Senin, 10 Desember 2012

CERITA RAKYAT KALIMANTAN SELATAN



KANCIL DAN BUAYA


            Zaman dahulu ada cerita buaya sedang mencari mangsa. Buaya itu bergandeng dua membuat tubuhnya seperti rakit. Lalu pergi arah ke hulu. Di belakangnya duduk bersusun : bidawang, biuku, kura-kura. Ada juga burung : buburak, tiung, punai yang asyik bernyanyi. Sambil bernyanyi, sambil bergendang. Yang dijadikan gendang tubuh kura-kura, biuku dan bidawang yang dihempaskan ke belakang buaya.
            Lagu seperti ini
            Rastup garantang tugang
            Bajalan ka hulu-hulu
            Sampai ka luuk diambung-ambung
            Tinggal makan
            Rakit buaya tadi terus pergi ke arah hulu. Tak lama bertemu dengan kera. Kera bertanya, ” Mau kemana kalian?”
            ” Kami hendak jalan-jalan ke hulu sungai,” jawab mereka.
            ” Aku ikut,” ujar kera.
            ” Mari, cepat naik kesini !” ujar mereka.
            Yang ikut naik ke rakit buaya itu semuanya akan dimangsa buaya. Mereka terus mudik ke hulu, bertemu lagi dengan kambing, naik lagi kambing. Bertemu kuyuk, naik juga kuyuk. Ramai sekali, sambil mudik, sambil bernyanyi dengan gendang-gendangnya :
            Ras tup garantang tugang
            Bajalan ka hulu-hulu
            Sampai ka luuk diambung-ambung
            Tinggal makan
            Akhirnya bertemu dengan kancil.
            ” Mau kemana kalian ramai sekali ?” tanya kancil.
            Kemudian yang ada dirakit buaya menyahut, ” Kalau ingin ikut, ikut saja tidak perlu banyak pertanyaan.”
            ” Kepinggirkan dulu rakitnya, agar aku mudah naik. Ke sini dekat tebing yang rata. Ayo kera, kuyuk, kambing, ayo. Ayo cepat aku ingin berpegang.”
            Setelah rakit itu merapata ke tebing, mereka sudah bertinggir di rakit lalu kancil berucap,” Ayo kera, kuyuk, kambing, cepat naik ke tebing. Itu bukan kapal, itu buaya, dia mau memangsa kalian. Setelah sampai ke pusaran air yang dalam kalian akan ditenggelamkannya. Lantas setelah tenggelam, kalian dimakannya. Cepat naik !”
            Berlompatanlah semua ke atas tebing, takut dimakan buaya. Setelah semua naik ke tebing, lantas kancil bersorak tanda senang selamat tidak sempat dimakan buaya. Buaya marah-marah.
            ” Tunggu pembalasan kami dibawah pohon kujajing !” ujar buaya.
            Kujajing itu buah makanan kesukaan kancil. Jadi ia sering datang ke sana.
            Lama kelamaan kancil lupa akan ancaman buaya. Berangkat dia ke hulu dimana tumbuh pohon kujajing. Asyik makan kujajing. Buahnya banyak. Hari teduh dan terang.
            Setelah kenyang makan kujajing duduk kancil terkantuk-kantuk. Kakinya yang sebelah dijuntaikannya ke dalam air. Karena memang pohon kujajing banyak tumbuh di tepi sungai.
            Saat kancil duduk terkantuk-kantuk sambil matanya meram, kakinya yang bercebur ke sungai tadi disambar buaya. Kancil terkejut. Hatinya gelisah. Tapi setelah itu ia cepat berpikir. Apa akalnya agar bisa lepas ?
            ” O, buaya, kamu salah. Itu bukan kakiku. Yang benar ini. Yang kamu sambar itu ranting kayu,” ujar kancil sambil menyurung patahan kayu kedalam air. Tidak berpikir panjang lagi buaya tadi terus menyambar patahan kayu itu. Kaki kancil dilepasnya. Setelah kakinya lepas, kancil cepat kabur sambil berteriak karena cukup senang,” Hore aku lepas ! Hore !”
            ” Nanti kamu akan kumangsa tunggu saja !” ujar buaya sambil geregetan karena hatinya sakit dibodohi kancil untuk kesekian kalinya.
            Apa yang dikerjakana buaya untuk membalas kancil. Tubuhnya digulung dengan daun kering di pinggir sumur tempat kembali berendam di air.
            Tak lama kemudian datang kancil. Melihat ada gunungan itu rasa was-was itu datang. Dalam hati berkata, gunungan ini buayakah ? Atau apakah ? Setelah dipikir-pikir lalu ia berucap sangat keras, “ Kalau benar-benar gunung, mesti bergerak, kalau buaya berdiam.”
            Buaya lalu bergerak menggoncang tubuhnya tiada henti. ” Dasar bodoh kamu buaya. Ayo kejar aku,” ujar kancil menggoda.
            Buaya mengejar kancil dengan cepat. Semakin cepat buaya mengejar, makin cepat juga kancil lari. Kancil lari meloncat ke kayu tempat kubangan kerbau. Di kubangan itu banyak kerbau yang menunggu. Buaya terjatuh ke kubangan kerbau, diinjak-injak kerbau. Akhirnya buaya mati. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Didatangi Tokoh Nasional

 Sabtu, 23 November 2024 Dari Diary Akhmad Husaini, Senin (13/02/2023)  Guru Ibad perkenalkan Maulid Habsyi di Martapura tahun 1960-an. Sela...