Setiap kali
bertemu saya Burhanuddin Soebely atau
Om Ibuy selalu menyapa, “Apa kabar Sai ? Adalah mangirim tulisan ka surat kabar ? “ ujarnya. Yang paling
berkesan saya diberi buku. Saat kegiatan Kongres Cerpen Indonesia (KCI) V di
Banjarmasin tahun 2007 saya diberi buku Bahara
Mingsang Idang Siritan.
Lalu tahun yang
sama pada Aruh Sastra Kalimantan
Selatan (ASKS) IV di Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) saya diberi
buku kumpulan Cerpen Orkestra Wayang.
Tahun 2011 saya bertandang ke Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata HSS,
tempat beliau bekerja. Saya diberi buku Datu
Kandangan wan Datu Kartamina.
Kenangan lain
saat mengelola Tabloid Gerbang yang terbit di Kandangan. Tabloid ini terbit
sebulan dua kali. Para pengelolanya adalah seniman / sastrawan HSS. Saya
termasuk beruntung yang direkrut untuk mengelolanya.
Bersama dengan
Uda Djarani, Aliman Syahrani, Muhammad Faried, Abdaludin. Ruslan Faridi,
dll. Om Ibuy
(begitu biasanya kami memanggil) selalu pontang-panting mendesain dan tata
letak tabloid tersebut. Sementara kami mencari berita / bahan tulisan di
lapangan. Sayang tabloid ini tak berusia panjang.
Om Ibuy juga
telah menelorkan beberapa sinetron bertema lokal. Pernah tayang di TVRI. Terakhir sinetron Matahari Samudera .
Saya pernah menyaksikannya saat ditayangkan oleh televisi lokal, Kandangan TV.
Selasa
(29/05/2012) Nita Anggraini, anak murid saya di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Angkinang, memberitahu
Burhanuddin Soebely meninggal dunia. “ Kemarin kakek saya malawat,” ujar Nita. Saya kaget. Inna Lillahi wa
inna ilaihi raji’un.
Saya lagi sibuk
jadi tak sempat datang malawat. Kandangan kehilangan
putera terbaiknya. Sastrawan yang malang-melintang di jagat sastra lokal maupun nasional telah
pergi menghadap Ilahi. Padahal saat Napak Tilas Luran Teks Proklamasi Gubernur Tentara ALRI
Divisi IV Pertahanan Kalimantan, saat berada di Telaga Langsat, saya sempat berjabat tangan
dengan beliau. Juga saya sempat memfoto beliau dua kali dengan kamera HP. Selamat jalan
Om Ibuy. Jasamu selalu kami kenang.
Saya berjanji
akan membuktikan Kandangan akan tetap eksis di dunia kepenulisan. Perkenalan
dengan Om Ibuy pertama kali tahun 2002. Saat saya gabung mengelola Tabloid
Gerbang. Tapi saya sudah lama mengenal namanya lewat buku dan media. Aruh Sastra
Kalimantan Selatan (ASKS) adalah even cetusan beliau.
Yang pertama
kali digelar di Kandangan tahun 2004. ASKS VIII di Barabai tahun 2011 merupakan Aruh
Sastra terakhir beliau bersama-sama rombongan HSS untuk berhadir. Yang paling berkesan
saat ASKS IV di Amuntai tahun 2007. Saat sidang pleno saya dan Om Ibuy jadi
wakil HSS. Om Ibuy lahir di Kandangan, 2 Januari 1957.
Kutipan puisi
yang ditulis beliau tahun 2003, sangat berkesan dihati saya.
Percumbuan malam Kandangan
Pastilah ‘kan menyisakan
sebuah bangku batu
karena kau tak lagi disitu
kilir kiliran banyu mataku
kukirimakan di angin lalu
Malam itu untuk
kesekian kali saya membaca buku La Ventre de Kandangan, Mosaik Sastra HSS 1937-2003.
Buku itu saya peroleh beberapa
tahun silam saat Aruh Sastra Kalimantan Selatan (ASKS)
I di Kandangan. Lembar demi lembar saya buka. Entah kenapa saya terhenti pada
halaman 198 dan 199.
Ya saya terhenti
saat membaca biodata Burhanuddin Soebely. Sastrawan HSS yang selama ini saya
kagumi, yang selalu saya ikuti perkembangannya. Saya bangga HSS memiliki
sosok seperti beliau. Dengan bejibun karya. Beliau tidak saja fokus pada sastra
tapi bidang seni yang lainnya.
Sudah sejak lama
saya mengenal namanya lewat karyanya di media massa dan buku. Saya
bersyuukur tahun 2002 dipertemukan dengan beliau untuk pertama kali. Bertemu
tiap hari. Kami mengelola tabloid satu-satunya yang terbit di kota Kandangan :
Tabloid Gerbang. Saya bisa saling tukar pengalaman dengan sesama seniman /
sastrawan HSS. (akhmad husaini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar