Perbekalan untuk bajalanan ke Kalimantan Timur 30 Mei s.d 2 Juni 2016, sudah disiapkan
jauh-jauh hari. Selama empat hari ada beberapa lembar celana dan baju yang saya
siapkan. Juga penunjang lainnya seperti handuk dan sarung. Selain itu ada juga
yang dibawa cermin, sisir, Rexona, dsb. Semua sudah saya masukkan ke dalam tas.
Tak lupa bawa dompet berisi segepok uang untuk sangu selama ke sana.
Sebelum ke Kaltim, agar waktu berjalan
cepat, Minggu sore mengajak Rizal , teman sekampung bajalanan ke Barabai. Kali ini tujuan saya seperi biasa menikmati
jus di Limpasu. Saat kami tiba di sana sudah banyak tamu. Saya memesan jus wortel,
dengan alasan agar mata terjaga dan tetap segar.
Sementara Rizal memesan jus nangka. Kami
mengambil tempat duduk yang sudah tersedia. Kebanyakan penikmat jus adalah anak
muda yang ada disana. Sekitar beberapa menit kemudian pesanan datang. Saya
menikmati dengan leluasa. Sementara Rizal me-calling teman-teman yang ada di Barabai.
Tak lama datang wajah yang tak asing bagi
saya. Ada Halimah dari Batu Tangga, Ahmad Hariadi dari Labung Anak. Lalu Sari juga
dari Labung Anak dengan rekannya Ria dari Dangu. Kemudian Novi dari Padang,
Limpasu. Setelah dari Limpasu, kami ke rumah Ria di Dangu. Ayahnya Ria, Suhrani
adalah Pambakal Dangu.
Di Barabai ada dua desa Dangu, satu di
Kecamatan Haruyan dan satu lagi di Kecamatan
Batang Alai Utara (BAU). Di rumah Ria kami menunaikan shalat Maghrib dan Isya
berjamaah. Setelah itu disuguhi makan malam dengan lauk ikan sepat kering. Juga
ada beberapa gorengan.
Usai makan kami santai sambil ngobrol
dan nonton televisi. Saya berbaring, minta diambilkan bantal. Sementara yang lain masih berbincang.
Sekitar pukul 21.00 WITA kami pamit pulang. Sampai di Angkinang sekitar pukul 23.00
WITA.
Di rumah, untuk membuat mata mengantuk
saya menonton televisi. Sekitar sejam kemudian saya tidur. Pukul 05.00 WITA
saya bangun. Mencuci pakaian, mandi dan shalat Subuh.
Bersiap-siap berangkat menuju Kaltim.
Saya menunggu di depan rumah saja. Bus katanya akan standby di Taniran Kubah sekaligus ziarah ke Makam Datu Taniran
dulu.
Sekitar pukul 08.00 WITA bus lewat. Berhenti
tepat di depan Pasar Angkinang. Saya mengambil tempat duduk paling belakang.
Ada sekitar 20 orang guru yang ikut. Kali ini tujuan kami rombongan madrasah tempat
saya bekerja adalah ke Kaltim. Dengan tujuan utama ke Tenggarong, ibukota
Kabupaten Kutai Kartanegara.
Ini adalah rencana lama, sudah tahunan tapi
baru kali ini bisa jadi kenyataan. Dengan mencarter
sebuah bus, kami siap menjelajahi makam para ulama dan tempat wisata andalan lainnya
yang ada di Bumi Etam.
Di Muara Anjiran bus singgah karena
Bapak Fahmi naik. Kemudian di Pangambau juga singgah namun kelewatan, tepat di depan
rumah salah seorang murid baru MTsN Angkinang. Bapak Kepala minjam sepeda motor
orangtua Ridho maambili Bapak
Abdurrahman. Namun tak lama kemudian Bapak Abdurrahman datang diantarAtma,
anaknya.
Bus berangkat. Perjalanan begitu riang
gembira dan cukup menyenangkan. Ratusan kilometer akan kami tempuh. Tentu kelelahan
akan kami rasakan.
Tengah hari kami singgah di Gunung Halat,
perbatasan Kalsel - Kaltim. Berada antara Kecamatan Jaro, Tabalong, Kalsel
dengan Kabupaten Paser, Kaltim. Kami makan siang berupa nasi bungkus yang sudah
disiapkan dari rumah.
Juga menunaikan shalat Dzuhur dan Ashar.
Sekitar sejam kemudian kami melanjutkan perjalanan. Ternyata walau Kaltim dikenal
sebagai provinsi kaya raya namun ternyata kondisi ruas jalan yang kami lewati
cukup menggenaskan.
Rusak parah dan belum beraspal sebagian.
Ditambah kondisi geografis medan berupa tanjakan dan turunan sehingga hati
menjadi was-was ketika melewati. Namun do’a terus dipanjatkan agar perjalanan
lancar. Terasa menegangkan kala melewati kondisi jalan yang tidak nyaman.
Apalagi saat menanjak dan menurun yang curam sekali.
Kami tiba di pelabuhan ferry
penyeberangan Penajam menjelang Maghrib. Saat kami tiba kondisi ferry tidak
begitu banyak orangnya. Sehingga saat naik ke atas bisa lebih leluasa menikmati
perjalanan sekitar sejam melihat laut Balikpapan dan lampu kota yang kerlap kerlip.
Tiba di Samarinda sekitar pukul 23.00
WITA. Kami menurunkan tas dari dalam bus menuju penginapan yang berjarak
sekitar 50 meter dari bus parkir. Kamar laki-laki berada di atas, sementara
kamar perempuan di bawah. Memanfaatkan waktu, yang laki-laki main dumlahan di dalam kamar. Saya tidak ikut.
Hanya jadi penonton saja. Sebelumnya jalan-jalan ke jalan utama beli nasi
goreng dan minuman segar.
Pukul 05.00 WITA saya bangun lebih awal.
Mandi dan shalat Subuh. Pukul 07.00 WITA sarapan pagi di ruang tamu pemilik penginapan.
Sebelumnya jalan-jalan dengan Amud ke depan jalan utama RE Martadinata
Samarinda.
Saya sempat memfoto dan wawancara dengan
seorang bocah laki-laki bernama Iman. Ia murid Kelas IV SD yang sedang menyapu
jalan dengan sapu ijuk. Ia mengaku melakoni pekerjaan itu sejak pukul 06.00 s.d
pukul 07.00 WITA sebelum berangkat ke sekolah.
Pukul 08.00 berangkat menuju beberapa
tempat makam ulama dan Raja Kutai di Kutai Lama. Lalu menuju Tenggarong ke Museum
Negeri Mulawarman, Pulau Kumala, dsb.
Malamnya bermalam di rumah Acil Iyam yang
tak jauh dari kami menginap. Paginya berangkat menuju Islamic Center Kaltim di
Samarinda. Setelah itu terus ke Balikpapan, ke Pantai Lamaru dan makam keramat
dekat Pelabuhan Balikpapan.
Terus arah jalan Pertamina Balikpapan.
Pulang menuju ferry penyeberangan Balikpapan – Penajam. Singgah di sebuah
masjid di Petung, Penajam makam malam. Sekitar pukul 23.00 WITA pulang ke Kandangan.
Singgah di sebuah warung di Wirang, Tabalong
cuci muka dan buang air. Shalat Subuh di sebuah masjid seberang SMPN 1 Paringin,
Balangan. Sampai di Angkinang sekitar pukul 08.00 WITA. Dirumah setelah
mengemasi barang bawaan saya terus tidur karena kelelahan. (akhmad husaini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar