Kalau di daerah lain seperti di
pulau Jawa dan Nusa Tenggara Timur warga kesulitan air bersih di musim kemarau,
lalu mencari dengan rela menempuh puluhan kilometer untuk mendapatkannya. Walau
dengan jumlah tak banyak.
Tapi bebrebda dengan di Angkinang.
Warga juga mengalami kesulitan air bersih. Sungai kering kerontang. Tak
mengalir lagi. Airnya kotor dan penuh sampah. Namun mereka dimanjakan oleh
keadaan. Mau enaknya sendiri. Seperti warga di sekitar sebuah madrasah. Mereka
memanfaatkan keberadaan kran air di madrasah tersebut dengan sesuka hati.
Walau belum tentu diizinkan pihak
madrasah.Namun warga melenggang kangkung memanfaatkan air untuk mandi dan cuci
pakaian. Entah berapa kubik air yang digunakan semenjak kesulitan air beberapa
bulan terakhir ini.
Biasanya mereka akan ramai saat sore
hari. Dimana pihak madrasah seperti guru dan siswa sudah pulang ke rumah
masing-masing. Hanya ada paman penjaga madrasah. Tapi warga cukup berani
mengambil air dari kran. Tanpa minta izin sedikitpun kepada penjaga yang
merupakan bagian dari madrasah.
“ Biasanya pada sore hari hingga
malam hari. Juga pada pagi-pagi sebelum kegiatan madrasah warga datang
memanfaatkan kran air di madrasah itu,” ungkap penjaga madrasah.
Penjaga madrasah itu merasa sungkan
menegur. “ Ditagur salah kada ditagur jua
salah. Sakahandak buhannya. Ngalih banar di kampung ini,” ujarnya.
Seorang warga mengaku terpaksa
memakai air di sana karena air sungai tidak bisa dimanfaatkan. “ Kami terpaksa
kesini. Air PAM kadang macet dan sungai kering,” ujar warga.
Masalah ini seharusnya mendapat
perhatian semua pihak. Tak ada yang dirugikan. Namun langkah itu belum ada.
Sambil menunggu kemarau berakhir air kran di madrasah tersebut dikuras oleh
warga dengan gratis dan sekehendak hati. Tanpa ada rasa sungkan atau malu. (akhmad
husaini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar