Tali rafia warna kuning itu
tergeletak manis disamping komputer tempat Adit sedang mengetik. Ditemani
dengan kesegaran dari hembusan kipas angin mini. Tumpukan naskah tulisan
menghiasi pandangan. Juga brosur pengumuman lomba menulis puisi bagi anak murid
di tempat ia bekerja. Ada obat sakit kepala / gigi yang baru di belinya di
warung depan. Adit agak kekenyangan juga
setelah makan nasi kuning iwak haruan dan tahu masak habang.
Adit merasa kesepian akhir-akhir
ini. Tak ada pendamping hidup. Teman yang bisa menyenangkan hari-harinya. Untuk
itu aktivitas dunia mayanya kian gencar. Buat status di facebook. Mendapat
respon minimal suka dari teman-temannya di dumay. Biasa Adit mampu bertahan
berjam-jam didepan layar laptop. Ada semacam kesenangan. Terkenal di dunia maya
namun terasing di dunia nyata. Itulah yang sekarang dialami Adit.
Entah kenapa frekuensinya
bersosialisasi di masyarakat sepanjang tahun ini boleh dikata nihil. Alias tak
ada sama sekali. Adit seperti kada kamanusiaan. Bila bertemu ia sering
menghindar. Ada semacam kekhawatiran. Khawatir kejelekannya dibicarakan
dihadapan orang banyak.
Adit menyaksikan warga sedang panen
anak ikan saat sungai sedang dalam. Mereka melakukan mahancau untuk menjaring anak ikan seperti papuyu dan sapat. Kondisi
ini tentu menjadi semacam peluang ekonomi bagi warga. Hasil perolehan mahancau dijual. Mereka menghampar
jualan di tepi jalan. Anakan ikan tersebut biasanya dimasak dengan berbagai
aneka masakan. Ada yang memasak dengan perpaduan kelapa pepes. Juga yang tak
mau susah-susah cukup di goreng saja. Memakannya ditemani nasi yang baru
dimasak. Duh enaknya.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar