Oleh : H Fahmi Wahid dan Taberi Lipani SR
(Disampaikan pada forum Diskusi Panel Aruh Sastra
Kalimantan Selatan IX di Banjarmasin, 12 s.d 14 Oktober 2012)
I.Kegiatan penulisan
sastra Indonesia modern di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) dimulai pada awal
tahun 1970-an. Sastrawan yang memulai kegiatan penulisan karya sastra ini
antara lain, Kasful Anwar Karie, Abdullah Sihamkari, Apul AK, dan Muis Andarta,
namun karena mereka beraktivitas secara sendiri-sendiri, maka karya-karya
mereka belum terhimpun dan tidak terdokumentasikan dalam sebuah buku.
II.Tahun 1980-an
hingga awal 2000-an, iklim sastra di Kabupaten HST mulai menggeliat, ini dapat
dilihat dengan munculnya komunitas sastra / budaya, seperti Sanggar Langkar
tahun 1982, Sanggar Murakata (1984), Bengkel Sastra (1996), Sanggar Pena
(1999), sanggar-sanggar sekolah, BKKNI (Badan Koordinasi Kesenian Nasional
Indonesia) Kabupaten HST serta Dewan Kesenian Murakata (DKM) HST. Dalam dekade
tahun 1980-2000, hasil penulisan karya sastra mulai didokumentasikan, seperti
Banuaku dalam Puisi – Kumpulan Puisi Penyair Hulu Sungai Tengah (1994), Potret,
Catatan Perjalanan, karya Misbah Munir Akhdy (1994), Belenggu Rindu – Kumpulan
puisi tunggal Taberi Lipani SR (1996), Mendungpun Sirna – kumpulan cerpen karya
Ismail Wahid (1997), Dalam Do’a – kumpulan puisi karya Fahmi Wahid (1999), dan
Bagaimana Membaca Puisi karya Fahmi Wahid (2000).
III.Kurun waktu tahun
2001-2012, penulis-penulis muda bermunculan dan mulai mempublikasikan
karya-karya mereka baik di media massa lokal maupun nasional serta
mendokumentasikannya. Dalam dekade ini, Kabupaten HST mulai dikenal di
Kalimantan Selatan berkaitan dengan karya sastra mereka. Bisa dilihat dalam
setiap kegiatan lomba penulisan karya sastra peserta dari HST selalu mendapat
juara / nominasi. Diantara pengarang atau penyair muda Kabupaten HST yang
berprestasi dibidang sastra, antara lain Taufik HT, Selvy Stepanie, Rahmiyati,
Rezqie Muhammad Al Fajar Atmanegara, Imam Bukhori, Husin Nafarin, H Muhaimin,
Noor Annisa Fauzana, Tati Noorahmi, Asna Sepreniawati, Suandi, M Rezki. Karya
sastra yang dipublikasikan Tandik Balian, kumpulan puisi Taberi Lipani SR
(2002), Pada Perjalanan, kumpulan puisi Fahmi Wahid (2003), Diam, kumpulan
puisi Taberi Lipani SR (2006), Bertahan di Bukit Akhir, kumpulan puisi penyair
HST (2008), Melawan Takdir, kumpulan puisi Suandi (2011), dan Putri Kapas, buku
novel karya Selvy Stepanie (2012). Faktor yang mempengaruhi bermunculannya para
penulis muda ini adalah disamping memang minat dan bakat yang ada juga
terealisasinya program kerja Komunitas Sastra Indonesia (KSI) Cabang Kabupaten
HST, Komunitas Sanggar dan Teater Muda Murakata Barabai, dan Teater Mamang yang
terus melaksanakan pembinaan dan mengikuti setiap even lomba karya sastra baik
di yang ada di HST maupun diluar HST.
IV.Kegiatan bersastra
dan seni pada umumnya di Kabupaten HST
sebenarnya dilakukan tanpa bantuan Pemerintah Daerah, akan tetapi hanya
berbekal tekad dan komitmen untuk dapat mengembangkan bakat dalam bersastra
dari para penulis sendiri serta dukungan dan motivasi yang tak kenal lelah dari
para sastrawan senior. Sastrawan / penyair asal Barabai, Kabupaten HST yang
bermukim di luar HST seperti Arsyad Indradi (kini bermukim di kota Banjarbaru),
Ali Syamsudin Arsyi (Banjarbaru), Abdul Karim (Batulicin, Tanah Bumbu),
Helwatin Najwa (Kotabaru), dan H Harun Al Rasyid (Amuntai, Hulu Sungai Utara),
sangat besar peranan serta dukungan mereka terhadap eksistensi dan perkembangan
sastra dan sastrawan di Kabupaten HST.
V.Demikianlah sekilas
pintas wajah sastra khususnya dan seni budaya pada umumnya di Bumi Murakata
yang senantiasa terus berproses. Syukur ia mencakrawala, sebab sejatinya segala
upaya manusia. Pun ia si sastra, adalah media proses pencari jati diri untuk
menuju ke muara samudera sastra. Disitu maqam sastra berubah rupa cinta. Maka
dengan menggenggam sastra cinta kami menyodorkan diri untuk ditinju-tinju cinta
oleh para penyastra atau pencinta, jika memang apa yang kami upayakan masih
pantas untuk mendapatkan tamparan cinta, yang dalam bahasa sehari-hari ia
disebut kritikan. Terima kasih atas segala perhatian, mohon maaf atas segala
kekurangan. Salam sastra !
Barabai,
11 Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar