Kamis, 15 Januari 2015

Serial : Rindu Angkinang (1)

Jum'at, 16 Januari 2015



            Tali rafia warna kuning itu tergeletak manis disamping komputer tempat Adit sedang mengetik. Ditemani dengan kesegaran dari hembusan kipas angin mini. Tumpukan naskah tulisan menghiasi pandangan. Juga brosur pengumuman lomba menulis puisi bagi anak murid di tempat ia bekerja. Ada obat sakit kepala / gigi yang baru di belinya di warung depan. Adit agak  kekenyangan juga setelah makan nasi kuning iwak haruan dan tahu masak habang.
            Adit merasa kesepian akhir-akhir ini. Tak ada pendamping hidup. Teman yang bisa menyenangkan hari-harinya. Untuk itu aktivitas dunia mayanya kian gencar. Buat status di facebook. Mendapat respon minimal suka dari teman-temannya di dumay. Biasa Adit mampu bertahan berjam-jam didepan layar laptop. Ada semacam kesenangan. Terkenal di dunia maya namun terasing di dunia nyata. Itulah yang sekarang dialami Adit.
            Entah kenapa frekuensinya bersosialisasi di masyarakat sepanjang tahun ini boleh dikata nihil. Alias tak ada sama sekali. Adit seperti kada kamanusiaan. Bila bertemu ia sering menghindar. Ada semacam kekhawatiran. Khawatir kejelekannya dibicarakan dihadapan orang banyak.
            Adit menyaksikan warga sedang panen anak ikan saat sungai sedang dalam. Mereka melakukan mahancau untuk menjaring anak ikan seperti papuyu dan sapat. Kondisi ini tentu menjadi semacam peluang ekonomi bagi warga. Hasil perolehan mahancau dijual. Mereka menghampar jualan di tepi jalan. Anakan ikan tersebut biasanya dimasak dengan berbagai aneka masakan. Ada yang memasak dengan perpaduan kelapa pepes. Juga yang tak mau susah-susah cukup di goreng saja. Memakannya ditemani nasi yang baru dimasak. Duh enaknya.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi AHU : Watak Simbol Intonasi Perangai Jingga

 Jumat, 22 Maret 2024 Cerita guramang alasan manis kian sinis watak simbolis kehendak penawar lara senarai kehendak intim suara nurani ego k...