Kamis, 22 Mei 2014

Mengenal Gusti Sholihin, Pelukis Kalsel

Jum'at, 23 Mei 2014

Sholihin yang nama lengkapnya Gusti Sholihin dilahirkan di Kuala Kapuas pada tanggal 7 Juni 1925. Ayahnya bernama Gusti Hasan, bekerja sebagai Kepala Sekolah Rakyat di Banjarmasin. Pendidikan terakhir ialah MULO sampai dengan Kelas II tahun 1942.
            Dilihat dari nama atau predikat atau gelar kebangsawan yang terdapat di depan namanya, Sholihin adalah keturunan bangsawan Kerajaan Banjar. Ini jelas dari gelar Gusti yang disandang di depan namanya dan nama ayahnya yaitu Gusti Hasan. Gusti ialah salah satu gelar dari bangsawan Banjar disamping gelar-gelar kebangsawan lainnya seperti : Pangeran, Raden, Antung, Nanang, Andin dan Rama, yang dipakai oleh keturunan raja atau bangsawan Kerajaan Banjar dari dahulu sampai sekarang, walaupun kerajaan tersebut telah tidak ada lagi sekarang.
            Pada tahun 1942 sampai denga tahun 1949 dengan tahun 1949 Sholihin belajar melukis kepada pelukis Jepang yang bernama Kasa dan Kawazura. Pada tahun 1946 mendirikan Taman Lukisan Permai di Banjarmasin. Sesudah itu ia pergi keluar Kalimantan Selatan, yaitu ke Yogyakarta, setelah keluar dari NICA atau Belanda, akibat tindakannya dalam turut berjuang untuk menegakkan / mempertahankan kemerdekaan Indonesia di daerahnya. Sampai tahun 1947 ia turut melukis dalam SIM Solo.
            Pada tahun 1947 ia memasuki Cine Drama Institut Yogyakarta. Pada tahun 1949 Sholihin bertemu dengan polisi yang menangkapnya di Banjarmasin dahulu, sesaat setelah Yogyakarta diduduki oleh Belanda. Oleh karena itu ia melarikan diri ke Jakarta, untuk menghindari penangkapan atas dirinya oleh pihak NICA atau Belanda.
            Pada tahun 1950 ia melukis di Bali bersama dengan pelukis Sudarso, Zaini dan A. Wakijan.
            Sebelum berangkat ke Jakarta mereka sempat mendirikan organisasi yang bernama Pelukis Indonesia (PI) di Yogyakarta, serta mengadakan eksposisi Seni Rupa Indonesia yang diselenggarakan oleh Jawatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (Kementerian PP dan K) di Jakarta. Sholihin menduduki jabatan sebagai Ketua Pelukis Indonesia di Yogyakarta dari tahun 1951 sampai dengan tahun 1957. Pada tahun 1952 sampai dengan tahun 1953 ia bekerja pada Bidang Kesenian Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan di Yogyakarta.
            Tahun 1952 ia mengikuti eksposisi di Bukittinggi (Sumatera Barat), Denpasar (Bali) dan Banjarmasin. Sesudah itu tahun 1953 sampai dengan tahun 1954 menyumbang lukisan-lukisan dalam eksposisi Misi Kesenian Indonesia ke RRC. Kemudian bersama pelukis Affandi dan Kusnadi menjadi utusan Indonesia ke pameran Bienal II Sao Paulo di Brazil. Di Bienal II Sao Paulo Brazil membawa 34 karya dari 25 seniman Indonesia. Dalam pengalaman ini mereka berkeliling ke kota-kota seperti Nederland, Paris, New Delhi, Singapura dan Kuala Lumpur. Dengan tugas yang sama menyelenggarakan pameran keliling. Sekembalinya dari perjalanan ini ia muncul di Jakarta bersama Fajar Sidik dalam pameran Dwi Tunggal di Balai Budaya. Sholihin menampilkan 59 karya lukisannya, 20 buah diantaranya hasil karyanya di Sao Paulo Brazil.
            Dari tahun 1954 sampai dengan tahun 1957 menjabat sebagai Ketua Seni Rupa dari Badan Kesenian Kotapraja Yogyakarta, pada saat itu mengirim 12 karya lukisan dari asuhannya ke Internasional Children Drawing Eksibition di Tokyo, dua diantaranya memenangkan hadiah medali perak dan medali perunggu.
            Di Banjarmasin dari tahun 1957 ssampai dengan tahun 1958 menjabat sebagai Ketua BKS Seniman Militer, Ketua Yayasan Kebudayaan Banjar, Kepala Bagian Kesenian Jawatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Propinsi Kalimantan Selatan. Selain itu ia mengajar menggambar pada Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA), Sekolah Guru Kepandaian Puteri (SGKP) dan sekolah Guru Taman Kanak-Kanak di kota Banjarmasin. Ia juga memimpin Majalah Kebudayaan Banjarmasin pada saat itu.
            Dari tahun 1958 sampai dengan tahun 1959 Sholihin menjadi pengasuh organisasi Tunas Pelukis Muda (TPM) yang organisasinya pada saat itu dipimpin oleh Misbah Tamrin, A.Thaberani dan Rusdi Prayitno. Tunas Pelukis Muda (TPM) muncul dalam pameran lukisan di Banjarmasin.
            Sholihin melanjutkan karir keseniannya di bidang Seni Rupa ke pulau Bali pada tahun 1960 dan pada tahun itu juga mendirikan sebuah sanggar lukis dengan Painters Stadion Kedaton di jalan antara Sanur ke Denpasar Bali. Kurang lebih satu tahun Sholihin bermukim di sanggar lukis tersebut sebelum ia menderita sakit. Kemudian ia menderita sakit dan dirawat di Rumah Sakit Wangaya Denpasar sampai akhir hayatnya. Ia berpulang ke Rahmatullah pada jam 06.00 pagi tanggal 15 Februari 1961 dan dimakamkan di Pekuburan Muslimin Kampung Jawa, Denpasar, Bali.
            Pada tanggal 7 Januari 1993, makam Gusti Sholihin atas permintaan keluarganya melalui Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Kalimantan Selatan dipindahkan oleh dari Pekuburan Muslimin Kampung Jawa Denpasar Bali ke Makam Bahagia di samping Makam Pahlawan Bumi Kencana di Landasan Ulin, Banjarbaru. Dengan suatu tim khusus yang dibentuk oleh Pemda Tk. I Kalsel.
            Jika dilihat dari hasil karya Sholihin di bidang Seni Rupa, keahliannya atau kepandaiannya bukan hanya melukis atau hanya berkarya sebagai pelukis saja, tetapi juga menekuni di bidang lain dalam lingkup Seni Rupa.
            Selain melukis Sholihin juga menekuni Seni Patung atau pematung dan berkarya pada seni grafika dalam bentuk cukilan yang berbentuk klise untuk percetakan yang tersebut dari bahan kayu. Ini terlihat dari hasil karyanya yang dikoleksikan oleh Museum Negeri Propinsi Kalimantan Selatan Lambung Mangkurat, bersama dengan peralatan kerjanya, baik sebagai pelukis, pemahat (pematung) dan sebagai pembuat cukilan untuk klise percetakan dalam seni grafika.
            Hasil karyanya sebagai pemahat atau pematung ini dikoleksikan oleh Museum Negeri Propinsi Kalimantan Selatan Lambung Mangkurat berupa patung potret diri dari kepala sampai bahu, yang terbuat dari batu kali. Patung ini sekarang dipajangkan di ruang Sholihin, yaitu Ruang pameran Tetap yang khusus karya pelukis Sholihin pada Museum Negeri Propinsi Kalimantan Selatan di Banjarbaru, bersama dengan hasil karyanya yang lain. Patung ini cukup menonjol diruang pameran tersebut, untuk menghidupkan suasana ruang pameran tersebut, yang dipajang pada standar yang khusus dengan dilator belakangi riwayat hidupnya secara singkat.
            Hasil karyanya di bidang seni grafika juga dikoleksikan oleh Museum Negeri Propinsi Kalimantan Selatan Lambung Mangkurat dalam bentuk klise untuk percetakan yang terbuat dari kayu. Klise ini disimpan bersama alat untuk mencukil ketika membuat klise tersebut. Ada beberapa buah klise yang dikoleksikan oleh Museum Negeri Propinsi Kalimantan Selatan Lambung Mangkurat dan dipajangkan di ruang Sholihin bersama dengan patung dan lukisan tersebut pada suatu vitrine khusus, bersama dengan alat-alat melukis milik Sholihin lainya semasa hidup.
            Sampai sekarang koleksi lukisan karya Sholihin pada Museum Negeri Propinsi Kalimantan Selatan berjumlah 117 buah, yang terdiri dari lukisan dengan menggunakan media cat minyak, cat air dan pastel. Koleksi lukisan ini secara kronologis berasal dari berbagai periode kegiatan Sholihin, baik di dalam negeri seperti di Yogyakarta, di Denpasar Bali, dan diluar negeri  seperti di Sao Paulo Brazilia dan hasil karya ketika dia berada di kota Banjarmasin, ada contoh lukisan yang dikoleksikan di Museum Negeri Propinsi Kalimantan Selatan Lambung Mangkurat ini. Lukisan ini ditata selain ruang pameran tetap yang disebut atau diberi nama ruang Sholihin, juga disimpan di ruang khusus bagi lukisan yang tersisa, untuk keperluan penelitian khusus untuk koleksi lukisan ini.
            Selain lukisan hasil karya Sholihin dikoleksikan di Museum Propinsi ini, juga dikoleksikan karya pelukis daerah lain yang merupakan generasi penerus Sholihin dan yang se zaman dengan Sholihin, yang berasal dari daerah ini. Ini bertujuan selain untuk memperkaya koleksi lukisan yang berasal dari karya pelukis daerah, juga untuk menunjukkan perkembangan seni lukis di daerah ini dari generasi Sholihin sampai sekarang.
            Lukisan hasil karya Sholihin ini masih banyak yang terdapat atau disimpan pada masyarakat umum, selain yang dikoleksikan oleh museum propinsi. Secara berangsur-angsur lukisan hasil karya Sholihin yang berada ditangan masyarakat ini dikumpulkan Museum Negeri Propinsi Kalimantan Selatan Lambung Mangkurat untuk dijadikan koleksi museum, bersama dengan yang telah dikumpulkan sebelumnya.
            Yang tidak kalah pentingnya dan menarik lagi pengunjung museum ialah koleksi alat rumah tangga atau peralatan hidup Sholihin yang dipakainya selama hidupnya sebagai pelukis, yang penuh dengan pahit getir kehidupan yang dirasakannya. Ini terlihat dari berita acara penyerahan alat hidup yang dimiliki Sholihin ketika ia meninggal di Denpasar, Bali, yang sangat minim sekali sebagai alat keperluan hidupnya sehari-hari pada saat itu. Dari pembuktian dengan data tertulis ini dan juga koleksi alat rumah tangga lainnya, terlihat sekali menjelang akhir hayatnya di Denpasar, Bali. Bahwa Sholihin dalam meniti kariernya sebagai pelukis, pada saat akhir hayatnya penuh dengan kepahitan dalam kehidupannya sehari-hari. Hampir tidak ada apa-apa yang dimilikinya, kecuali sejumlah lukisan yang merupakan hasil karyanya pada saat itu. Ini diperkuat lagi dengan penuturan teman dekatnya kepada penulis, ketika penulis berada di Denpasar, Bali, pada tahun 1977 untuk mengikuti Kursus Penataran Ilmu Permuseuman di Museum  Negeri Propinsi Bali, yang sekaligus mengunjungi rumah tempat tinggalnya dan makamnya di Kampung Jawa Denpasar Bali bersama dengan Bapak Drs M Idwar Saleh, mantan Kepala Museum Negeri Propinsi Kalimantan Selatan Lambung Mangkurat yang pertama dan Bapak Drs Johansyah, pengelola Museum Negeri Propinsi Kalimantan Selatan museum ini menjadi UPT, yang pada saat itu sama-sama mengikuti penataran tersebut.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aktivitas Selama di Aceh

 Sabtu, 23 November 2024 Dari Diary Akhmad Husaini, Ahad (21/08/2022)  Semua akan abadi setelah diposting Dugal ke blog pribadi, tentu denga...