SELAMAT JALAN
BULAN RAMADHAN 1433 H
Ramadhan
1433 Hijriah yang penuh dengan berkah dan maghfirah telah meninggalkan kita
semua kaum muslimin, dengan membawa kenangan amaliah yang telah kita lakukan
dengan iman dan mengharap keridhaannya untuk disampaikan kehadirat Allah SWT.
Semoga kita, dapat berjumpa dengan Ramadhan 1434 H yang akan datang.
Sebagai
rasa syukur kita yang telah berhasil berjuang dan bertempur melawan musuh yang
maha dahsyat, maka serempak kita bersama tatkala hilal 1 Syawal menampak di
ufuk barat, kita kumandangkan lafaz takbir, tahlil, dan tahmid memuja dan
memuji Tuhan pencipta alam semesta.
Kemudian
di malam yang berbahagia itu, selain
kita mengagungkan asma Allah SWT juga dengan serempak pun kita memulai
mempraktekkan hasil dari ajaran yang terkandung dalam rahasia dan hikmah Ramadhan yaitu
menyantuni fakir miskin dengan memberikan zakat fitrahnya. Inilah tanda kita
masih memiliki rasa kasih dan sayang terhadap yang lemah dan sengsara, agar
merekapun merasakan pula kebahagiaan dan kegembiraan seperti kita merasakan
kegembiraan dan kebahagiaan di malam Idul Fitri.
Selanjutnya,
sebagai acara puncak perpisahan kita dengan Ramadhan, kita serempak pula
bersama-sama tatkala fajar menampakkan dirinya di ufuk timur kita persiapkan
diri dengan pakaian yang serba baru dan harum menuju tempat ibadah baik di
masjid maupun di lapangan terbuka untuk sujud kehadirat Allah SWT melalui
shalat Idul Fitri.
Lafaz
takbir, tahlil, dan tahmid yang terus-menerus kita kumandangkan itu, merupakan
pokok aqidah Islam, aqidah yang dibawa oleh Rasul-Rasul Tuhan sejak nabi Adam
AS sampai kepada rasul akhir zaman Muhammadurrasulullah. Lafaz ini harus kita
manifestasikan dalam kehidupan kita sehari-hari dengan amal perbuatan yang kongkret
dan positif guna mengatur tata kehidupan di dunia yang fana ini dan sebagai
penyelamat bagi kehidupan di akhirat nanti.
Ibnu
Taimiyah membagi jihad kepada empat tingkatan. Pertama, jihad yang paling
ringan adalah berjuang menghadapi musuh di medan perang yang akan meruntuhkan agama
kita. Kedua, jihad yang lebih kecil dari yang pertama, ialah menghadapi
orang-orang munafik, yang kerap menentang musuh dengan mulutnya, tetapi
bersekongkol dengan musuh dalam perbuatannya. Ketiga, jihad yang lebih besar
lagi dari yang kedua, ialah berjuang melawan syaitan iblis yang selalu memperdayakan
kita, yang hendak membelokkan jalan hidup kita dari jalan yang benar kepada
jalan yang salah, dari jalan Allah ke jalan kesesatan. Keempat, jihad yang
paling dahsyat, ialah melawan diri sendiri, memerangi sifat loba, tamak,
serakah, dan rakus yang semuanya ini ada dalam diri kita masing-masing.
Pantaslah kalau nabi sendiri
mengatakan, berjuang menundukkan hawa nafsu yang ada dalam diri sendiri adalah
jihadul akbar (jihad yang maha besar). Rasulullah pernah bersabda yang artinya
: Kita baru kembali dari perjuangan yang kecil, akan menghadapi perjuangan yang
sangat besar, sahabat bertanya, apa itu perjuangan yang lebih besar wahai
Rasulullah ? Jawab Rasulullah ialah berjuang menundukkan hawa nafsu yang ada
pada diri kita masing-masing.
Dengan
mengendalikan hawa nafsu, manusia akan
meningkat derajatnya, akan suci jiwanya dan sebaliknya dengan mengikuti hawa
nafsu dunia selalu ribut dan kacau, karena hawa nafsu perang saudara selalu
berkobar, banyak orang cinta damai tapi perang makin ramai inipun akibat hawa
nafsu, karena hawa nafsu anak dan orangtua menjadi musuh, karena hawan nafsu
kawan dapat menjadi lawan, karena hawa nafsu kerukunan hidup dalam masyarakat
menjadi berantakan, karena hawa nafsu pulalah manusia menjadi pemalas. Karena
itulah kita wajib menjinakkan, mengendalikan hawa nafsu. Salah satu cara
mengendalikan hawa nafsu adalah dengan berpuasa. Puasa bulan Ramadhan yang baru
saja selesai kita jalankan antara lain berfungsi untuk mengendalikan dan
menjinakkan hawa nafsu.
Apa
yang harus kita kerjakan setelah Ramadhan meninggalkan kita semua ? Mari kita
buktikan hasil dari gemblengan ibadah puasa ini, mari kita praktekkan dalam
kehidupan bermasyarakat yang beraneka ragam coraknya ini, mari kita mulai
kuliah kerja nyata di lapangan. Pelajaran disiplin terhadap waktu yang kita dapati
sewaktu berpuasa , pelajaran jujur terhadap diri sendiri dan pelajaran kasih sayang
terhadap yang lemah dan sebagainya harus kita terapkan pada lapangan kerja
masing-masing baik kita sebagai karyawan, pedagang, kuli panggul, buruh kasar,
majikan, pejabat eselon I, II, III, IV, dan V semuanya tanpa kecuali harus
jujur, disiplin, dan memilki, rasa kasih sayang terhadap yang lemah.
Tingkatkanlah segala aktivitas kita di segala bidang, sesuai dengan bulan Syawal.
Syawal artinya peningkatan maka berarti kita harus meningkatkan segalanya demi
tercapainya cita-cita.
Marilah
kita berusaha dengan segala kemampuan yang kita miliki untuk mengisi hidup yang
hanya satu kali ini dengan perbuatan yang baik dan amal terpuji. Sebagai
penutup, marilah kita perhatikan tiga hal sebagai berikut : pertama, kita harus
benar-benar yakin dan sadar bahwa hidup ini adalah karunia Allah yang harus
kita syukuri. Kedua, jangan membuang-buang kesempatan. Sekarang adalah waktu
yang paling baik dan tepat, kemarin adalah hari yang sudah lewat hanya
merupakan kenangan belaka, sedang hari esok atau lusa belum tentu kita
menjumpainya. Ketiga, jangan mudah kita bersikap putus asa, karena sikap lekas
putus asa tidak akan menguntungkan kita, bahkan akan mendatangkan kelesuan
bekerja dan mematikan gairah hidup.
Kandangan,
Agustus 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar