Rabu, 28 Januari 2015

Perjalanan Sastra Indonesia di Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Kamis, 29 Januari 2015


Oleh : H Fahmi Wahid dan Taberi Lipani SR

(Disampaikan pada forum Diskusi Panel Aruh Sastra Kalimantan Selatan IX di Banjarmasin, 12 s.d 14 Oktober 2012)

I.Kegiatan penulisan sastra Indonesia modern di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) dimulai pada awal tahun 1970-an. Sastrawan yang memulai kegiatan penulisan karya sastra ini antara lain, Kasful Anwar Karie, Abdullah Sihamkari, Apul AK, dan Muis Andarta, namun karena mereka beraktivitas secara sendiri-sendiri, maka karya-karya mereka belum terhimpun dan tidak terdokumentasikan dalam sebuah buku.

II.Tahun 1980-an hingga awal 2000-an, iklim sastra di Kabupaten HST mulai menggeliat, ini dapat dilihat dengan munculnya komunitas sastra / budaya, seperti Sanggar Langkar tahun 1982, Sanggar Murakata (1984), Bengkel Sastra (1996), Sanggar Pena (1999), sanggar-sanggar sekolah, BKKNI (Badan Koordinasi Kesenian Nasional Indonesia) Kabupaten HST serta Dewan Kesenian Murakata (DKM) HST. Dalam dekade tahun 1980-2000, hasil penulisan karya sastra mulai didokumentasikan, seperti Banuaku dalam Puisi – Kumpulan Puisi Penyair Hulu Sungai Tengah (1994), Potret, Catatan Perjalanan, karya Misbah Munir Akhdy (1994), Belenggu Rindu – Kumpulan puisi tunggal Taberi Lipani SR (1996), Mendungpun Sirna – kumpulan cerpen karya Ismail Wahid (1997), Dalam Do’a – kumpulan puisi karya Fahmi Wahid (1999), dan Bagaimana Membaca Puisi karya Fahmi Wahid (2000).

III.Kurun waktu tahun 2001-2012, penulis-penulis muda bermunculan dan mulai mempublikasikan karya-karya mereka baik di media massa lokal maupun nasional serta mendokumentasikannya. Dalam dekade ini, Kabupaten HST mulai dikenal di Kalimantan Selatan berkaitan dengan karya sastra mereka. Bisa dilihat dalam setiap kegiatan lomba penulisan karya sastra peserta dari HST selalu mendapat juara / nominasi. Diantara pengarang atau penyair muda Kabupaten HST yang berprestasi dibidang sastra, antara lain Taufik HT, Selvy Stepanie, Rahmiyati, Rezqie Muhammad Al Fajar Atmanegara, Imam Bukhori, Husin Nafarin, H Muhaimin, Noor Annisa Fauzana, Tati Noorahmi, Asna Sepreniawati, Suandi, M Rezki. Karya sastra yang dipublikasikan Tandik Balian, kumpulan puisi Taberi Lipani SR (2002), Pada Perjalanan, kumpulan puisi Fahmi Wahid (2003), Diam, kumpulan puisi Taberi Lipani SR (2006), Bertahan di Bukit Akhir, kumpulan puisi penyair HST (2008), Melawan Takdir, kumpulan puisi Suandi (2011), dan Putri Kapas, buku novel karya Selvy Stepanie (2012). Faktor yang mempengaruhi bermunculannya para penulis muda ini adalah disamping memang minat dan bakat yang ada juga terealisasinya program kerja Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Cabang Kabupaten HST, Komunitas Sanggar dan Teater Muda Murakata Barabai, dan Teater Mamang yang terus melaksanakan pembinaan dan mengikuti setiap even lomba karya sastra baik di yang ada di HST maupun diluar HST.

IV.Kegiatan bersastra dan seni  pada umumnya di Kabupaten HST sebenarnya dilakukan tanpa bantuan Pemerintah Daerah, akan tetapi hanya berbekal tekad dan komitmen untuk dapat mengembangkan bakat dalam bersastra dari para penulis sendiri serta dukungan dan motivasi yang tak kenal lelah dari para sastrawan senior. Sastrawan / penyair asal Barabai, Kabupaten HST yang bermukim di luar HST seperti Arsyad Indradi (kini bermukim di kota Banjarbaru), Ali Syamsudin Arsyi (Banjarbaru), Abdul Karim (Batulicin, Tanah Bumbu), Helwatin Najwa (Kotabaru), dan H Harun Al Rasyid (Amuntai, Hulu Sungai Utara), sangat besar peranan serta dukungan mereka terhadap eksistensi dan perkembangan sastra dan sastrawan di Kabupaten HST.

V.Demikianlah sekilas pintas wajah sastra khususnya dan seni budaya pada umumnya di Bumi Murakata yang senantiasa terus berproses. Syukur ia mencakrawala, sebab sejatinya segala upaya manusia. Pun ia si sastra, adalah media proses pencari jati diri untuk menuju ke muara samudera sastra. Disitu maqam sastra berubah rupa cinta. Maka dengan menggenggam sastra cinta kami menyodorkan diri untuk ditinju-tinju cinta oleh para penyastra atau pencinta, jika memang apa yang kami upayakan masih pantas untuk mendapatkan tamparan cinta, yang dalam bahasa sehari-hari ia disebut kritikan. Terima kasih atas segala perhatian, mohon maaf atas segala kekurangan. Salam sastra !


Barabai, 11 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi AHU : Watak Simbol Intonasi Perangai Jingga

 Jumat, 22 Maret 2024 Cerita guramang alasan manis kian sinis watak simbolis kehendak penawar lara senarai kehendak intim suara nurani ego k...