Sambil
bekerja, Sabtu (27/06/2015) saya membaca novel karya Kiran Desai berjudul Senja
di Himalaya, The Inheritance of Loss.
Merupakan pemenang Man Booker Prize For
Fiction 2006. Novel setebal 544 halaman ini saya temukan di ruang guru
tempat saya bekerja.
Mumpung
libur saya meminjam untuk dibaca. Biasanya kada
langsung tuntung. Baca beberapa paragraf atau satu halaman, kemudian saya
berhenti. Lantas bukunya diberi pembatas. Kalau ada waktu
luang dilanjutkan kembali.
Pada
halaman informasi novel ini terdapat data yang menerjemahkan ke Bahasa
Indonesia adalah Rika Iffati Farihah. Diterbitkan Penerbit Hikmah (PT Mizan
Publika). Ini buku cetakan pertama, Desember 2007. Dengan ISBN
978-979-114-137-6.
Berita
buruk itu datang. Sai tiba-tiba menjadi yatim piatu dan harus pindah dari
asrama ke rumah kakek yang tak pernah dikenalnya, sang hakim. Di rumah tua di
kaki Gunung Kanchenjunga, Himalaya, itulah Sai mengenal Gyan, sang guru
Matematika, dan jatuh hati kepadanya.
Tetapi
mereka bak bumi dan langit, Sai yang berpendidikan barat dengan Gyan yang
sangat tradisional. Sang hakim yang awalnya khawatir kehadiran Sai akan merusak
ketenangannya, akhirnya malah teringat kepada masa mudanya, seorang pemuda
India yang berusaha keras menjadi pria Inggris, namun pada akhirnya tak merasa
menjadi bagian dari apapun.
Di
rumah itu pula tinggal juru masak sang hakim. Putranya, Biju, berhasil pergi ke
Amerika namun ternyata dia harus mati-matian bertahan hidup sebagai imigran
gelap di kota New York, demi mewujudkan mimpi dan kebanggaan sang ayah. Sampai
ketika terjadi kerusuhan di Kalimpong, dan ayahnya tak bisa dihubungi, dia
memutuskan pulang ke India, ke negeri yang dulu tak sabar ingin
ditinggalkannya.
Karakter-karakter
menakjubkan dari novel ini bagai cermin, mengingatkan kepada diri kita sendiri.
Inilah cerita mengenai mereka yang miskin dan lugu, mereka yang terhormat namun
merasa terasing, karena mereka terbelah antara budaya timur dan barat, dan
senantiasa mempertanyakan mana yang lebih baik : tradisi atau modernitas ?
Sementara
tentang Kiran Desai tertulis ia lahir di India pada 1971 dan menghabiskan masa
belajarnya di India, Inggris, dan Amerika. Kiran mempelajari penulisan kreatif
di Columbia University. Novel pertamanya, Hullabaloo
in the Guava Orchard, mendapatkan respon luas yang sangat baik. Begitu pula
dengan novel kedua ini. (akhmad
husaini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar