, semata –
mata menjunjung tinggi perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW dengan
mengharap maghfirah dan ridha Allah SWT, makam – makam para ulama
tersebut menjadi daya tarik wisata bagi kamum muslimin dan muslimat
untuk melaksanakan lawatan (ziarah) Wisata Religi ke Kabupaten Hulu
Sungai Selatan.
KULINER HULU SUNGAI SELATAN
1. KUE DODOL KANDANGAN
Dodol merupakan kue khas Kandangan yang terbuat dari beras ketan,
gula merah dan santan kelapa. Diolah dengan peralatan tradisional yang
turun temurun, merupakan makanan souvenir bagi wisatawan Nusantara
maupun Manca Negara.
Bila anda berwisata ke Kabupaten Hulu Sungai Selatan, maka jangan
lupa untuk mencicipi kue khas ini. Hampir di sepanjang pinggiran jalan
di Kandangan dapat ditemukan penjualan kue ini.
2. KETUPAT KANDANGAN
Ketupat Kandangan, merupakan menu khas yang menjadi sangat akrab dengan masyarakat Kalimantan Selatan pada umumnya.
Apalagi di Kotan asalnya Kandangan, panganan ini sangat terkenal
selain dodol, banyak warung makan di Kandangan yang menyediakan makanan
khas ini.
Menu khas ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan ketupat pada
umumnya. Kalau di daerah lain menemukan ketupat hanya pada saat – saat
tertentu, tidak demikian dengan di Kandangan, setiap saat anda akan
menemukan yang namanya ketupat.
3. MANISAN TOMAT
Manisan tomat terbuat dari tomat yang sudah masak diawetkan dan
diberi gula. Makanan ini banyak didapati di kedai – kedai dipinggir
jalan di Kota Kandangan.
4. KERUPUK SINGKONG
Kerupuk Singkong terbuat dari bahan singkong yang dihaluskan dicampur
dengan bumbu khusus, sehingga menimbulkan cita rasa yang gurih dan
nikmat
TANAMAN HIAS HULU SUNGAI SELATAN
Salah satu tanaman hias yang khas di Kabupaten Hulu Sungai Selatan
adalah aneka macam jenis Anggrek. Tanaman anggrek yang merupakan family
Orchidacaeae adalah family terbesar dari tanaman berbunga yang
meliputin800 genus dan 20.000 spisies, diantaranya terdapat 2.200 –
3.000 jenis anggrek di hutan Kalimantan.
Beberapa anggrek khas Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang reputasinya
sudah dikenal Dunia Internasional antara lain adalah Phalaenopsis,
Cornucervi, Gramatophyllum Speciosum atau “Anggrek Macan”, dan lainnya.
Selain anggrek – anggrek tersebut terdapat di hutan, saat ini di
Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan juga dikembangkan penangkaran
anggrek oleh masyarakat setempat, baik perorangan maupun secara
kelompok, sehingga kelestarian anggrek di habitat aslinya tetap terjaga.
EVENT TAHUNAN HULU SUNGAI SELATAN
1. LOMBA TAPAK TILAS
Lomba ini dilaksanakan setiap tahun dalam rangkaian memperingati Hari
Ulang Tahun Proklamasi Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan
Kalimantan.
Peserta merupakan tim terdiri dari putra / putri atau campuran antara
3 sampai 7 orang. Lomba ini diselenggarakan pada tanggal 17 Mei setiap
tahun
2. LOMBA NANANG DAN GALUH BANJAR
Lomba Nanag dan Galuh Banjar diselenggarakan pada Bulan Juni setiap
tahun. Lomba ini dimaksudkan untuk menggali kemampuan para peserta
dalam penguasaannya terhadap budaya dan seni serta produk dan potensi
wisata daerah untuk selanjutnya dijadikan Duta Wisata untuk
mempromosikan Potensi Budaya dan Wisata daerahnya. Lomba ini diikuti
oleh para Pelajar, Mahasiswa dan Masyarakat Umum.
3. LOMBA DAYUNG PERAHU NAGA
Event ini diselenggarakan di Kecamatan Daha Selatan setelah selesai Upacara HUT Kemerdekaan RI pada 17 Agustus setiap tahun.
4. LOMBA BALANTING PARING (BAMBOO RAFTING)
Lomba Balanting Paring dilaksanakan dalam rangkaian memperingati Hari
Jadi Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Kegiatan ini berlangsung selama 3
(tiga) hari antara tanggal 7 s/d 10 Desember setiap tahun.
Start dilakukan di dermaga lanting Kecamatan Loksado, menyusuri
Sungai Amandit menuju Kandangan. Sebelum mencapai finish biasanya
peserta bermalam (istirahat) di Desa Pagar Haur Kecamatan Padang Batung,
pagi harinya meneruskan perjalanan menuju finish di Kandangan.
5. MALAM TAKBIRAN
Pada malam 1 Syawal malam pertama Hari Raya Idul Fitri acara ini
digelar, gema takbir dan tahmid diiringi bunyi beduk membahana. Para
kafilah bergerak menyusuri Kota Kandangan sambil melantunkan asma Allah
SWT.
6. BAGARAKAN SAHUR
Kegiatan ini sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Kabupaten Hulu
Sungai Selatan, pada setiap malam di Bulan Ramadhan. Arak – arakan yang
diiringi dengan musik dan kesenian tradisional ditampilkan
menyemarakkan kegiatan ini. Bagarakan Sahur jadi magnet bagi masyarakat
yang berada diperantauan untuk mudik pulang kampung. Khusus pada malam
21 Ramadhan acara ini dilombakan
KESENIAN TRADISIONAL HULU SUNGAI SELATAN
Kabupaten Hulu Sungai Selatan merupakan daerah yang banyak menyimpan
keragaman kesenian tradisional. Berbagai ragam seni tumbuh di daerah
ini, baik seni peran, seni tutur, seni lukis, seni tari, seni musik
berkembang di daerah ini, bahkan ada yang menyebar ke daerah lainnya di
Provinsi Kalimantan Selatan.
Kesenian tradisional tersebut, yaitu :
- MAMANDA
- WAYANG GONG
- BAPAPANTULAN
- WAYANG KULIT
- MADIHIN
- TARI TRADISIONAL
- MUSIK PANTING
- LAMUT
- Dan lain – lain
KOMODITI HULU SUNGAI SELATAN
1. KAYU MANIS
Kayu Manis adalah sebutan untuk tumbuhan yang menghasilkan kulit kayu
yang terasa manis. Kulit Kayu Manis ini biasanya digunakan untuk bumbu
dapur, selain itu bisa juga digunakan untuk penyedap seduhan kopi.
Kayu manis sudah layak dipanen ketika sudah berumur 10 tahun dengan
ketebalan kulitnya mencapai sekitar 1 – 1,5 sm.
Ada 2 (dua) cara memanen kayu manis, pertama pohonnya ditebang kemudian dipotong – potong sekitar 50 cm kemudian dikuliti dan yang kedua
dengan cara menguliti pada pohon yang masih tumbuh kemudian kulit kayu
manis tersebut di jemur pada terik matahari. Tumbuhan kayu manis banyak
didapati di Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
2. ANYAMAN
Industri kecil masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Selatan cukup banyak
yang menggunakan bahan dari rotan, karena bahan baku yang cukup melimpah
dan tersedianya potensi SDM yang cukup terampil untuk mengolah rotan.
Banyak kerajinan yang dihasilkan dengan bahan rotan ini, antara lain
tikar, tas, dan lain – lain.
3. GERABAH
Di Desa Bayanan Kecamatan Daha Selatan, tidak jauh dari Pasar Negara
Kabupaten Hulu Sungai Selatan, wisatawan dapat menyaksikan pembuatan
gerabah atau mencoba untuk membuatnya dengan alat yang sangat
sederhana. Bermacam dapur dan tembingkar diolah oleh masyarakat
pengrajin di daerah ini.
Mitologi suku Dayak Meratus (Dayak Bukit) menyatakan bahwa Suku
Banjar (terutama Banjar Pahuluan) dan Suku Bukit merupakan keturunan
dari dua kakak beradik yaitu Si Ayuh (Sandayuhan) yang menurunkan suku
Bukit dan Bambang Basiwara yang menurunkan suku Banjar. Dalam khasanah
cerita prosa rakyat berbahasa Dayak Meratus ditemukan legenda yang
sifatnya mengakui atau bahkan melegalkan keserumpunan genetika (saling
berkerabat secara geneologis) antara orang Banjar dengan orang Dayak
Meratus. Dalam cerita prosa rakyat berbahasa Dayak Meratus dimaksud
terungkap bahwa nenek moyang orang Banjar yang bernama Bambang Basiwara
adalah adik dari nenek moyang orang Dayak Meratus yang bernama
Sandayuhan.
Bambang Basiwara digambarkan sebagai adik yang berfisik lemah tapi
berotak cerdas. Sedangkan Sandayuhan digambarkan sebagai kakak yang
berfisik kuat dan jago berkelahi. Sesuai dengan statusnya sebagai
nenek-moyang atau cikal-bakal orang Dayak Maratus, maka nama Sandayuhan
sangat populer di kalangan orang Dayak Meratus. Banyak sekali
tempat-tempat di seantero pegunungan Meratus yang sejarah keberadaannya
diceritakan berasal-usul dari aksi heroik Sandayuhan. Salah satu di
antaranya adalah tebing batu berkepala tujuh, yang konon adalah
penjelmaan dari Samali’ing, setan berkepala tujuh yang berhasil
dikalahkannya dalam suatu kontak fisik yang sangat menentukan. Orang
Banjar merupakan keturunan Dayak yang telah memeluk Islam kemudian
mengadopsi budaya Jawa, Melayu, Bugis dan Cina.
Menurut Denys Lombard, pada jaman kuna sebagian besar penduduk
Kalimantan Selatan (terutama daerah Batang Banyu) merupakan keturunan
pendatang dari Jawa. Pendapat lain menyatakan, suku Banjar jejak akarnya
dari Sumatera lebih dari 1500 tahun yang lampau. Djoko Pramono
menyatakan bahwa suku Banjar berasal dari suku Orang Laut yang menetap
di Kalimantan Selatan.
Suku bangsa Banjar diduga berasal mula dari penduduk asal Sumatera atau daerah sekitarnya, yang membangun tanah air baru di kawasan Tanah Banjar (sekarang wilayah provinsi Kalimantan Selatan) sekitar lebih dari seribu tahun yang lalu. Setelah berlalu masa yang lama sekali akhirnya,–setelah bercampur dengan penduduk yang lebih asli, yang biasa dinamakan sebagai suku Dayak, dan dengan imigran-imigran yang berdatangan belakangan–terbentuklah setidak-tidaknya tiga subsuku, yaitu (Banjar) Pahuluan, (Banjar) Batang Banyu, dan Banjar (Kuala).
Suku bangsa Banjar diduga berasal mula dari penduduk asal Sumatera atau daerah sekitarnya, yang membangun tanah air baru di kawasan Tanah Banjar (sekarang wilayah provinsi Kalimantan Selatan) sekitar lebih dari seribu tahun yang lalu. Setelah berlalu masa yang lama sekali akhirnya,–setelah bercampur dengan penduduk yang lebih asli, yang biasa dinamakan sebagai suku Dayak, dan dengan imigran-imigran yang berdatangan belakangan–terbentuklah setidak-tidaknya tiga subsuku, yaitu (Banjar) Pahuluan, (Banjar) Batang Banyu, dan Banjar (Kuala).
Banjar Pahuluan pada asasnya adalalah penduduk daerah lembah-lembah
sungai (cabang sungai Negara) yang berhulu ke pegunungan Meratus. Banjar
Batang Banyu mendiami lembah sungai Negara, sedangkan orang Banjar
Kuala mendiami sekitar Banjarmasin dan Martapura. Bahasa yang mereka
kembangkan dinamakan bahasa Banjar, yang pada asasnya adalah bahasa
Melayu Sumatera atau sekitarnya, yang di dalamnya terdapat banyak kosa
kata asal Dayak dan Jawa. Nama Banjar diperoleh karena mereka dahulu
(sebelum kesultanan Banjar dihapuskan pada tahun 1860) adalah warga
Kesultanan Banjarmasin atau disingkat Banjar, sesuai dengan nama
ibukotanya pada mula berdirinya. Ketika ibukota dipindahkan ke arah
pedalaman (terakhir di Martapura), nama tersebut nampaknya sudah baku
atau tidak berubah lagi.
Sejak abad ke-19, suku Banjar migrasi ke pantai timur Sumatera dan
Malaysia, tetapi di Malaysia Barat, suku Banjar digolongkan ke dalam
suku Melayu, hanya di Tawau (Sabah, Malaysia Timur) yang masih menyebut
diriya suku Banjar. Di Singapura, suku Banjar sudah luluh ke dalam suku
Melayu. Sensus tahun 1930, menunjukkan banyaknya suku Banjar di luar
Kalsel, tetapi sensus tahun 2000 terlihat jumlahnya mengalami penurunan.
Hulu Sungai Selatan sebagai salah satu dari daerah di Pahuluan atau
Banua Lima mayoritas dihuni oleh suku Banjar dan Dayak Bukit. Kebudayaan
yang terbentuk tidak lepas dari proses asimilasi kedua kebudayaan ini.
Kebudayaan eksotik yang masih bertahan di Hulu Sungai Selatan adalah
budaya masyarakat Dayak Loksado. Mereka mendiami kawasan pengunungan
Meratus di kecamatan Loksado yang membentang dari perbatasan HST hingga
Tapin dan Kotabaru.
Terdapat tiga kali aruh ganal (pesta adat besar) yang dilaksanakan
oleh masing-masing balai di atas pada setiap tahun. Aruh ganal tersebut
dilaksanakan pada malam hari yaitu:
1. Aruh Basambu
Aruh ganal ini biasanya dilaksanakan pada bulan Februari, yakni ketika orang dayak selesai melaksanakan tanam padi (behuma / menugal).
2. Aruh Bawanang Lalaya
Aruh ganal ini biasanya dilaksanakan pada bulan Juni, yakni ketika masyarakat dayak melaksanakan panen padi.
3. Aruh Bawang Banih Halin
Aruh ganal ini biasanya dilaksanakan pada bulan September. Aruh ini merupakan aruh penutup karena masarakat dayak Loksado telah selesai melaksanakan panen padi.
Aruh ganal ini biasanya dilaksanakan pada bulan Februari, yakni ketika orang dayak selesai melaksanakan tanam padi (behuma / menugal).
2. Aruh Bawanang Lalaya
Aruh ganal ini biasanya dilaksanakan pada bulan Juni, yakni ketika masyarakat dayak melaksanakan panen padi.
3. Aruh Bawang Banih Halin
Aruh ganal ini biasanya dilaksanakan pada bulan September. Aruh ini merupakan aruh penutup karena masarakat dayak Loksado telah selesai melaksanakan panen padi.
Acara aruh ganal diisi dengan berbagai tarian adat yang lamanya
antara 3 sampai 9 hari. Tarian adat yang disajikan pada aruh ganal
tersebut seperti Batandik, tari Kanjar dan tari Bangsai. Perlengkapan
yang dipergunakan pada tari batandik yakni sarung, ikat pinggang kain
putih, gelang hiayang, laung, gendang, manyan, kapur, baju dan celana.
Pada tari kanjar perlengkapan yang diperguanakan yakni baju lengan
panjang, ikat pinggang kuning, laung dan celana, sedangkan pada tari
bangsai dengan penarinya khusus wanita menggunakan baju kebaya,
kakamban, dan tapih bahalai.
Kegiatan tradisional yang dimiliki oleh orang dayak Loksado yang masih akses sampai sekarang yakni:
1. Naik dari manau (bersifat ghaib)
2. Tari kurung-kurung
3. Basambui (orang sakit diobati secara kebathinan)
4. Sumbiyang (membuat orang jadi sakit kemudian disembuhkan).
1. Naik dari manau (bersifat ghaib)
2. Tari kurung-kurung
3. Basambui (orang sakit diobati secara kebathinan)
4. Sumbiyang (membuat orang jadi sakit kemudian disembuhkan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar